Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label interaksionisme simbolik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label interaksionisme simbolik. Tampilkan semua postingan

Selasa, 31 Maret 2020

Belajar Sosiologi dari Virus Corona

Kajian Sosiologi: Sulitnya Melawan Covid-19

oleh: N.H. Eddart

Materi Pokok:
Kelas X: interaksi sosial, folkways, interaksionisme simbolik, metodologi penelitian
Kelas XI: Culture shock, konflik sosial, masalah sosial
Kelas XII: Perubahan sosial dan globalisasi
Disclaimer: Artikel ini sebagai bahan belajar sosiologi selama wabah pandemi virus corona.


Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan Physical and Social Distancing kepada warga negaranya agar mengurangi persebaran pasien Covid-19. Selain itu, tagar #dirumahaja banyak ditemukan di media sosial, seperti twitter, instagram, facebook, dll. Hal ini tentunya usaha pemerintah mengingatkan warganya akan pesan melawan virus corona dengan di rumah saja.

Pemerintah daerah juga melalui gubenurnya menyerukan untuk melarang para perantau yang berada di luar daerah untuk kembali ke daerah asalnya, alasan utama agar menjaga virus corona tidak terbawa dari kota ke desa. Salah satunya adalah seruan dari Gubernur Jawa Tengah yang mengungkapkan "Jika panjenengan sayang sama keluarga di kampung, jika penjenengan semua pingin keluarga tetep sehat lan slamet, urungkan niat untuk pulang kampung. Tidak usah pulang kampung," tuturnya. Selanjutnya Gubernur Ganjar melakukan kesepakatan dengan Gubernur se-Jawa, seperti yang diungkapkan dalam akun instagramnya, "Kemarin saya sudah berkoordinasi dengan Pemda DKI dan Gubernur Jawa Barat. Selanjutnya saya akan koordinasi dengan Gubernur Jawa Timur. Kita buat kesepakatan bersama untuk melarang warga pulang ke daerah asal," kata Ganjar lewat akun Instagram resmi @ganjar_pranowo, Jumat (27/3) malam.

Upaya yang dilakukan baik tingkat pusat atau daerah untuk Physical and Social Distancing nampaknya mengalami kesulitan. Tulisan ini berupaya menjawab kenapa warga masih melakukan kontak primer dengan warga yang lain? Alasan masih melakukan kontak primer dengan warga lain? Seberapa paham tentang Physical and Social Distancing atau #dirumahaja bagi warga?. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi di beberapa jalan dan Stasiun Kota Bekasi dan wawancara sambil lalu dengan lokasi di salah satu perumahan di Kota Bekasi dengan lingkup satu RT dan juga dilakukan di salah satu desa di Indramayu sebagai pendukung pertanyaan ini.

Pembahasan ini tidak terpaku pada satu teori sebagai teori dasarnya, melainkan menjelaskan dari sudut pandang sosiologis. Perlu diketahuai bahwa kontak primer adalah hubungan individu dengan individu lain secara face to face, terlihat fisiknya secara langsung tanpa perantara, dan melihat mimik komunikasi secara verbal atau non-verbal. Sedangkan Physical and Social Distancing adalah pembatasan jarak fisik dan sosial satu sampai dua meter dikerumunan, antrian, atau komunikasi. Bisa juga diartikan sebagai jaga jarak aman antarorang saat berkumpul. Kemudian arti #dirumahaja adalah berdiam diri di rumah dengan tidak ke sekolah, ke tempat kerja, ke tempat ibadah, dan pusat-pusat keramaian.

Penjelasan di atas nampaknya sudah cukup jelas, tapi kenapa warga masih melakukan kontak primer? Jawaban-jawaban tersebut terangkum di bawah ini berdasarkan observasi dan wawancara sambil lalu.
1   
    1. Folkways (Kebiasaan)
Kebiasaan dalam arti suatu nilai dan norma sosial yang berasal dari rutinitas yang mengarah ke tradisi adat istiadat. Hal ini banyak ditemukan di masyarakat kita, penulis kategorikan ini ke dalam folkways yang tersusun ke beberapa sub-sub folkways yang sering dijumpai oleh masyarakat kita. Sub-sub folkways tersebut adalah:

