Entri Populer

Kamis, 05 September 2013

"Ujung Aspal Pondok Gede-Iwan Fals: Spotlite Perubahan Sosial dalam lagu"


di kamar ini aku dilahirkan

di bale bambu buah tangan bapakku
di rumah ini aku dibesarkan
dibelai mesra lentik jari ibuku
nama dusunku ujung aspal pondok gede
rimbun dan anggun
ramah senyum penghuni dusunku

kambing sembilan motor tiga

bapak punya
ladangnya luas habis sudah sebagai gantinya

sampai saat tanah moyangku

tersentuh sebuah rencana
demi serakahnya kota
terlihat murung wajah pribumi
terdengar langkah hewan bernyanyi

di depan masjid

samping rumah wakil pak lurah
tempat dulu kami bermain
mengisi cerahnya hari

namun sebentar lagi

angkuh tembok pabrik berdiri
satu persatu sahabat pergi
dan tak kan pernah kembali

Iwan Fals
Oleh: N.H Eddart

Perubahan Sosial nampak tertuang dalam sebuah lagu legendaris, sang musisi yang dikenal sebagai tokoh yang kritikus dan jenaka dalam membuat lagu ternyata lagu dengan judul "Ujung Aspal Pondok Gede" menggambarkan struktur kehidupan Masyarakat Pondok Gede.

Dilukiskan dalam sebuah lagu tersebut Iwan Fals lahir dalam rumah yang terbuat dari bambu yang keadaan sekitarnya begitu damai, rimbun, dan anggun. Pada tahun 1980an Pondok Gede masih terdapat sawah dan pepohonan yang rindang. Akhirnya Iwan Fals mengemas dalam Spotlite Globe: Pondok Gede Era Iwan Fals lahir dengan masa mudanya di tahun 1985.

Hingga direncanakan sebuah tata letak kota untuk membangun Pondok Gede menjadi agraris ke polis. Pribumi pada saat itu tidak menerima suatu perubahan namun lambat laut mereka menerima dan mereka pun menjadi tergeser karena rumah tinggal mereka menjadi tembok pabrik para bourjuis. Diceritakan sahabat Iwan Fals pergi dan tak kembali, padahal semasa kecil mereka bermain-main di depan masjid pada saat itu ruang terbuka hijau masih tersedia.

Sisi sosiologis yang harus kita perhatikan, bagaimana sebuah komunitas ramah menjadi komunitas tamak akan kerakusan tanah. Pribumi dipaksa pergi padahal mereka pun bisa dalam mewujudkan suatu perubahan sosial. Suatu upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan tentunya akan mengalami disintegrasi bagi masyarakat, hal itu fakta dan selalu terjadi manakala perubahan sosial terjadi.


Senin, 18 Februari 2013

Kontemplasi Kurikulum 2013: Dua Sisi Koin yang Berbeda


Wacana akan lahirnya kurikulum 2013 kini masih menjadi kontroversial yang menarik. Bagaimana tidak, kurikulum yang mulai dipahami dan dimengerti akan diubah kembali. Salah satunya yang akan diubah adalah pendidik tidak lagi membuat silabus mereka tinggal menerapkan kepada peserta didik dan pendidik tidak susah payah membuat silabus dengan mencari buku-buku referensi karena bahan ajar sudah satu paket dalam kurikulum 2013 tersebut. Menurut Menteri Pendidikan M. Nuh “Dengan demikian, para guru akan lebih berkonsentrasi pada proses pembelajaran” ketika menyampaikanan materi Kurikulum 2013, di Universitas Islam Malang (UNISMA) Sabtu, 16 Februari 2013.

Disisi kemudahan tersebut ternyata ada sisi yang tidak sesuai pada kurikulum 2013, ketidak sesuaian tersebut terlihat pada empat kompetensi inti yaitu semangat religius, sikap sosial sebagai anggota masyarakat, memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, meta kognitif, dan aplikasi kompetensi inti ini menjadi satu kesatuan. Pada kompetensi pertama semangat religius berarti menanamkan nilai-nilai agama kepada peserta didik. Bagaimana ilmu umum dapat bersarikan unsur religius. Misalkan, mengajarkan matematika tentang penghitungan, penjumlahan dan pengurangan, bagaimana dikaitkan dengan semangat religius tadi. Tentunya ada yang bisa, ada yang tidak bisa tergantung kreativitas pendidik. Dan kompentensi lainnya tidak semua mata pelajaran bersarikan kompetensi inti, hal ini lebih mengeksplorasi pendidik agar menghubungkan pelajaran terhadap kompetensi dan terhadap kenyataan.

Bagaimana dampak kurikulum akan dirasakan oleh setiap elemen? Baik peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sekolah, pemerintah, dan masyarakat umum? Kita akan menunggu bagaimana aplikasi kurikulum 2013.

