Entri Populer
-
di kamar ini aku dilahirkan di bale bambu buah tangan bapakku di rumah ini aku dibesarkan dibelai mesra lentik jari ibuku ...
-
Disclaimer: Belajar sosiologi untuk kelas XI IPS materi konflik sosial. Sulitnya melawan virus corona pernah dibahas pada postingan seb...
-
Artikel #1 untuk tugas A1 Perubahan sosial dari segi waktu berjalan lambat (evolusi) dan juga dapat berjalan dengan cepat (revolusi). Dili...
Kamis, 05 September 2013
"Ujung Aspal Pondok Gede-Iwan Fals: Spotlite Perubahan Sosial dalam lagu"
Senin, 18 Februari 2013
Kontemplasi Kurikulum 2013: Dua Sisi Koin yang Berbeda
Selasa, 18 September 2012
RIWAYAT PENULIS NURUL HIDAYAT
Latar belakang pendidikan serta jabatan yang diambilnya antara lain; tamatan SMA Negeri 1 Sliyeg, Indramayu. Setelah itu melanjutkan di International Institute of Communication (IIC) Indramayu, mengambil jurusan Multimedia Design. Melanjutkan ke Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengambil Jurusan Sosiologi dan aktif di organisasi penulisan dan pers mahasiswa, Pusat Studi Mahasiswa (PUSDIMA FIS) pernah sebagai Ketua Umum PUSDIMA FIS. Dan aktif juga di organisasi kemanusiaan Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Universitas Negeri Jakarta (KSR PMI UNJ) sebagai Ketua KSR PMI UNJ.
Kamis, 28 Juni 2012
Kamis, 17 Mei 2012
Akhirnya Pulau Komodo Dinobatkan sebagai New 7 Wonders Nature
The New 7 Wonders Foundation menetapkan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur sebagai The New 7 Wonders Nature.
"Keberhasilan Taman Nasional Komodo menjadi contoh inspiratif bagaimana sebuah masyarakat dapat bersama-sama berusaha melindungi sebuah spesies yang hampir punah." Ungkapan Presiden New 7 Wonders Foundation, Bernard Weber. Pernyataan atas kesuksesan tersebut menjadi suatu prestise bagi bangsa kita. secara otomatis Indonesia lebih dikenal oleh negara-negara luar, dan secara devisa dapat meningkatkan pendapatan.
Begitu pula ungkapan terima kasih dari Jusuf Kalla sebagai Duta Besar Komodo dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Komodo. Ungkapan terima kasih tersebut ditujukan kepada masyarakat Indonesia yang telah mengirimkan pesan singkat dalam dukungannya untuk Pulau Komodo.
Selain Pulau Komodo enam keajaiban lainnya adalah Halong Bay, Iguazu Fall, Jeju Island, Puerto Princsa Undergroun River, Table Mountain, dan Amazon (proses klarifikasi).
Kebanggan kita sebagai negara yang kedua kali terpilih sebagai 7 keajaiban tersebut harus memberikan pencerminan yang positif dalam ranah internasional. Agar pencitraan yang buruk melekat dalam bangsa kita luntur dan menjadi pencitraan positif. Kekayaan alam bangsa kita ini, harus tetap dijaga, terutama hasil bumi Indonesia, kita yang mengolah harusnya kita juga yang mendapat untungnya.
lihat juga:
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/05/16/320185/293/14/Horeee-Pulau-Komodo-Resmi-Masuk-New-7-Wonders-of-Nature
http://travel.kompas.com/read/2012/05/16/18073330/Komodo.Resmi.Jadi.New.7.Wonders.of.Nature
http://tv.liputan6.com/main/read/3/1086795/0/komodo-masuk-new-7-wonders-of-nature
Jumat, 23 Maret 2012
Ceritaku dari Pulau Anambas
Diatas pesawat terlihat pulau-pulau yang masih tumbuh hutan lebat dan pesisir pantai yang hijau dan biru muda, pasir nampak putih membatasi antara lautan dan daratan Kepulauan Anambas.