Midang sebagai aktivitas nongkrong depan rumah baik di teras rumah, bangku depan rumah, atau warung yang rumahan. Selama melakukan pengamatan seporadis di wilayah Bekasi pada tanggal 23 Februari-29 Maret 2020 banyak orang-orang yang masih nongkrong. Mereka umumnnya adalah bapak/ibu serta anak-anaknya masih balita. Ini aktivitas yang menjadi kebiasaan masyarakat, duduk depan rumah baik di teras atau bangku, bahkan di warung rumah sambil ngobrolin tetangganya, harga belanjaan, kerjaan bahkan virus corona itu sendiri, mereka tetap saja nongkrong. Sulit hal ini dihilangkan karena telah menjadi folkways selama bertahun-tahun di kita. Sebenarnya mereka mengetahui informasi beredarnya virus corona akan tetapi aktivitas midang depan teras justru sebagai wahana interaksi sosial untuk membahas virus itu tersebut. Midang juga ditemui pada masyarakat Bulak, Jatibarang, Indramayu yang masih suka berkumpul depan rumah sambil menggelar tikat dan menonton TV. Padahal juga yang ditonton itu adalah berita terkait virus corona.

Namaste Handshake pengganti saliman, muncul selebaran juga akan mengganti gaya jabat tangan dengan cara salam Buddha, kedua telapak tangan kita disatukan tegak ke atas. Ini menggantikan gaya salaman yang selama ini dilakukan oleh orang kita. Salim kepada orang lebih tua, mencium tangan memang sudah menjadi kebiasaan. Jika hal ini kemudian diganti, mungkin hanya orang tertentu yang menyepakati cara Namaste handshake ini, tapi bagi orang yang tidak mendapatkan sosialisasi tentang Namaste handshake mereka akan tetap mencium tangan saat shalat dan ketemu. Kebanyakan orang lebih menerima saliman ketimbang Physical and Social Distancing.

Jalan-jalan selayaknya Ngabuburit, istilah ngabuburit memang sering muncul saat bulan puasa, tapi aktivitas ini sebenarnya tidak hanya dilakukan saat bulan puasa. Hari-hari biasa mereka suka jalan-jalan di sore hari hingga malam hari. Penulis melakukan pengamatan selama wabah virus corona ini, waktu yang diamati saat weekend, di area keramaian seperti Marakash, Pasar Kranji, Pasar Tradisional blok A, F, dan sepanjang jalan saat pulang kerja. Untuk membedakan mereka jalan-jalan dengan orang yang pulang bekerja nampak terlihat jelas dari pakaiannya, mereka yang jalan-jalan sore tidak mengenakan helm, baju santai, dan biasanya membawa anak kecil. Jajanan pinggir jalan masih jualan seperti martabak, kopi, gorengan, aneka es kekiniaan, bahkan odong-odong. Ketika mereka jalan-jalan kemudian berhenti di tempat jajanan yang bergerombol dengan jarak kurang dari satu meter serta mainan odong-odong anak kecil yang bermain sedangkan orang tuanya menunggu dekat dengan mainan dan terjadi kontak primer. Aktivitas ini bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah adalah folkways, sulit untuk mereka hindari, apalagi di kota Bekasi yang banyak perantauan ngontrak atau tidak memiliki rumah tetap. Mereka yang jenuh dengan tempat tinggalnya akan menghiburkan diri dengan jalan-jalan sore sambil mencari jajanan dan momong anak.