Selasa, 18 September 2012

RIWAYAT PENULIS NURUL HIDAYAT


Nurul Hidayat, pria kelahiran 27 April 1989 asal Indramayu, Jawa Barat. SI lulusan Program Studi Pendidikan Sosiologi Angkatan 2008, yang berdomisili di Jl. Pemuda 1 N0.33 02/02 Rawamangun, Pulo Gadung. Saat ini aktif sebagai Pengajar Sosiologi di Global Prestasi Senior High School, Jl. KH. Noer Ali No.10B, Kalimalang, Bekasi Barat


Juni - Juli 2013 menjadi staf peningkatan mutu siswa Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Anambas. Pada Desember 2012 - April 2013 menjadi Konsultan Pembelajaran dan Pendampingan PAUD Al-Muhajirin Kelurahan Tarempa Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas program Pelatihan Pembuatan Kurikulum PAUD Orientasi Permendiknas No.58 Tahun 2009. Bulan Maret-November 2012 menjadi Staf Administrasi ”Program Pendampingan Penguatan Manajemen dan Kemandirian PKBM” Gunung Rintis Kabupaten Kepulauan Anambas Kerjasama Community Development Program Premiere Oil dan Laboratorium Sosiologi Universitas Negeri Jakarta.

Latar belakang pendidikan serta jabatan yang diambilnya antara lain; tamatan SMA Negeri 1 Sliyeg, Indramayu. Setelah itu melanjutkan di International Institute of Communication (IIC) Indramayu, mengambil jurusan Multimedia Design. Melanjutkan ke Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengambil Jurusan Sosiologi dan aktif di organisasi penulisan dan pers mahasiswa, Pusat Studi Mahasiswa (PUSDIMA FIS) pernah sebagai Ketua Umum PUSDIMA FIS. Dan aktif juga di organisasi kemanusiaan Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Universitas Negeri Jakarta (KSR PMI UNJ) sebagai Ketua KSR PMI UNJ.

Adapun pelatihan yang pernah diikuti tahun 2012, Workshop Peningkatan Mutu Layanan Lembaga PAUD Tingkat Provinsi Kepulauan Riau, Diselenggarakan Oleh HIMPAUDI Provinsi Kepulauan Riau, di Hotel Comfort Tanjungpinang, tanggal 2-4 September 2012. Pada tahun 2011 Peserta Pelatihan, Seminar Nasional dan Lokakarya Temu Bhakti KSR-PMI Perguruan Tinggi Se-Indonesia di Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur. Tahun 2010 Pelatihan Search and Rescue (SAR) Darat Nasional II Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) Unit Perguruan Tinggi Se-Indonesia di KSR-PMI Unit IAIN Mataram dan Hutan Lindung Sesaot, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Pelatihan Pembuatan dan Pemanfaatan Media Sederhana Berbasis Lingkungan. Pusat Sumber Belajar Universitas Negeri Jakarta. Workshop Hypnoreiki.”Key Master-Empowering People”. Gedung Daksinapati, Universitas Negeri Jakarta. Pelatihan Gabungan ”Pertolongan Pertama”. Markas PMI Kota Administrasi Jakarta Timur. Pekan Jurnalistik Didaktika XXV “Latihan Dasar Pers Mahasiswa”. Universitas Negeri Jakarta. Tahun 2008 Pendidikan dan Pelatihan Dasar ”Kepalangmerahan dan Kemanusiaan” Pada Kegiatan Penerimaan Calon Anggota Baru Angkatan XVI KSR-PMI Universitas Negeri Jakarta.

Beberapa karya yang telah didapatkan. Juara III Pertolongan Pertama (regu), Jumbara PMR 2006 se-Kab. Indramayu. Juara II Lomba Lukis “Kemanusiaan” (individu), Jumbara PMR 2006 se-Kab. Indramayu. Juara II Perawatan Keluarga (regu), Jumbara PMR 2006 se-Kab. Indramayu. Juara III Bongkar Pasang Tenda (regu), Jumbara PMR 2006 se-Kab. Indramayu.

Kamis, 17 Mei 2012

Akhirnya Pulau Komodo Dinobatkan sebagai New 7 Wonders Nature


The New 7 Wonders Foundation menetapkan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur sebagai The New 7 Wonders Nature.

"Keberhasilan Taman Nasional Komodo menjadi contoh inspiratif bagaimana sebuah masyarakat dapat bersama-sama berusaha melindungi sebuah spesies yang hampir punah." Ungkapan Presiden New 7 Wonders Foundation, Bernard Weber. Pernyataan atas kesuksesan tersebut menjadi suatu prestise bagi  bangsa kita. secara otomatis Indonesia lebih dikenal oleh negara-negara luar, dan secara devisa dapat meningkatkan pendapatan.