Jumat, 10 Februari 2012
Dugaan Piramida di Gunung Padang Mendekati Kenyataan
"Hasil dari International Conference on Indonesian Studies yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia di Inna Grand Bali Beach, Sanur memberikan sudut pandang yang semakin cerah terhadap perdebatan mengenai piramida yang menjadi kontroveersional tersebut. Bagaimanapun juga kita sebagai bangsa Indonesia harus optimis akan temuan-temuan peradaban bangsa Indonesia"
SANUR, (PRLM).- Setelah melakukan pengeboran secara diam-diam, Tim Katastropik Purba menemukan atap, lorong, dan material pasir di kedalaman 26 meter terkubur di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Penemuan itu membuktikan gambar yang dihasilkan dari pemetaan geolistrik berupa piramida itu untuk sementara ini benar. Koordinator Tim Katastropik Purba sekaligus Staf Presiden Andi Arief mengatakan itu dalam International Conference on Indonesian Studies yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia di Inna Grand Bali Beach, Sanur, Kamis (9/2).
Menurut dia, susunan yang ditemukan diduga kuat atap piramida persis seperti hasil geolistrik. Saat ini, temuan tersebut akan dilanjutkan dengan tahap eskavasi. Untuk itu, ia meminta agar pihak-pihak lain untuk menahan diri tidak mengomentari hasil temuan sementara itu sebelum seluruhnya rampung. "Kita mengimbau para ahli yang tidak melakukan riset, untuk bersabar. Terbukti di Gunung Padang itu sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan ternyata ada," ujarnya.
Dugaan adanya piramida di Gunung Padang juga berlaku untuk Gunung Sadahurip. Sebab, gambar hasil pemetaan geolistrik di Sadahurip juga hampir sama dengan gambar geolistrik di Gunung Padang. Oleh karena itu, ia tidak akan berhenti menelusuri keberadaan bukti-bukti arkeologi di kedua titik tersebut. Rencananya, pengeboran Sadahurip akan dilakukan mulai Maret mendatang. "Dari hasil geolistrik antara Gunung Padang dengan Sadahurip itu tidak begitu beda. Pembuktiannya nanti melalui pengeboran. Yang jelas, Gunung Padang hasilnya sama antara pengeboran dan geolistrik," ucapnya.
Andi mengaku bahwa upaya riset dan penelitian itu telah mendapat restu dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Oleh karena itu, upaya penelitian terkait itu akan terus dilakukan. Pekerjaan besar ini adalah yang pertama kali dilakukan di dunia karena terencana. Sejak masa kolonial berakhir, kata dia, penemuan arkeologi hanya berdasarkan faktor kebetulan semata. Misalnya karena kebetulan ditemukan oleh petani yang sedang mencangkul. kalau pada tahun 1800 saja ditemukan banyak bukti sejarah, kita kok sekarang sedikit sekali, lebih banyak karena cangkulan petani.
Terkait rencana pengeboran Sadahurip dan Gunung Padang, Pakar Genetika sekaligus penulis buku Eden in The East, Profesor Stephen Oppenheimer enggan berkomentar banyak karena dirinya tidak meneliti hal itu. Pada kesempatan itu, Oppenheimer hadir menyampaikan pidatonya terkait hasil temuannya tentang teori banjir besar yang menenggelamkan Sundaland (Benua Sunda) yang merupakan wilayah Asia Tenggara kini.
Dalam bukunya berjudul Eden in The East, Oppenheimer mengatakan bahwa peradaban Benua Sunda adalah awal mula dari peradaban maju yang ada di dunia. Hal itu ditandai dengan adanya penemuan sistem agrikultur dan peternakan yang telah maju sejak 16.000 tahun yang lalu.
Yang dimaksud dengan Sundaland oleh Oppenheimer yaitu melingkupi Indonesia kecuali Sulawesi dan Papua yang berbeda lempeng bumi, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan negara Asia Tenggara lainnya saat ini. Wilayah Asia Tenggara semula berada di satu daratan, namun terpisah setelah didera banjir besar berupa kenaikan muka air laut akibat es di kutub utara yang mencair.