Liburan ke kampung alias mudik, ketika DKI Jakarta mengumumkan untuk merumahkan sekolah dengan sistem belajar daring, wilayah satelit DKI Jakarta juga mengikuti hal yang sama di hari berikutnya, banyak perantauan yang pulang kampung. Sejauh pengamatan penulis selama aktivitas belajar daring, banyak tukang mie ayam, bakso, warung nasi, dan warung rumahan kecil depan kontrakan mereka tutup. Penulis punya langganan mie ayam asal Wonogiri. Dia tutup usaha mie ayam lebih memilih pulang kampung karena anaknya juga libur (belajar online). Walaupun tidak banyak warung yang meliburkan diri, tapi aktivitas yang terlihat langsung adalah di stasiun kereta api Bekasi. Penulis saat itu, tanggal 20 Maret 2020 bertanya kepada teman yang ingin naik kereta api tujuan Jatibarang. Selama pengamatan di stasiun Bekasi penerapan Physical and Social Distancing dilakukan dengan baik oleh manajemen stasiun. Seperti tempat duduk yang berjarak, garis antrian berjarak, dan pengecekan suhu tubuh. Jumlah orang yang menaiki kereta Argo Cheribon KA 30 hari jumat itu tidak berkurang, awal penulis menduga akan ada pengurangan penumpang kereta, faktanya tidak ada bangku kosong. Dilihat dari penumpang, sepertinya mereka anak-anak muda. Dugaan, mereka adalah mahasiswa perantauan. Tapi yang jelas aktivitas mudik terjadi lebih awal, menurut Gubernur Jawa Tengah per 26 Maret 2020 ada 66.871 orang pemudik dari berbagai provinsi yang pulang ke Jateng. Wonogiri menjadi wilayah dengan pemudik terbanyak, yakni 42.838 orang. Begitu juga yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di istana Negara Senin (30/3/2020) "Selama delapan hari terakhir ini ada 876 armada bus antarprovinsi yang membawa kurang lebih 14.000 penumpang dari Jabodetabek ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY," kata Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Apakah agenda mudik akan dilarang atau akan tetap mudik? Penulis melakukan wawancara sambil lalu di komplek perumahan, menurut Bang Gondrong pekerjaan servis AC akan tetap melakukan mudik. Kemudian Pak Bari pekerjaan sebagai OB sekolah sudah mudik dengan seluruh anggota keluarganya tanggal 29 Maret 2020 dengan dilengkapi surat keterangan sehat dari klinik. Kemudian pedagang kelontong asal Madura, dia mengatakan jika mudik dari Bekasi ke Madura bisa, justruk sebaliknya dari Madura tidak bisa keluar. Berdasarkan data berita yang ada, historis setiap tahun tentang mudik, dan folkways arus mudik ini akan tetap berlangsung meskipun transportasi umum seperti kereta api, bus, pesawat, dan kapal laut dibatasi. Diperketat juga dengan operasi polisi di perbatasan, walaupun ada patroli perbatasan, banyak jalanan yang akan ditembus oleh pemudik ini. Bahkan yang sulit diatur adalah pemudik roda dua yang sudah biasa mencari jalan tikus, ke depan yang terjadi malah kejar-kejaran antara polisi dan pemudik.

Sub-sub folkways di atas yang menjadi inti pikiran masyarakat tersebut adalah adanya vested interest masyarakat, tertanam kuatnya nilai-nilai leluhur dan pola pikir konservatif masyarakat yang sulit berubah. Jika pemerintah Indonesia bersikeras untuk kampanye melawan virus corona dengan cara Physical and Social Distancing dan #dirumahaja akan mengalami culture shock, sama halnya perubahan cepat yang menimbulkan konflik sosial, sama halnya dengan melawan tradisi itu sendiri yang sulit diubah.

2. Pekerjaan
Alasan lain program #dirumahaja sulit dilakukan adalah pekerjaan. Pekerjaan yang tidak bisa ditinggal dan tidak bisa dilakukan dirumah menjadi alasan orang-orang ini tetap melakukan kontak primer. Bagian ini dirangkum menjadi beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan selama melakukan pengumpulan data.