Begitu pula ungkapan terima kasih dari Jusuf Kalla sebagai Duta Besar Komodo dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Komodo. Ungkapan terima kasih tersebut ditujukan kepada masyarakat Indonesia yang telah mengirimkan pesan singkat dalam dukungannya untuk Pulau Komodo.

Selain Pulau Komodo enam keajaiban lainnya adalah Halong Bay, Iguazu Fall, Jeju Island, Puerto Princsa Undergroun River, Table Mountain, dan Amazon (proses klarifikasi).

Kebanggan kita sebagai negara yang kedua kali terpilih sebagai 7 keajaiban tersebut harus memberikan pencerminan yang positif dalam ranah internasional. Agar pencitraan yang buruk melekat dalam bangsa kita luntur dan menjadi pencitraan positif. Kekayaan alam bangsa kita ini, harus tetap dijaga, terutama hasil bumi Indonesia, kita yang mengolah harusnya kita juga yang mendapat untungnya.

lihat juga:
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/05/16/320185/293/14/Horeee-Pulau-Komodo-Resmi-Masuk-New-7-Wonders-of-Nature
http://travel.kompas.com/read/2012/05/16/18073330/Komodo.Resmi.Jadi.New.7.Wonders.of.Nature
http://tv.liputan6.com/main/read/3/1086795/0/komodo-masuk-new-7-wonders-of-nature

Jumat, 23 Maret 2012

Ceritaku dari Pulau Anambas

 
Diatas pesawat terlihat pulau-pulau yang masih tumbuh hutan lebat dan pesisir pantai yang hijau dan biru muda, pasir nampak putih membatasi antara lautan dan daratan Kepulauan Anambas.

Sesampai kuinjakkan kaki ditanah Tarempa pusat kota di Kabupaten Kepulauan Anambas yang ramai dengan pompong (transportasi laut) dan speed boat transportasi laut modern dengan tenaga mesin yang bisa melesat cepat. Selain dua transportasi laut tersebut ada juga motor yang oleh warga disebut “Honda” merupakan kendaraan yang sering digunakan. Selain itu tidak terlihat kendaraan pribadi lain seperti halnya mobil. Ada mobil juga itu hanya milik Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas, Pengadilan Agama, dan ambulans.

Aku disambut oleh Meila tim Labsos dan Bu Acim (kepala PAUD) di pelabuhan. Tidak menunggu lama aku bersama Pak Ubedilah, Pak Roni, Meila dan Bu Acim menuju ke Desa Rintis di kediaman Teteh Isye (Ketua Yayasan PAUD dan pemilik rumah yang mengijinkan rumahnya ditinggali). Perjalanan untuk mencapai ke Desa Rintis penuh jalanan yang terjal dan tinggi. Dan jaraknya lumayan jauh, memang tidak ada penjelasan berapa kilometer. Tapi kalau naik motor dengan kecepatan 20-35 km/jam dapat ditempuh selama 20 menit. Itu juga jalanan naik turun. Walau jalanannya sudah beraspal tapi tetap saja ada bagian yang masih bertanah.

Sesampai dirumah teteh Isye ponsel tidak ada sinyal dan tidak ada aliran listrik disini, pikir pasti jenuh disini. Jam tanganku menunjukan pukul 13.00 wib, Kata Teteh Isye masih ada 5 jam lagi untuk ada aliran listrik, karena disini listrik masih menggunakan diesel dan jadwalnya dari jam 6 sore sampai jam 10 malam. Padahal di kota masih ada sinyal dan listrik, tapi di desa ternyata listrik tidak ada dan sinyal pun tidak ada. Sehingga ponselku dinonaktifkan dan bersabar untuk bisa menghubungi orang-orang tercintai di pulau Jawa.

Lanjut setelah beristirahat sejenak, berkenalan dan berbincang-bincang, kita makan. Makanan disini selalu ditemani dengan ikan laut, pertama dengan cumi, lanjut ikan tongkol, ikan minyak, ikan simbok, dan menu lainnya seperti telor. Yang menjadi ciri setiap makan yaitu ada teh manis hangat (teh O) yang dihidangkan. Rasanya khas pulau Anamabas yaitu ada rasa cengkehnya dan kadang rasa cengkeh itu begitu terasa sehingga sedikit pahit. Yang paling kusukai ketika makan disini yaitu dengan cumi hitam alias blekutak. Memakan cumi hitam teringat di kampungku, Indramayu. Aku makan sehari 3 kali dengan lauk yang sehari sama, dan ada cerita yang lucu, yaitu ketika tukang sayur dan tukang pedagang ikan tidak lewat rumah maka tidak ada masakan. Ujung-ujungnya mie rebus lagi.

Ditengah-tengah masyarakat ku sebagai publik figure yang selalu bersinar bagi mereka, kadang ada yang minta pendapat untuk kemajuan desa ini. Di kedai sempat berdiskusi dengan mantan Kepala Desa Rintis Bapak Sutisna membahas desa yang diujung pulau ini. Ilmuku tidak terlalu banyak untuk memajukan desa yang besar ini tapi ku maksimalkan dengan semampuku. Di kedai inilah ku dapat berinteraksi dengan warga untuk bersosialisasi.