Banjir besar itu terjadi tiga kali, yaitu yang pertama terjadi pada 14.500 tahun yang lalu yang menenggelamkan sebagian wilayah Jawa sehingga membentuk Pulau Jawa terpisah dari Kalimantan dan Sumatera yang terpisah oleh Laut Jawa dan Selat Sunda. Selain itu, banjir besar periode pertama itu juga menenggelamkan sebagian utara Kalimantan dan Sumatera sehingga membentuk Pulau Sumatera terpisah dengan Malaysia dan Kalimantanserta terbentuknya Laut China Selatan. Banjir kedua terjadi pada 11.500 tahun lalu dan banjir ketiga terjadi pada 8.400 dan 7.250 tahun lalu. "Ketiga banjir besar itu
Andi meminta agar tidak mengkait-kaitkan penelitian Tim Katastropik Purba dengan teori Oppenheimer tersebut. Menurut dia, justru penelitian itu dilakukan untuk menambah bukti-bukti baru yang mendukung teori Oppenheimer.
Selain Oppenheimer, konferensi itu juga dihadiri 150 peneliti budaya dari berbagai negara, di antaranya Vietnam, Kenya, Tunisia, Azerbaijan, Denmark, Jerman, Turki, Ukraina, Perancis, dan lainnya. Konferensi akan berlangsung hingga Jumat (10/2) malam dan dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ukus Kuswara, Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Soemantri didampingi oleh Dekan FIB UI Dr. Bambang Wibawarta.
sumber:http://www.pikiran-rakyat.com/node/176258
Lihat juga Kajian Sosiologi Nusantara: Heboh Isu Piramida di Garut, Jawa Barat
Kamis, 09 Februari 2012
Kajian Sosiologi Nusantara: Heboh Isu Piramida di Garut, Jawa Barat
"Piramida" di Garut Belum Kesimpulan Akhir
Tim peneliti akan menyimpulkan jika pengeboran dan eskavasi selesai dilakukan.
artikel dari teknologi.vivanews.com
Kontroversi temuan bangunan mirip piramida di sejumlah tempat di nusantara akan dipaparkan dalam sarasehan bertajuk "Mengungkap Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional", di Gedung Krida Bhakti, Sekretariat Negara, pada 7 Febuari 2012.
Sarasehan itu akan menghadirkan para ahli geologi dan bidang ilmu lainnya yang selama ini meneliti Gunung Padang dan Gunung Sadahurip di Jawa Barat, serta sejumlah tempat lainnya di nusantara.
Seperti diberitakan, untuk membuktikan dugaan para ahli itu, sejumlah riset telah dilakukan di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang, antara lain melalui georadar, geolistrik, foto kontur dan foto IFSAR. Kini, tahap selanjutnya akan dilakukan pengeboran mendalami batuan di sejumlah tempat itu.
“Kemungkinan pada Maret nanti sebagai eskavasi awal, akan kami selidiki batuan di dalamnya,” kata salah satu anggota tim, Ir Iwan Sumule kepada VIVAnews.com, Senin, 30 Januari 2012. Sebelumnya, kata Iwan, pengeboran telah dilakukan, namun pada Maret nanti akan dilakukan ke lapisan yang lebih dalam.
Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief mengatakan sarasehan itu bertujuan memaparkan hasil kerja Tim Riset Katastropik Purba selama ini. "Saresehan ini adalah bagian dari agenda Tim Katastropik Purba, yang telah bekerja keras selama ini", ujarnya kepada VIVAnews, Selasa 31 Januari 2011.
Belum menyimpulkan
Andi Arief mengatakan tim peneliti, yang sebagian besar geolog senior dari ITB, belum sampai pada kesimpulan di dalam Gunung Sadahurip dan Gunung Padang terdapat "piramida" yang lebih tua dari piramida Mesir. "Kesimpulan baru bisa diperoleh setelah semua langkah riset ilmiah dilakukan, termasuk pengeboran dan eskavasi," ujar Andi.