Operator Bensin SPBU, penulis mewawancara orang yang bekerja di pom bensin, dia bilang jika pekerjaan #dirumahaja maka dia akan melayani siapa?, tentunya bos pom bensin tidak akan bisa menerapkan ini #dirumahaja tetapi akan tetap bekerja di pom bensin.
Bengkel motor, pekerjaan ini juga sulit dilakukan di rumah sehingga setiap harinya harus membuka bengkel, apalagi bengkel tersebut merupakan milik sendiri, jika tidak buka sama halnya tidak bisa makan.
Tukang Ojek Becak, Mang Kus ialah tukang becak yang sehari-hari melayani rute ke pasar tradisional, penghasilan utamanya adalah tukang becak dan kuli panggul di pasar. Selagi pasar masih buka, maka dia akan tetap berangkat bekerja di pasar.
Servis AC, Bang Gondrong berprofesi sebagai tukang servis AC, selama wabah corona dia hanya menunggu panggilan untuk service AC. Ketika terjadi panggilan maka harus menuju lokasi untuk bekerja.
ASN/PNS/Pegawai Swasta, Kebetulan yang diteliti di wilayah Jawa Barat. Ketika peneliti bertanya tentang #dirumahaja jenis profesi ini dapat Work From Home #WFH, tetapi ia mengeluhkan jika gajinya harus terpotong. Begitu juga guru swasta, harus menerima transportasi tidak disertakan dalam gaji.
Tukang ketoprak, setiap pagi sering membeli ketoprak yang keliling depan rumah, pedagangnya berasal dari Brebes usia sekitar 45 tahun. Sambil melayani pembuatan ketoprak peneliti melakukan wawancara sambil lalu. Dia menyampaikan bahwa pemasukan berkurang, semisal adanya kompleks yang melarang pedagang masuk, tidak dapat pulang kampung juga karena segmentasi pasarnya ada di Bekasi bukan dikampung.
Tukang Galon, sejauh ini sektor penjualan air galon masih seliweran di komplek rumah. Tidak banyak yang ditanyakan karena mereka berhenti ketika ada pembeli. Tukang galon masih dibutuhkan oleh konsumen sehingga pekerjaan ini harus tetap jemput bola. Walapun depot air sebenarnya ada di rumah.
Maintenance Apartemen, ia tetangga rumah. Ketika wawancara sambil lalu ia masih harus bekerja tapi memiliki jadwal shift harian, misalnya tiga hari bekerja, tiga hari libur. Bahkan, manajemen sudah menyiapkan jika pegawainya mau menginap telah disediakan menu-menu kebutuhan pokok di pantry agar betah bekerja. Sektor ini sebenarnya harus standby tidak selalu bekerja, tapi butuh perwakilan pegawainya tetap bekerja untuk memastikan pelayanan apartemen tetap berjalan.

Jenis-jenis pekerjaan di atas adalah bagian kecil dari seluruh pekerjaan yang ada. Ada profesi yang dapat #dirumahaja ada pula profesi yang harus bekerja sesuai lokasi dan sektornya. Pandangan secara kesehatan memang #dirumahaja adalah solusi untuk menekan penyebaran virus corona. Berbeda dengan pandangan secara sosiologi karena masyarakat memiliki elemen-elemen yang harus berfungsi sebagaimana mestinya untuk dapat menopang elemen yang lain agar terciptanya keteraturan sosial. Kondisi seperti ini jika semakin parah, terjadi masalah sosial yang disebabkan struktur fungsional yang tidak berjalan. Mereka diminta untuk #dirumahaja tanpa pemasukan bagi mereka yang tergerus ekonominya, sedangkan jargon-jargon pemerintah, media, dan saudara-saudaranya ikut mengkampanyekan #dirumahaja. Ini sama halnya pertarungan mati karena virus corona dan mati karena kanker (kantong kering).

3. Kepedulian Kesehatan
Bagian ini dibahas secara sosiologis, bukan secara teori kesehatan masyarakat. Historis virus corona berasal dari Wuhan, Hubei, China yang muncul akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 telah ditemukan namanya SARS Cov-2. Berita menyebarnya virus corona sangat cepat ke seluruh dunia. Kenapa ini terjadi sangat cepat? Jawaban sosiologisnya adalah globalisasi. Globalisasi adalah suatu hubungan tanpa batas Negara sehingga arus informasi dan transportasi dapat mempercepat ruang dan waktu. Produk globalisasi selain teknologi, investasi, dan gaya hidup, ternyata juga bisa mengirim virus dengan cepat.

Informasi yang didapat di Indonesia tentang keadaan Wuhan menjadi berita harian yang laris, muncul di media sosial instagram, facebook, dan mungkin juga tiktok. Selebaran-selebaran kampanye kesehatan terjaga dari virus corona tersebar juga melalui media. WHO kemudian ikut-ikutan sibuk meneliti virus corona, baik dengan nama nCov dan Covid-19 hingga ketemu nama aslinya SARS Cov-2. Di Indonesia, sempat direcoki oleh WHO yang mempertanyakan kenapa tidak ada pasien positif corona? Apakah sistem peringatan dini dan sensor panas di setiap gerbang masuk Republik Indonesia ini tidak standar WHO?. Banyak yang mempertanyakan Indonesia yang belum terdapat pasien positif. Padahal di saat itu, wilayah Bekasi dan sekitarnya sedang musim hujan dan kadang panas terik. Penyakit musiman muncul seperti batuk, pilek, dll.