Keseharianku bertemu dengan guru-guru PAUD dan anak-anak PAUD Kurnia, banyak pengalaman yang didapat dari mereka dan banyak pula pelajaran yang bertambah bagiku.  Anak-anak PAUD begitu senang terhadapku, malah banyak yang berebut ingin disampingku, maklum aku guru satu-satunya yang lelaki sehingga paling tampan diantara guru-guru lain. Aku selalu menghibur mereka dengan ice breaking ala kota Jakarta, mereka pun riang. Sampai ku kehabisan ide untuk menghibur mereka kembali. Siangnya, ku mengajarkan guru-guru untuk membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan mengajarkan untuk mengoperasikan komputer, lucu tapi kadang kesel juga karena guru-guru lupa melulu apa yang kuajarkan. Dan ku maklumi karena mengajari yang usia lanjut.

Di PAUD inilah ku habiskan paruh hari dan menghilangkan ingatan akan rindu dengan orang-orang di Jakarta. Menjadi seorang guru PAUD tidaklah mudah, butuh kesabaran yang super apalagi dengan anak-anaknya yang kadang susah diatur. Kalau disuruh belajar malah main-main seperti Rara dan Ridho, dua anak itu yang tak kulupakan.

Banyak hal yang ingin kuluapkan dalam tulisanku ini, pertama ingin ku sampaikan keadaan ekonomi disini sangat tinggi, harga melambung 2 sampai 4 kali lipat dari harga yang ada di Jakarta. Harga tomat satu buah bisa mencapai Rp. 5000,. Dan sayur sawi satu ikat di Jakarta bisa Rp.1000,. tapi disini harganya mencapai Rp.5000,. mie rebus Rp.7000., bakso Rp.10.00,. teh manis dan kopi Rp.4000 jika dikasih es harganya ditambahkan seribu sampai duaribu. Dan harga bensin untuk motor harganya bisa Rp.10.000-15.000,. tergantung persediaan dan distrubusi.

Dari beberapa wawancara sambil lalu dengan masyarakat Desa Rintis ini banyak disebabkan karena kebutuhan pokok tersebut berasal dari luar pulau misalnya dari Tanjung Pinang, Batam, dan Jakarta. Apalagi ketika distribusi terhambat dikarenakan gelombang air laut yang tinggi dan keadaan politik disini memanas maka harga sangat tinggi. Berdasarkan diskusi kecil di kedai dan sambil lalu dengan warga pendatang dari Jawa dan Jakarta kalau masyarakat disini sangat konsumtif, hal sepele dibeli dan tidak bisa untuk berproduksi sendiri. Contohnya, masalah sayur mayur, Kepulauan Anambas sangat kaya tanah dan sangat produktif ditanami dengan tumbuhan sejenis sayur, seperti tomat, sawi, kentang, wortel, dan harga paling tinggi yaitu cabe, sangat tidak menutup kemungkinan masyarakat setempat menanam cabe.

Walaupun ada tanaman sayur tapi tidak mencukupi kebutuhan ekonomi sehingga harus menunggu datangnya kapal laut Perintis yang datang dari Tanjung Pinang yang membawa pedagang-pedagang sayur. Kalau kapal laut Perintis tersebut datang, pasar Tarempa penuh dan berjubel untuk membelinya. Kapal laut Perintis pun sesak dengan barang-barang dagangan. Pernah kah masyarakat memikirkan untuk produksi sendiri?. Hal ini terjawab saat berdiskusi dengan masyarakat kelahiran Kepulauan Anambas, saat ditanya tentang kenapa lebih memilih membeli daripada memproduksi, mereka menjawab “lebih praktis” dan ada yang menjawab “lebih murah ketimbang membeli barang mentah”, mereka lebih enak membeli barang sudah matang dan jadi untuk di konsumsi. Pola pikir seperti ini yang menyebabkan salah satu tingginya harga sembako.

Begitu pula yang diungkapkan oleh pak Nur (48 tahun, sebagai utusan ComDev Premiere Oil bidang Pertanian dari dari Joglo Tani) dia mengamini kalau masyarakat setempat konsumtif dan sangat tidak peduli dengan masalah pertanian, padahal daerahnya sangat produktif untuk ditanami. Sekarang banyak pemilik kebun berasal dari pendatang dan pekerjanya dari warga setempat. Terus hasil panennya dijual lagi kepada masyarakat.

