Oleh: Catalina Diaz
Pada
tanggal 8-10 Februari
2017 siswa dan siswi kelas 8B SMP Santo Bellarminus melaksanakan kegiatan retret di rumah Samadi Shalom.
Kegiatan retret adalah kegiatan menarik
diri atau mengasingkan diri dari keramaian dan
dari kesibukan rutin, kegiatan
ini dilakukan dengan pergi ke tempat yang sepi selama waktu tertentu untuk
beristirahat dari hal duniawi dan
memusatkan perhatiannya pada Tuhan melalui pelayanan-pelayanan khusus. Perjalanan dari Bekasi menuju ke rumah Samadi Shalom
memakan waktu kira-kira 4 jam lamanya. Ketika sampai di sana kami disambut
dengan hangat oleh para suster dan penghuni rumah retret serta mempersilahkan
kami untuk merapikan barang bawaan kami di kamar yang sudah dibagikan (1 kamar
dapat ditempati oleh 2 orang). Kegiatan rohani ini berlangsung selama 3 hari 2
malam.
Salah satu kegiatan agama yang kami laksanakan adalah misa. Kegiatan ini
dapat dikaitkan dengan teori Herbert Blumer yang menyatakan bahwa terdapat tiga
pokok dalam interaksionisme simbolik, yaitu kami siswa dan siswi peserta retret
memakan (act) hosti (thing) sebagai tubuh dan darah Tuhan Yesus Kristus
(meaning).[1]
Agar kita selalu mengingat Yesus dalam setiap kegiatan ibadah kita dan tidak
pernah lupa bahwa Yesus-lah yang telah mengorbankan dirinya di kayu salib untuk
menebus dosa-dosa manusia. Penerimaan hosti oleh dilaksanakan pada pertengahan
misa dengan menggunakan
kedua tangan dan menundukkan kepala.
Selain dari kegiatan kegamaan rumah retret Samadi Shalom juga menggelar
kegiatan selingan untuk menghibur para peserta retret. Salah satu kegiatan
selingannya adalah bermain “Panjang-panjangan”. Permainan ini merupakan
permainan berkelompok yang pemenangya adalah kelompok yang paling panjang
posisinya. Para kelompok berusaha memanjangkan posisi dengan berbagai cara,
mulai dari menggunakan jaket, tali sepatu, dan benda-benda yang terjangkau
lainnya.
Sedangkan kegiatan utama dari retret ini adalah diskusi
keagamaan mengenai firman yang terkait dalam kegiatan misa maupun doa bersama. Diskusi tersebut kemudian
ditransformasikan ke dalam kehiupan sehari-hari dan didramakan bersama dengan
kelompoknya masing-masing. Setelah diskusi selesai maka drama tersebut dipertontonkan kepada teman-teman sekelas.
[1] Kun Maryati dan
Juju Suryawati, Sosiologi Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2016), hlm. 47