Gejala pengidap virus corona mirip dengan penyakit pancaroba yang menjadi penyakit langganan warga kita. Masyarakat kita di musim pancaroba yang terkena batuk dan pilek tidak pernah terhindar dari penyakit ini. Bagi mereka tanda-tanda ini sudah biasa sebagai pergantian musim. Sehingga setiap tahun mereka cuek dan minum obat-obatan warung baginya sudah cukup. Ketika batuk dan pilek, hanya orang yang memiliki pengetahuan kesehatan tinggi atau level tinggi yang sadar dengan cara bersin dan batuk. Menutup mulutnya, pakai tisu, dan menggunakan masker. Tapi lihat mayoritas kita, apakah mereka seperti itu? Kenyataanya cuek dengan batuk dan pilek.

Akhirnya, Pasien 01 dan 02 yang merupakan ibu dan anak terkonfirmasi positif corona. Muncul masalah sosial baru, mendadak orang-orang berbelanja masker, hand sanitizer, dan jahe. Jahe muncul sebagai produk yang sulit dicari dan harganya mahal. Jahe dibuat minuman berkhasiat untuk mengobati batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan stamina pria dewasa. Secara sosiologis, jahe adalah interaksionisme simbolik dari angkringan yang terdapat pada menu susu jahe, menu pelengkap interaksi sosial. Tentunya social distancing di angkringan tetap berjalan, tapi penjual jahe siap saji tergolong banyak yang memudahkan konsumen untuk membelinya dan terjadi kontak primer. Termasuk dapat dibeli di tukang jamu keliling atau offshore dengan menu empon-empon. Di pasar jahe dijual mudah sekali, bisa di dapat pada saat berbelanja bumbu dapur. Artinya harga jahe mahal karena peminat naik, itu juga artinya bahwa kepedulian masyarakat akan kesehatan cukup baik dengan pendekatan kultural.

Kesimpulannya, melawan virus corona sama halnya melawan folkways orang kita, membatasi orang bekerja untuk kerja di rumah tidak semudah merumahkan pekerjaan sekolah, dan mengingatkan akan arti pentingnya jaga kesehatan harus dilihat terlebih dahulu sistem pengetahuan dan latar belakang pendidikan masyarakat kita. Virus corona akan segera berlalu memperbaiki keadaan sosial, ekonomi, dan kesehatan kita semua. Tapi apakah virus corona akan menjadi bagian dari hidup kita seperti virus-virus terdahulunya (semisal, HIV, H5N1, Malaria, Cacar, dll) atau bersih total tidak ada virus corona di dunia ini lagi.

Demikian tulisan ini dibuat untuk belajar secara sosiologi kepada siswa siswi, memandang virus corona dari mikroskop sosiologi, dan mempelajari kepekaan kita terhadap masyarakat yang dinamis. Penulis yakin masih terdapat kekurangan dalam tulisan ini dan penulis mengucapkan terima kasih telah membaca sampai titik terakhir tulisan ini.

Kamis, 07 September 2017

Janur Kuning: Makna Ikatan Cinta Dalam Interaksi Dua Individu dan Kelompok



Masyarakat memiliki banyak simbol-simbol khusus sebagai penyampai pesan kepada khalayak. Simbol yang terdapat di masyarakat akan dimaknai secara umum karena telah membudaya dan turun temurun menggunakannya. Seperti halnya janur kuning, symbol ini diketahui sebagai tanda akan berlangsungnya pernikahan antarindividu dengan individu lain. Desain janur kuning memiliki ragam yang berbeda, bentuknya menyerupai payung, terbuat dari daun kelapa yang masih muda, bambu sebagai penguat, dan dipasang depan jalan.

Herbert Blumer mengungkapkan tiga pokok pikiran dalam penafsiran simbol. Penafsiran tersebut dinamakan teori interaksionisme simbolik yaitu, Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu bagi dirinya (meaning). Janur kuning yang dipasang depan jalan dimaknai secara bersamaan oleh masyarakat dengan simbol pernikahan. Masyarakat yang hendak hadir dalam pesta pernikahan akan sangat mudah mengetahui janur kuning tersebut, bahkan warga yang melintas juga akan mengartikan hal sama sebagai tanda pernikahan. Itu artinya bahwa janur kuning telah ditafsirkan oleh banyak masyarakat sebagai simbol pesta pernikahan.

Janur kuning selain memiliki pesan pesta pernikahan juga memiliki pesan akan interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik antarindividu dan antarkelompok. Dua individu yang terpisah kemudian menjadi satu dalam sebuah ikatan pernikahan, kemudian hubungan timbal balik tersebut diwujudkan dalam pesta pernikahan. Ikatan pernikahan wujud timbal balik antarindividu sedangkan pesta pernikahan wujud timbal balik dari antarkelompok keluarga besar yang hadir.

Pernikahan selalu dekat dengan pesta atau hajatan dalam bahasa kita, tentunya bukan karena tidak adanya faktor orang-orang hadir dalam pesta pernikahan. Ada faktor pendorong dari individu melakukan interaksi sosial menurut Horton dan Hunt yaitu, empati, identifikasi, sugesti, simpati, dan empati.  Dilihat dari sifatnya interaksi sosial ini lebih kearah positif, salah satu faktor pendorongnya ialah simpati. Simpati adalah kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain. Dalam proses ini terjalin kerjasama dengan kelompok lain atas dasar ketertarikan dari pesta pernikahan. Sebuah undangan sebagai simbol perantara interaksi sosial, orang-orang terdekat akan datang menghadiri pesta pernikahan. 

Jadi, janur kuning utamanya adalah media penyampai pesan atas pesta pernikahan, didorong oleh faktor simpati dari teman-temannya. Media penghubung terjalinnya interaksi sosial dibuktikan dengan undangan.

Sabtu, 23 Mei 2015

CINTA DALAM BINGKAI SOSIOLOGI

 Oleh: N. H. Eddart

Sebuah konsep yang abstrak namun sering kita jumpai dalam kehidupan kita dan suatu wujud yang dirasakan dalam detupan jantung namun susah dikendalikan, itulah cinta. Dalam tulisan ini cinta akan dikaji dalam bingkai sosiologi. Sosiologi mengkaji face to face grouping, symbolic interactionism, social conflict dan konsep sosiologi lainnya. Kemudian cinta dilihat dalam kacamata sosiologi dari segi proses sosial cinta itu terjalin, segi memaknai cinta dan seni dalam cinta, dan terakhir cinta sebagai produk sosial.












Pengantar 
 Sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji masyarakat, baik meliputi proses sosial, nilai dan norma sosial, kelompok sosial, dan lain sebagainya yang terdapat dalam masyarakat. Masyarakat menjalain hubungan timbal balik individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok yang bersifat asosiatif maupun disosiatif. Konsep asosiatif mengarah pada proses penyatuan individu dan kelompok dalam suatu masyarakat yang satukan oleh perasaan afeksi (kasih sayang), afeksi dapat juga diartikan sebagai kategori cinta. Namun cinta tidak bisa dikatakan sebagai kasih sayang, buktinya ucapan cinta kadang membuat sakit hati dan saling membenci.

Cinta dalam makna normatif berarti ungkapan kasih sayang dari seseorang diwujudkan dalam bentuk afeksi dan proteksi. Pewujudan afeksi sudah jelas bentuknya berupa kasih sayang, namun perwujudan proteksi yang diartikan melindungi kadang disalahlakukan sebagai koersif atau pemaksaan untuk mengikuti apa yang diinginkan pasangan. Teori yang mendasar ini pada umumnya dimengerti oleh setiap kalangan, orientasi dalam memaknai cinta susah distandarisasikan. Kita ketahui cinta adalah kasih sayang, kita ketahui cinta adalah awal pembentukan kelompok sosial terkecil seperti keluarga, dan cinta adalah ikatan penyatu dua individu.