Kedua, tentang politik. Mula-mula heran melihat pemuda-pemuda berbaju safari atau baju ke-dinas-an halulalang di kota Tarempa,  yang laki-laki mengendari motor-motor keren, yang perempuan juga mengendarai motor dengan pakaian yang modis, berkerudung yang bergaya-gaya, penuh hiasan dan warna warni. Tidak satu hari yang kulihat dan tidak satu orang, tapi berkali-kali dan beberapa orang. Saat coba kutelusuri, kalau pemerintahan disini sedang membutuhkan pegawai, baik lulusan SMA juga diterima, padahal standarnya harus sarjana dan pernah berpengalaman dibidangnya tapi disini tidak begitu, maklum pemerintahan baru, kabupaten ini muncul belum lama ini sehingga banya kaum muda yang direkrut. Tapi akankah mereka pantas mengenakan baju beratribut pegawai negeri sipil dengan pekerjaannya?

Banyak cerita pula kalau pemerintah disini menghabiskan dana untuk hal yang tidak diperioritaskan, lebih diperuntukan perjalanan dinas dan pelatihan-pelatihan yang implementasinya “nol”. Kalau menurutku disini ada “gila pegawai” dan “pegawai gila”. Gila Pegawai yaitu orang yang berambisi untuk menjadi pegawai tapi dengan pendidikan dan pengalaman yang tidak tepat, maksa bagitu. Sedangkan dengan Pegawai Gila yaitu orang yang sudah menjadi pegawai stress dan dipenjara gara-gara terlibat korupsi, dan anehnya ada juga pejabat yang tidak mengerti tugasnya.

Ketiga, masalah budaya. Kepulauan Anambas merupakan bagian dari Pulau Sumatra dekat dengan Malaysia konon secara bahasa seharusnya berbahasa melayu, namun berbeda dengan di Desa Rintis ini mayoritas berbahasa sunda dan etnis sunda. Historisnya dahulu banyak masyarakat yang berasal dari Rangkasbitung Banten dan Bangka Belitung yang merantau ke desa ini. Secara budaya tidak terlihat kebudayaan asli dan produk daerah setempat. Budaya yang mereka terapkan masih kontemporer bagiku tidak ada ciri khusus budaya yang lahir disini. Namun masyarakat tanpa nilai dan norma tentu tidak mungkin, minimal punya suatu aturan yang ada di masyarakat ini, yaitu mereka membentuk rutinitas marhabanan (pengucapan sholawat-sholawat), namun rutinitas ini baru berjalan karena sebelumnya tidak ada disini.

Kultural lainnya, seperti seni, jenis musik, pakaian, atau makanan masih mirip dengan daerah asalnya di Banten, Jawa, dan daerah Sumatra bagian utara. Tidak ada ikatan tradisi dan adat istiadat yang kuat yang dapat mengikat mereka, dan juga tidak ada acara spriritual seperti Upacara keagamaan, Upacara adat saat musim tertentu.

Kepulauan Anambas sangat berpotensi bagi sarjana muda yang ingin mengabdikan dirinya di pulau kaya minyak ini, namun hal yang penting harus memiliki idealisme dan loyalitas tinggi untuk membangun daerah ini. Kalau tidak akan terkena arus yang dapat merusak citra positif. 


Jumat, 10 Februari 2012

Dugaan Piramida di Gunung Padang Mendekati Kenyataan


"Hasil dari International Conference on Indonesian Studies yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia di Inna Grand Bali Beach, Sanur memberikan sudut pandang yang semakin cerah terhadap perdebatan mengenai piramida yang menjadi kontroveersional tersebut. Bagaimanapun juga kita sebagai bangsa Indonesia harus optimis akan temuan-temuan peradaban bangsa Indonesia"


SANUR, (PRLM).- Setelah melakukan pengeboran secara diam-diam, Tim Katastropik Purba menemukan atap, lorong, dan material pasir di kedalaman 26 meter terkubur di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Penemuan itu membuktikan gambar yang dihasilkan dari pemetaan geolistrik berupa piramida itu untuk sementara ini benar. Koordinator Tim Katastropik Purba sekaligus Staf Presiden Andi Arief mengatakan itu dalam International Conference on Indonesian Studies yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia di Inna Grand Bali Beach, Sanur, Kamis (9/2).

Menurut dia, susunan yang ditemukan diduga kuat atap piramida persis seperti hasil geolistrik. Saat ini, temuan tersebut akan dilanjutkan dengan tahap eskavasi. Untuk itu, ia meminta agar pihak-pihak lain untuk menahan diri tidak mengomentari hasil temuan sementara itu sebelum seluruhnya rampung. "Kita mengimbau para ahli yang tidak melakukan riset, untuk bersabar. Terbukti di Gunung Padang itu sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan ternyata ada," ujarnya.



