Oleh:
N. H. Eddart
Menjelang akhir tahun
2016, tensi Indonesia sedang memanas dengan isu-isu horizontal yang rentan
terhadap integrasi bangsa, upaya pemersatu ikatan dengan simbol “ke-bhinekatunggalika-an”
serta doktrin-doktrin “NKRI” sempat disebar untuk menguatkan kembali pasca
isu-isu horizontal tersebut. Kini “Om Telolet Om” menjadi viral dan trending topik
sebagai simbol pemersatu dengan kosakata yang sangat sederhana “telolet” berhasil
mendinginkan suasana, kata telolet awalnya diperkenalkan oleh komunitas pecinta
bus, kemudian bulan November muncul di media sosial video-video pemburu telolet
di daerah Jepara yang dilakukan anak-anak kecil setelah pulang sekolah di sore
hari dengan membawa spanduk atau berteriak “om telolet om” sebagai bentuk tawar
kepada supir untuk membunyikan klakson busnya. Suara klakson bus hasil tawar
dari pemburunya dianggap sebagai sebuah tantangan yang ditunggu-tunggu, analogi
sederhananya seperti ini, ketika kita meminta sesuatu kepada siapapun kemudian
permintaan tersebut dikabulkan, maka kita akan merasa bahagia.
Tantangan berburu
telolet tergolong baru sebagai jenis hiburan rakyat, padahal hal serupa pernah
ada di Indonesia seperti mengejar kereta api untuk meminta uang dari
penumpangnya, berteriak minta duit ketika helikopter terbang di atas rumahnya, menonton
kendaraan saat mudik, dan berlari melihat ambulans ketika mendengar bunyi
sirine. Hal ini pernah dialami anak-anak masa kecil sebagai hiburan rakyat, namun
kenapa telolet lebih terkenal ketimbang hal lainnya. Perbedaanya karena sudah
pasti, era kini masyarakat telah mengenal media berbagi kesenangan, telolet
berhasil menarik perhatian masyarakat karena telah masuk ranah globalisasi
dimana tidak ada batas apapun bagi suatu negara untuk berbagi informasi dan
transportasi. Kemudian media sosial yang berperan menyebarkan informasi akan kesenangan
dan hobi mereka menjadi lebih terkenal.
Bunyi klakson bus,
bunyi kereta api, bunyi ambulans dan bunyi jenis kendaraan apapun memang tidak
pernah terlepas dari bentuk permainan anak-anak. Jenis permainan anak-anak
butuh visualisasi dan audiotori yang bersamaan tercipta agar terkesan
realistis. Proses peniruan ini disebut imitasi yaitu peniruan gaya, bahasa,
tingkah laku dari seseorang. Seorang anak kecil meniru supir atau pengendara
dari kendaraan tertentu, kemudian di transformasikan bersamaan dengan bentuk
permainannya. Lalu kenapa dengan telolet, bentuk mainan mobil-mobilan bus
memang banyak dijual, tapi belum realistis audiotorinya. Para pecinta bus
sering mengambil gambar bus saat melintas di wilayahnya terutama di Jawa Tengah
atau Jawa Timur. Tidak heran jika kita yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya
berkunjung ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur sering melihat orang mengambil
gambar bus dan mengacungkan jempol disisi jalan raya. Pecinta bus juga membuat miniatur
bus sangat mirip seperti aslinya , tapi sayang miniature bus tidak dilengkapi suara
klakson telolet, karena klakson bus telolet tidak dijual dengan murah dan
mudah. Sehingga permainan mobil-mobilan dilakukan dengan lisan mereka.