Kerangka Konsep Sosiologi untuk Membingkai Cinta 
 Interaksionisme Simbolik, berasal dari Goerge Herbert Mead, dari kata interaksionisme sudah nampak menunjukan interaksi sosial, sedangkan simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Ketika remaja laki-laki selalu memberikan pandangan khusus kepada remaja perempuan, istilah kita suka lirik-lirik dalam kelas. Remaja perempuan lalu memaknai lirikan matamu si remaja laki-laki itu. Lirikan mata adalah bentuk simbolik dari syarat terjadinya interaksi sosial yaitu kontak. Lain cerita ketika remaja laki-laki yang biasanya tidak berkomunikasi intensif seperti teleponan, chatting, dll kali ini si remaja laki-laki menelpon “kamu sedang apa?”, “sudah makan belum?” atau pesan status di media sosial “iiih seneng bisa ngobrol sama dia” atau “Ya Tuhan jantungku seperti ditabuh seribu orang saat dekat dengannya”, itulah pesan cinta diawal pertemuan. Sesuatu interaksionisme simbolik dari dua individu yang mengarah pada hubungan timbal balik.

Herbert Blumer, salah seorang penganut pemikiran Mead, berusaha menjabarkan pemikiran interaksionisme simbolik dengan tiga pokok pemikiran, bahwa individu bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas makna (meaning) yang dipunyai sesuatu baginya. Tindakan seseorang terhadap sesuatu barang/benda kemudian dimaknai oleh kedua orang tersebut. Dikisahkan pada remaja laki-laki yang mencintai remaja perempuan ketika dihari ulang tahunnya, dia memberikan kado atau acara istimewa untuk memaknai kasih sayangnya. Tentunya berbeda dengan pasangan lain saat merayakan ulang tahun, bedanya saat ulang tahun kado tidak ada, acara istimewa tidak ada, padahal mereka menjalin hubungan kasih sayang. Kisah ini tentunya diartikan sebagai interaksionisme simbolik bahwa simbol-simbol dalam pasangan tidak harus sama dengan pasangan lainnya.

Konflik sosial, tokoh yang menyumbangkan dalam pemikiran teori konflik sosial seperti Karl Marx, Max Weber, Ralf Dahrendorf, Lewis Coser dll. Konflik sosial menurut Marx sebagai bentuk perjuangan kelas sosial untuk merebut kelas paling atas yaitu bourjuis. Konflik sosial klasik lebih parsial berbeda dengan konflik sosial modern seperti Lewis Coser. Coser menyebut bahwa konflik bersifat positif bagi masyarakat karena mengakibatkan peningkatan adaptasi dan solidaritas hubungan sosial atau kelompok tertentu. Teori Coser dapat dianalogikan seperti suatu pasangan kekasih terjadi pertengkaran satu sama lainnya, tanpa berujung mengakhiri hubungan atau istilah kita putus, kemudian dari konflik yang terjadi mereka berdua sepakat untuk saling memaafkan dan memperbaiki satu sama lain. Cermati kisah cinta pasangan baru dibawah ini: 

Sebut saja Mawar (nama samaran) dia mengharapkan disetiap pagi sang kekasihnya menelpon dengan mengucapkan “selamat pagi cantik” dengan berbau romantis. Namun berbanding terbalik dengan diharapkan Mawar, kekasihnya malah mengucapkan “selamat pagi jelek”, “si jelek, pagi pasti masih kucel..ea..ea..”, nampaknya Mawar tidak sepakat dengan ucapan kekasihnya yang disebut “jelek”. Kemudian Mawar ngambek, ngedumel, ngomel, dan kategori konflik sosial lainnya. Oleh sang kekasih yang mengatakan jelek mencoba mengklarifikasi perkataannya bahwa baginya sebutan “jelek” adalah romantisme humor yang sengaja dikemas sebagai bumbu cinta. Akhir cerita yang haru tadi si Mawar dan si jelek berdamai dan mulai beradaptasi dan menguatkan hubungan satu sama lain dengan saling memanggil si jelek dan si jelek. 

Bersambung…

Statistik Pengunjung

Socio Education

Merupakan Weblog tentang seputar materi ilmu sosial sebagai penunjang dan pelengkap edukasi.

  © Design Blog 'Ultimatum' by Socio Education 2020

Back to TOP