Dugaan adanya piramida di Gunung Padang juga berlaku untuk Gunung Sadahurip. Sebab, gambar hasil pemetaan geolistrik di Sadahurip juga hampir sama dengan gambar geolistrik di Gunung Padang. Oleh karena itu, ia tidak akan berhenti menelusuri keberadaan bukti-bukti arkeologi di kedua titik tersebut. Rencananya, pengeboran Sadahurip akan dilakukan mulai Maret mendatang. "Dari hasil geolistrik antara Gunung Padang dengan Sadahurip itu tidak begitu beda. Pembuktiannya nanti melalui pengeboran. Yang jelas, Gunung Padang hasilnya sama antara pengeboran dan geolistrik," ucapnya.

Andi mengaku bahwa upaya riset dan penelitian itu telah mendapat restu dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Oleh karena itu, upaya penelitian terkait itu akan terus dilakukan. Pekerjaan besar ini adalah yang pertama kali dilakukan di dunia karena terencana. Sejak masa kolonial berakhir, kata dia, penemuan arkeologi hanya berdasarkan faktor kebetulan semata. Misalnya karena kebetulan ditemukan oleh petani yang sedang mencangkul. kalau pada tahun 1800 saja ditemukan banyak bukti sejarah, kita kok sekarang sedikit sekali, lebih banyak karena cangkulan petani.



Terkait rencana pengeboran Sadahurip dan Gunung Padang, Pakar Genetika sekaligus penulis buku Eden in The East, Profesor Stephen Oppenheimer enggan berkomentar banyak karena dirinya tidak meneliti hal itu. Pada kesempatan itu, Oppenheimer hadir menyampaikan pidatonya terkait hasil temuannya tentang teori banjir besar yang menenggelamkan Sundaland (Benua Sunda) yang merupakan wilayah Asia Tenggara kini.

Dalam bukunya berjudul Eden in The East, Oppenheimer mengatakan bahwa peradaban Benua Sunda adalah awal mula dari peradaban maju yang ada di dunia. Hal itu ditandai dengan adanya penemuan sistem agrikultur dan peternakan yang telah maju sejak 16.000 tahun yang lalu.

Yang dimaksud dengan Sundaland oleh Oppenheimer yaitu melingkupi Indonesia kecuali Sulawesi dan Papua yang berbeda lempeng bumi, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan negara Asia Tenggara lainnya saat ini. Wilayah Asia Tenggara semula berada di satu daratan, namun terpisah setelah didera banjir besar berupa kenaikan muka air laut akibat es di kutub utara yang mencair.



Banjir besar itu terjadi tiga kali, yaitu yang pertama terjadi pada 14.500 tahun yang lalu yang menenggelamkan sebagian wilayah Jawa sehingga membentuk Pulau Jawa terpisah dari Kalimantan dan Sumatera yang terpisah oleh Laut Jawa dan Selat Sunda. Selain itu, banjir besar periode pertama itu juga menenggelamkan sebagian utara Kalimantan dan Sumatera sehingga membentuk Pulau Sumatera terpisah dengan Malaysia dan Kalimantanserta terbentuknya Laut China Selatan. Banjir kedua terjadi pada 11.500 tahun lalu dan banjir ketiga terjadi pada 8.400 dan 7.250 tahun lalu. "Ketiga banjir besar itu

Andi meminta agar tidak mengkait-kaitkan penelitian Tim Katastropik Purba dengan teori Oppenheimer tersebut. Menurut dia, justru penelitian itu dilakukan untuk menambah bukti-bukti baru yang mendukung teori Oppenheimer.

Selain Oppenheimer, konferensi itu juga dihadiri 150 peneliti budaya dari berbagai negara, di antaranya Vietnam, Kenya, Tunisia, Azerbaijan, Denmark, Jerman, Turki, Ukraina, Perancis, dan lainnya. Konferensi akan berlangsung hingga Jumat (10/2) malam dan dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ukus Kuswara, Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Soemantri didampingi oleh Dekan FIB UI Dr. Bambang Wibawarta.


sumber:http://www.pikiran-rakyat.com/node/176258


Lihat juga Kajian Sosiologi Nusantara: Heboh Isu Piramida di Garut, Jawa Barat


Kamis, 09 Februari 2012

Kajian Sosiologi Nusantara: Heboh Isu Piramida di Garut, Jawa Barat

"Kini Indonesia hangat dibincangkan dengan temuan Piramida di Garut Jawa Barat, konon lebih besar dan lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Temuan ini menarik seorang ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University Prof. Stephen Oppenhaimmer penulis buku Eden In The East untuk ikutserta dalam Sarasehan di Bali 9 Februari dan juga Presiden Susilo Yudhoyono merestui tentang penyidikan oleh Tim Studi BKP. Lantas seberapa kuatkah fenomena sosiologi nusantara tersebut?"



"Piramida" di Garut Belum Kesimpulan Akhir




Tim peneliti akan menyimpulkan jika pengeboran dan eskavasi selesai dilakukan.



artikel dari teknologi.vivanews.com


Kontroversi temuan bangunan mirip piramida di sejumlah tempat di nusantara akan dipaparkan dalam sarasehan bertajuk "Mengungkap Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional", di Gedung Krida Bhakti, Sekretariat Negara, pada 7 Febuari 2012.