Sarasehan besok lusa itu, kata Andi, akan membahas semua hal berkaitan dugaan adanya bangunan "piramida". "Meskipun temuan awal cukup kuat mengarah ke soal adanya piramida, kita tetap mengacu pada fakta empirik. Jalannya hanya melalui pengeboran dan eskavasi," ujar Andi.
Informasi itu sekaligus mengkoreksi pemberitaan sebelumnya bahwa tim telah sampai pada kesimpulan adanya bangunan menyerupai piramida di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang.
Sebelumnya dikatakan dua geolog telah berkesimpulan di Gunung Padang dan Sadahurip ada piramida. "Dr Andang Bachtiar dan Dr Danny Hilman belum memberi kesimpulan bahwa di dalam Gunung Sadahurip ada bangunan 'piramida'," ujar Andi.
Yang benar, tim itu sedang meneliti banyak sekali fenomena kebencanaan purba termasuk di Gunung Padang dan Gunung Sadahurip. Tapi sejauh ini penelitian di Sadahurip masih terus berlanjut, dan masih belum menyimpulkan ada atau tidaknya "piramida" di sana.
Penelitian tentang kebencanaan purba di sejumlah lokasi itu bertujuan melengkapi data-point statistik daur ulang kebencanaan. Informasi itu sangat bermanfaat dalam upaya prediksi ilmiah kebencanaan, baik besaran, lokasi, dan juga waktu ulangnya.
"Selain itu bertujuan mempelajari persepsi, cara tindak, dan rekaman kebudayaan masa lalu terkait mitigasi bencana, yang seringkali dibahasakan sebagai kearifan lokal," ujar Andi.
Dikatakan, fokus utama sarasehan besok bukan pada Gunung Sadahurip saja, tetapi juga hasil sementara penelitian di daerah lain yang sudah jauh lebih maju status penelitiannya dibanding Sadahurip. Antara lain di Banda Aceh, setelah daerah itu disapu bencana dahsyat gempa dan tsunami pada 2005. Lalu juga situs di Trowulan, Batujaya, dan Gunung Padang.
"Tentu, di bagian akhir, sarasehan akan membahas kemajuan penelitian di Gunung Sadahurip sebagai pelengkap," ujar Andi menambahkan.
Selain sarasehan, hasil temuan Tim Katastropik juga akan dibahas dalam pertemuan kebudayaan internasional di Bali, 9 Februari mendatang, yang digarap oleh Universitas Indonesia.
Dikatakan, ilmuwan Oxford, Inggris, Prof Dr Stephen Oppenheimer, penulis buku laris "Eden in the East" juga tertarik dengan keberadaan "piramida" di Gunung Sadahurip dan Gunung Padang, dan akan hadir di pertemuan Bali itu.
Lihat "Atlantis Itu Indonesia" Sebuah Kajian mengungkap Filsuf Plato tentang Benua Atlantis yang hilang.
Jumat, 03 Februari 2012
Menelaah Artikel Kompasiana: "Zainab Al-Khawaja, Ratu Twitter dari Bahrain"
"Isu terkait akun Twitter di Indonesia yang akan dihapuskan tidak akan berjalan dengan semestinya, banyak alasan mengatakan Indonesia adalah negara demokratis tinggi, yang bisa berpendapat melalui jejaring sosial, hal ini tidak berdampak pada gerakan revolusi yang mulai bergema di Indonesia. Lantas kenapa Twitter di Indonesia akan dihapuskan?" Oleh: Nurul Hidayat
Gerakan pro demokrasi menggunakan media jejaring sosial terbukti cukup efektif menjatuhkan sejumlah diktator di Timur Tengah. Mereka yang telah menjadi korban efektivitas media jejaring sosial itu, antara lain Ben Ali, Presiden Tunisia yang melarikan diri ke Arab Saudi, disusul Presiden Mesir Hosni Mubarak, pemimpin Libya Moammar Gaddafi, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, dan kini yang sedang berada di ujung tanduk adalah Presiden Suriah.
