Entri Populer

Rabu, 27 September 2017

Video Klip Agnez Mo "Estetika atau Tak Etika"

Oleh. N.H. Eddart

Agnes Monica merilis single terbaru dengan judul Long As I Get Paid pada tanggal 22 September 2017 yang telah menyita publik Indonesia. Video klip internasional tersebut telah disaksikan sebanyak 5,3 juta kali dalam waktu empat hari setelah perilisan dan masuk trending topic youtube.

Tanggapan warganet beragam pro dan kontra, sebagian fans Agnez Mo mendukung dan memuji atas kembalinya di dunia musik. Tapi sebagian juga mencibir video klip yang disutradarai Sasha Samsonova dianggap tidak beretika dan mempertontonkan aurat.

Perkara etika dan estetika dilegitimasi oleh dominasi pemikirian manusia pada saat ini. Manakala etika sebagai batasan-batasan moral individu dalam bertindak dan berinteraksi maka norma sosial muncul. Sisi lain, estetika sebagai wujud kebudayaan dari hasil interaksi individu dengan kehidupan sosialnya. Video klip Agnes Mo dalam pandangan teori posmodern memisahkan seni berdasarkan instrinsik dan ekstrinsik.

Lukisan Affandi dengan wanita telanjangnya memberikan kesan instrinsik, lahir dari gambaran diri akan tertindasnya wanita pada era itu, sedangkan video klip tersebut tidak menunjukan sisi instrinsik yang jelas, bahkan sangat jelas aktris yang menjadi pembina di The Voice Kids Indonesia tidak menunjukan etika kepada adik didiknya, bahkan kualitas lagu tidak seperti lagu Agnes Mo sebelum-sebelumnya.

Kemudian sisi ekstrinsik, tujuan dari video klip tersebut memberi pesan seksualitas, emosi individualistik dalam mewujudkan popularitas belaka serta pesan komersialisasi agar tampil sama dengan jajaran penyanyi top internasional yang vulgar seperti Lady Gaga, Katy Perry dan Fifth Harmony. Justru tidak sama dengan lukisan Affandi yang menyampaikan pesan kesamaan kedudukan perempuan secara status sosial.

Desain kostum yang dikenakan Agnez Mo menunjukan nasionalisme dengan paduan kebaya batik dan mahkota ukir. Anne Avantie yang mendesain kostum memang sudah terkenal ditingkat internasional dari karya-karya bajunya. Namun, sangat disayangkan dominasi stigma warga negara Indonesia yang sisi religius yang kuat tidak memandang video klip ini sebagai kebanggaan budaya yang tidak beretika. Lain cerita jika video klip tersebut tidak terdapat adegan-adegan yang dianggap tabuh oleh masyarakat kita.





Kamis, 07 September 2017

Janur Kuning: Makna Ikatan Cinta Dalam Interaksi Dua Individu dan Kelompok



Masyarakat memiliki banyak simbol-simbol khusus sebagai penyampai pesan kepada khalayak. Simbol yang terdapat di masyarakat akan dimaknai secara umum karena telah membudaya dan turun temurun menggunakannya. Seperti halnya janur kuning, symbol ini diketahui sebagai tanda akan berlangsungnya pernikahan antarindividu dengan individu lain. Desain janur kuning memiliki ragam yang berbeda, bentuknya menyerupai payung, terbuat dari daun kelapa yang masih muda, bambu sebagai penguat, dan dipasang depan jalan.

Herbert Blumer mengungkapkan tiga pokok pikiran dalam penafsiran simbol. Penafsiran tersebut dinamakan teori interaksionisme simbolik yaitu, Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu bagi dirinya (meaning). Janur kuning yang dipasang depan jalan dimaknai secara bersamaan oleh masyarakat dengan simbol pernikahan. Masyarakat yang hendak hadir dalam pesta pernikahan akan sangat mudah mengetahui janur kuning tersebut, bahkan warga yang melintas juga akan mengartikan hal sama sebagai tanda pernikahan. Itu artinya bahwa janur kuning telah ditafsirkan oleh banyak masyarakat sebagai simbol pesta pernikahan.

Janur kuning selain memiliki pesan pesta pernikahan juga memiliki pesan akan interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik antarindividu dan antarkelompok. Dua individu yang terpisah kemudian menjadi satu dalam sebuah ikatan pernikahan, kemudian hubungan timbal balik tersebut diwujudkan dalam pesta pernikahan. Ikatan pernikahan wujud timbal balik antarindividu sedangkan pesta pernikahan wujud timbal balik dari antarkelompok keluarga besar yang hadir.

Pernikahan selalu dekat dengan pesta atau hajatan dalam bahasa kita, tentunya bukan karena tidak adanya faktor orang-orang hadir dalam pesta pernikahan. Ada faktor pendorong dari individu melakukan interaksi sosial menurut Horton dan Hunt yaitu, empati, identifikasi, sugesti, simpati, dan empati.  Dilihat dari sifatnya interaksi sosial ini lebih kearah positif, salah satu faktor pendorongnya ialah simpati. Simpati adalah kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain. Dalam proses ini terjalin kerjasama dengan kelompok lain atas dasar ketertarikan dari pesta pernikahan. Sebuah undangan sebagai simbol perantara interaksi sosial, orang-orang terdekat akan datang menghadiri pesta pernikahan. 

Jadi, janur kuning utamanya adalah media penyampai pesan atas pesta pernikahan, didorong oleh faktor simpati dari teman-temannya. Media penghubung terjalinnya interaksi sosial dibuktikan dengan undangan.

Statistik Pengunjung

Socio Education

Merupakan Weblog tentang seputar materi ilmu sosial sebagai penunjang dan pelengkap edukasi.

  © Design Blog 'Ultimatum' by Socio Education 2020

Back to TOP