Sarasehan itu akan menghadirkan para ahli geologi dan bidang ilmu lainnya yang selama ini meneliti Gunung Padang dan Gunung Sadahurip di Jawa Barat, serta sejumlah tempat lainnya di nusantara.



Seperti diberitakan, untuk membuktikan dugaan para ahli itu, sejumlah riset telah dilakukan di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang, antara lain melalui georadar, geolistrik, foto kontur dan foto IFSAR. Kini, tahap selanjutnya akan dilakukan pengeboran mendalami batuan di sejumlah tempat itu.

“Kemungkinan pada Maret nanti sebagai eskavasi awal, akan kami selidiki batuan di dalamnya,” kata salah satu anggota tim, Ir Iwan Sumule kepada VIVAnews.com, Senin, 30 Januari 2012. Sebelumnya, kata Iwan, pengeboran telah dilakukan, namun pada Maret nanti akan dilakukan ke lapisan yang lebih dalam.


Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief mengatakan sarasehan itu bertujuan memaparkan hasil kerja Tim Riset Katastropik Purba selama ini. "Saresehan ini adalah bagian dari agenda Tim Katastropik Purba, yang telah bekerja keras selama ini", ujarnya kepada VIVAnews, Selasa 31 Januari 2011.


Belum menyimpulkan

Andi Arief mengatakan tim peneliti, yang sebagian besar geolog senior dari ITB, belum sampai pada kesimpulan di dalam Gunung Sadahurip dan Gunung Padang terdapat "piramida" yang lebih tua dari piramida Mesir. "Kesimpulan baru bisa diperoleh setelah semua langkah riset ilmiah dilakukan, termasuk pengeboran dan eskavasi," ujar Andi.

Sarasehan besok lusa itu, kata Andi, akan membahas semua hal berkaitan dugaan adanya bangunan "piramida". "Meskipun temuan awal cukup kuat mengarah ke soal adanya piramida, kita tetap mengacu pada fakta empirik. Jalannya hanya melalui pengeboran dan eskavasi," ujar Andi.

Informasi itu sekaligus mengkoreksi pemberitaan sebelumnya bahwa tim telah sampai pada kesimpulan adanya bangunan menyerupai piramida di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang.

Sebelumnya dikatakan dua geolog telah berkesimpulan di Gunung Padang dan Sadahurip ada piramida. "Dr Andang Bachtiar dan Dr Danny Hilman belum memberi kesimpulan bahwa di dalam Gunung Sadahurip ada bangunan 'piramida'," ujar Andi.

Yang benar, tim itu sedang meneliti banyak sekali fenomena kebencanaan purba termasuk di Gunung Padang dan Gunung Sadahurip. Tapi sejauh ini penelitian di Sadahurip masih terus berlanjut, dan masih belum menyimpulkan ada atau tidaknya "piramida" di sana.



Penelitian tentang kebencanaan purba di sejumlah lokasi itu bertujuan melengkapi data-point statistik daur ulang kebencanaan. Informasi itu sangat bermanfaat dalam upaya prediksi ilmiah kebencanaan, baik besaran, lokasi, dan juga waktu ulangnya.

"Selain itu bertujuan mempelajari persepsi, cara tindak, dan rekaman kebudayaan masa lalu terkait mitigasi bencana, yang seringkali dibahasakan sebagai kearifan lokal," ujar Andi.

Dikatakan, fokus utama sarasehan besok bukan pada Gunung Sadahurip saja, tetapi juga hasil sementara penelitian di daerah lain yang sudah jauh lebih maju status penelitiannya dibanding Sadahurip. Antara lain di Banda Aceh, setelah daerah itu disapu bencana dahsyat gempa dan tsunami pada 2005. Lalu juga situs di Trowulan, Batujaya, dan Gunung Padang.

"Tentu, di bagian akhir, sarasehan akan membahas kemajuan penelitian di Gunung Sadahurip sebagai pelengkap," ujar Andi menambahkan.


Selain sarasehan, hasil temuan Tim Katastropik juga akan dibahas dalam pertemuan kebudayaan internasional di Bali, 9 Februari mendatang, yang digarap oleh Universitas Indonesia.

Dikatakan, ilmuwan Oxford, Inggris, Prof Dr Stephen Oppenheimer, penulis buku laris "Eden in the East" juga tertarik dengan keberadaan "piramida" di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang, dan akan hadir di pertemuan Bali itu.




Lihat "Atlantis Itu Indonesia" Sebuah Kajian mengungkap Filsuf Plato tentang Benua Atlantis yang hilang.

Jumat, 03 Februari 2012

Menelaah Artikel Kompasiana: "Zainab Al-Khawaja, Ratu Twitter dari Bahrain"


"Isu terkait akun Twitter di Indonesia yang akan dihapuskan tidak akan berjalan dengan semestinya, banyak alasan mengatakan Indonesia adalah negara demokratis tinggi, yang bisa berpendapat melalui jejaring sosial, hal ini tidak berdampak pada gerakan revolusi yang mulai bergema di Indonesia. Lantas kenapa Twitter di Indonesia akan dihapuskan?" Oleh: Nurul Hidayat



Gerakan pro demokrasi menggunakan media jejaring sosial terbukti cukup efektif menjatuhkan sejumlah diktator di Timur Tengah. Mereka yang telah menjadi korban efektivitas media jejaring sosial itu, antara lain Ben Ali, Presiden Tunisia yang melarikan diri ke Arab Saudi, disusul Presiden Mesir Hosni Mubarak, pemimpin Libya Moammar Gaddafi, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, dan kini yang sedang berada di ujung tanduk adalah Presiden Suriah.


Keberhasilan gerakan pro demokrasi di sejumlah negara Arab itu, menginspirasi sejumlah aktivis anti monarki Bahrain yang menggunakan Twitter untuk menumbangkan raja mereka. Aksi itu dimotori oleh Zainab Al-Khawaja. Dia adalah seorang aktivis HAM sekaligus blogger terkemuka di negara tersebut. Akibat aksi penggalangan massa via Twitter, akhirnya dia ditahan polisi saat berlangsungnya protes di Manama, Jumat (16/12/2011) tahun lalu.



Zainab Al-Khawaja adalah putri seorang tokoh oposisi terkenal di negara itu. Dia memiliki akun twitter dengan nama @angryarabiya. Saat kerusuhan itu terjadi, dia tidak mau beranjak dari bundaran jalan raya Budaiya. Kabarnya dia menolak untuk meninggalkan bundaran yang terletak di sebelah barat kota Manama itu sampai akhirnya polisi menangkap Zainab.

Tribunjogja.com, Jumat (16/12) melaporkan tentang penangkapan Zainab Al-Khawaja: Dia diborgol dan dibawa pergi oleh polisi bersama dengan setidaknya satu pengunjuk rasa wanita lain. Zainab sempat menulis tweets: “Saya duduk di bundaran jalanan Budaiya, mereka berteriak turunkan Hamad, dan seketika polisi anti huru hara tampaknya tidak tahu harus berbuat apa. Seorang gadis telah bergabung dengan saya sekarang.”



Solidaritas kepada Zainab Al-Khawaja terus mengalir memenuhi timeline twitter, baik timeline sahabat-sahabat dan pendukungnya. Mereka menulis #FreeForBahrain, #FreeZainab #Bahrain dan banyak komentar yang mendukung gerakan pro demokrasi yang sudah berlangsung sejak 10 bulan lalu. Dukungan itu bukan hanya dari tweeps di negara itu, malah berdatangan hampir dari seluruh dunia.

Fenomena itu barangkali yang membuat Pangeran Al Waleed bin Talal, anggota Kerajaan Arab Saudi begitu khawatir, sehingga dia menginvestasikan dananya kepada mikroblog Twitter. Dengan kekuatan uang, dia dengan mudah dapat membungkam kekuatan Twitter di negaranya.

Tanda tanya orang terhadap motivasi Pangeran Al Waleed bin Talal membeli saham Twitter akhirnya terjawab. Tidak lama kemudian, Twitter yang salah satu pemiliknya adalah keluarga Kerajaan Arab Saudi itu, menyatakan akan mulai membatasi tweets di negara tertentu. Dapat dipastikan, salah satu negara yang tidak bebas lagi untuk berkicau (tweets) adalah di Arab Saudi.



Mungkinkah pembatasan semacam itu akan diikuti oleh negara lain, Indonesia misalnya. Sepertinya, Indonesia yang sudah berada dalam alam demokrasi, tentu tidak ada untungnya mengambil langkah ini. Pembatasan terhadap kebebasan berpendapat melalui media jejaring sosial pasti akan mencederai demokrasi itu sendiri.

Lebih-lebih Twitter merupakan media jejaring sosial terbanyak kedua setelah Facebook yang digunakan oleh orang Indonesia. Kompasdotcom (9/11/2011) menulis bahwa Twitter dan Facebook digunakan oleh 47 juta warga Indonesia. Angka yang sangat besar untuk melakukan sebuah pembatasan. Pastinya, Indonesia bukan Timur Tengah yang otoriter dan selalu khawatir dengan gerakan pro demokrasi.

dikutip dari http://media.kompasiana.com/new-media/2012/02/01/zainab-al-khawaja-ratu-twitter-dari-bahrain/

Statistik Pengunjung

Socio Education

Merupakan Weblog tentang seputar materi ilmu sosial sebagai penunjang dan pelengkap edukasi.

  © Design Blog 'Ultimatum' by Socio Education 2020

Back to TOP