Keberhasilan gerakan pro demokrasi di sejumlah negara Arab itu, menginspirasi sejumlah aktivis anti monarki Bahrain yang menggunakan Twitter untuk menumbangkan raja mereka. Aksi itu dimotori oleh Zainab Al-Khawaja. Dia adalah seorang aktivis HAM sekaligus blogger terkemuka di negara tersebut. Akibat aksi penggalangan massa via Twitter, akhirnya dia ditahan polisi saat berlangsungnya protes di Manama, Jumat (16/12/2011) tahun lalu.
Zainab Al-Khawaja adalah putri seorang tokoh oposisi terkenal di negara itu. Dia memiliki akun twitter dengan nama @angryarabiya. Saat kerusuhan itu terjadi, dia tidak mau beranjak dari bundaran jalan raya Budaiya. Kabarnya dia menolak untuk meninggalkan bundaran yang terletak di sebelah barat kota Manama itu sampai akhirnya polisi menangkap Zainab.
Tribunjogja.com, Jumat (16/12) melaporkan tentang penangkapan Zainab Al-Khawaja: Dia diborgol dan dibawa pergi oleh polisi bersama dengan setidaknya satu pengunjuk rasa wanita lain. Zainab sempat menulis tweets: “Saya duduk di bundaran jalanan Budaiya, mereka berteriak turunkan Hamad, dan seketika polisi anti huru hara tampaknya tidak tahu harus berbuat apa. Seorang gadis telah bergabung dengan saya sekarang.”
Solidaritas kepada Zainab Al-Khawaja terus mengalir memenuhi timeline twitter, baik timeline sahabat-sahabat dan pendukungnya. Mereka menulis #FreeForBahrain, #FreeZainab #Bahrain dan banyak komentar yang mendukung gerakan pro demokrasi yang sudah berlangsung sejak 10 bulan lalu. Dukungan itu bukan hanya dari tweeps di negara itu, malah berdatangan hampir dari seluruh dunia.
Fenomena itu barangkali yang membuat Pangeran Al Waleed bin Talal, anggota Kerajaan Arab Saudi begitu khawatir, sehingga dia menginvestasikan dananya kepada mikroblog Twitter. Dengan kekuatan uang, dia dengan mudah dapat membungkam kekuatan Twitter di negaranya.
Tanda tanya orang terhadap motivasi Pangeran Al Waleed bin Talal membeli saham Twitter akhirnya terjawab. Tidak lama kemudian, Twitter yang salah satu pemiliknya adalah keluarga Kerajaan Arab Saudi itu, menyatakan akan mulai membatasi tweets di negara tertentu. Dapat dipastikan, salah satu negara yang tidak bebas lagi untuk berkicau (tweets) adalah di Arab Saudi.
Mungkinkah pembatasan semacam itu akan diikuti oleh negara lain, Indonesia misalnya. Sepertinya, Indonesia yang sudah berada dalam alam demokrasi, tentu tidak ada untungnya mengambil langkah ini. Pembatasan terhadap kebebasan berpendapat melalui media jejaring sosial pasti akan mencederai demokrasi itu sendiri.
Lebih-lebih Twitter merupakan media jejaring sosial terbanyak kedua setelah Facebook yang digunakan oleh orang Indonesia. Kompasdotcom (9/11/2011) menulis bahwa Twitter dan Facebook digunakan oleh 47 juta warga Indonesia. Angka yang sangat besar untuk melakukan sebuah pembatasan. Pastinya, Indonesia bukan Timur Tengah yang otoriter dan selalu khawatir dengan gerakan pro demokrasi.
dikutip dari http://media.kompasiana.com/new-media/2012/02/01/zainab-al-khawaja-ratu-twitter-dari-bahrain/