Lalu kenapa alasan anak-anak
turun ke jalan untuk berburu klakson telolet? karena mainan bus dan suara
klakson bus yang harus sinergi itulah menjadi alasan anak-anak berburu klakson
bus. Suara telolet yang bermacam-macam dan unik tersebut menjadi referensi bagi
mereka saat bermain dengan temannya. Tapi pemburu klakson bus tidak semuanya
anak-anak yang bermain dengan mobil-mobilan. Ada pergeseran interpretasi dari
klakson bus yang berbunyi telolet tersebut, yaitu tantangan meminta telolet
kepada supir bus itulah yang kini menjadi permainan baru, tidak hanya dilakukan
oleh anak-anak melainkan orang dewasa juga, makanya sekarang ada yang menyebut telolet challenge. Dalam telolet challenge ini memunculkan
permainan rakyat baru, dimana tantangannya adalah meminta suara klakson dengan
terikan “om telolet om”, jika bus membunyikan maka sukseslah dia, tapi jika
tidak membunyikan klakson maka gagal bagi dia, termasuk jika bunyi klaksonnya
standar juga tidak memuaskan bagi tantangan ini.
Bus telolet dengan
bus konvensional tidak mudah dibedakan karena hanya bisa dibedakan berdasarkan
bunyi klaksonnya, klakson bus telolet memiliki harga yang mahal, beberapa supir[1]
yang pernah ditanyakan harganya kisaran 950 ribu sampai 1,5 jutaan tergantung
jenis bunyinya. Bagi Patra[2] pemburu
telolet ini sudah ada dari 5-6 tahun yang lalu tandanya banyak yang merekam dan
mengacungkan jempol disisi jalan maupun di terminal-terminal, yang diincar
adalah bus pariwisata dan bus besar karena suaranya yang khas dan nyaring
membuat perhatian warga, biasanya ditemui di Jawa Tengah. Bus telolet memiliki
ciri antara lain trayek jarak jauh menuju Jawa Tengah atau Jawa Timur atau bus
AKAP (antarkota antarprovinsi), bus jenis pariwisata, dan bus kelas bisnis. Sedangkan
bus trayek Cirebon, Kuningan, dan Karawang memiliki klakson standar dan lebih
panjang seperti terompet kapal.
Berikut ini daftar
bus telolet paling keren berdasarkan Bis Mania Community (BMC) dalam sebuah
video yang diunggah melalui youtube 19 September 2016. Pertama. Bus Garuda Mas Mahesa, suara klakson bus yang meningkatkan
rasa cinta untuk tanah air. Klakson telolet lagu Hari Merdeka 17 Agustus ini
jadi yang terbaik dengan menempati peringkat pertama. Kedua. Bus Garuda Mas, klakson telolet paling keren kedua adalah
suara lagu jablay yang pernah dipopulerkan Titi Kamal dalam filmnya
"Mendadak Dangdut." Ketiga .
Bus Laju Prima SHD, ada yang tahu lagu “Suwe Ora Jamu” minta supirnya
menyalakan klakson dan lagu “Suwe Ora Jamu” akan bergema di jalanan. Keempat. Bus Rosalia Indah SHD Keempat,
ada klakson telolet khas colekan, mirip-mirip reffrain di lagu “Cublak-cublak
Suweng”. Kelima. Bus Subur Jaya,
suara telolet ocehan bus Subur Jaya lebih panjang. Keenam. Bus PO.SAE, klakson telolet bus PO SAE sedikit lucu, dan
masuk ke dalam tujuh suara telolet paling keren versi BMC. Ketujuh. Bus Pandawa 87, terakhir ada klakson telolet bunyi parade
dari Bus Pandawa.
Om Telolet Om telah
menjadi pendingin suasana bangsa ini setelah memanasnya isu horizontal yang
belakangan terjadi, dengan kebahagian yang sederhana, bentuk identitas Indonesia
yang menjadi viral mendunia, sampai selebriti internasional ikut-ikutan dalam
permainan ini. Masyarakat ternyata membutuhkan hiburan tidak melulu diselimuti
isu-isu sensitif seputar konflik horizontal dan politik kepentingan. Media
hiburan yang selama ini menjadi tontonan, telah beralih fungsi sebagai media
konspirasi. Berita yang disajikan hal-hal yang membuat masyarakat tegang akan
ancaman konflik dan terorisme. Padahal sejatinya masyarakat akan terus bergerak
menciptakan hal-hal baru kemudian menjadi tradisi masyarakat itu sendiri sampai
tradisi itu menjadi simbol suatu budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar