Entri Populer

Rabu, 27 September 2017

Video Klip Agnez Mo "Estetika atau Tak Etika"

Oleh. N.H. Eddart

Agnes Monica merilis single terbaru dengan judul Long As I Get Paid pada tanggal 22 September 2017 yang telah menyita publik Indonesia. Video klip internasional tersebut telah disaksikan sebanyak 5,3 juta kali dalam waktu empat hari setelah perilisan dan masuk trending topic youtube.

Tanggapan warganet beragam pro dan kontra, sebagian fans Agnez Mo mendukung dan memuji atas kembalinya di dunia musik. Tapi sebagian juga mencibir video klip yang disutradarai Sasha Samsonova dianggap tidak beretika dan mempertontonkan aurat.

Perkara etika dan estetika dilegitimasi oleh dominasi pemikirian manusia pada saat ini. Manakala etika sebagai batasan-batasan moral individu dalam bertindak dan berinteraksi maka norma sosial muncul. Sisi lain, estetika sebagai wujud kebudayaan dari hasil interaksi individu dengan kehidupan sosialnya. Video klip Agnes Mo dalam pandangan teori posmodern memisahkan seni berdasarkan instrinsik dan ekstrinsik.

Lukisan Affandi dengan wanita telanjangnya memberikan kesan instrinsik, lahir dari gambaran diri akan tertindasnya wanita pada era itu, sedangkan video klip tersebut tidak menunjukan sisi instrinsik yang jelas, bahkan sangat jelas aktris yang menjadi pembina di The Voice Kids Indonesia tidak menunjukan etika kepada adik didiknya, bahkan kualitas lagu tidak seperti lagu Agnes Mo sebelum-sebelumnya.

Kemudian sisi ekstrinsik, tujuan dari video klip tersebut memberi pesan seksualitas, emosi individualistik dalam mewujudkan popularitas belaka serta pesan komersialisasi agar tampil sama dengan jajaran penyanyi top internasional yang vulgar seperti Lady Gaga, Katy Perry dan Fifth Harmony. Justru tidak sama dengan lukisan Affandi yang menyampaikan pesan kesamaan kedudukan perempuan secara status sosial.

Desain kostum yang dikenakan Agnez Mo menunjukan nasionalisme dengan paduan kebaya batik dan mahkota ukir. Anne Avantie yang mendesain kostum memang sudah terkenal ditingkat internasional dari karya-karya bajunya. Namun, sangat disayangkan dominasi stigma warga negara Indonesia yang sisi religius yang kuat tidak memandang video klip ini sebagai kebanggaan budaya yang tidak beretika. Lain cerita jika video klip tersebut tidak terdapat adegan-adegan yang dianggap tabuh oleh masyarakat kita.





Kamis, 07 September 2017

Janur Kuning: Makna Ikatan Cinta Dalam Interaksi Dua Individu dan Kelompok



Masyarakat memiliki banyak simbol-simbol khusus sebagai penyampai pesan kepada khalayak. Simbol yang terdapat di masyarakat akan dimaknai secara umum karena telah membudaya dan turun temurun menggunakannya. Seperti halnya janur kuning, symbol ini diketahui sebagai tanda akan berlangsungnya pernikahan antarindividu dengan individu lain. Desain janur kuning memiliki ragam yang berbeda, bentuknya menyerupai payung, terbuat dari daun kelapa yang masih muda, bambu sebagai penguat, dan dipasang depan jalan.

Herbert Blumer mengungkapkan tiga pokok pikiran dalam penafsiran simbol. Penafsiran tersebut dinamakan teori interaksionisme simbolik yaitu, Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu bagi dirinya (meaning). Janur kuning yang dipasang depan jalan dimaknai secara bersamaan oleh masyarakat dengan simbol pernikahan. Masyarakat yang hendak hadir dalam pesta pernikahan akan sangat mudah mengetahui janur kuning tersebut, bahkan warga yang melintas juga akan mengartikan hal sama sebagai tanda pernikahan. Itu artinya bahwa janur kuning telah ditafsirkan oleh banyak masyarakat sebagai simbol pesta pernikahan.

Janur kuning selain memiliki pesan pesta pernikahan juga memiliki pesan akan interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik antarindividu dan antarkelompok. Dua individu yang terpisah kemudian menjadi satu dalam sebuah ikatan pernikahan, kemudian hubungan timbal balik tersebut diwujudkan dalam pesta pernikahan. Ikatan pernikahan wujud timbal balik antarindividu sedangkan pesta pernikahan wujud timbal balik dari antarkelompok keluarga besar yang hadir.

Pernikahan selalu dekat dengan pesta atau hajatan dalam bahasa kita, tentunya bukan karena tidak adanya faktor orang-orang hadir dalam pesta pernikahan. Ada faktor pendorong dari individu melakukan interaksi sosial menurut Horton dan Hunt yaitu, empati, identifikasi, sugesti, simpati, dan empati.  Dilihat dari sifatnya interaksi sosial ini lebih kearah positif, salah satu faktor pendorongnya ialah simpati. Simpati adalah kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain. Dalam proses ini terjalin kerjasama dengan kelompok lain atas dasar ketertarikan dari pesta pernikahan. Sebuah undangan sebagai simbol perantara interaksi sosial, orang-orang terdekat akan datang menghadiri pesta pernikahan. 

Jadi, janur kuning utamanya adalah media penyampai pesan atas pesta pernikahan, didorong oleh faktor simpati dari teman-temannya. Media penghubung terjalinnya interaksi sosial dibuktikan dengan undangan.

Selasa, 22 Agustus 2017

Menganalisa Perubahan Sosial

Artikel #1 untuk tugas A1

Perubahan sosial dari segi waktu berjalan lambat (evolusi) dan juga dapat berjalan dengan cepat (revolusi). Dilihat dari proses adakalanya suatu perubahan bisa direncakanan dan tidak direncakan yang muncul tanpa dikehendaki, seperti maraknya industrialisasi sebagai rencana pemerintah menekan pengangguran tapi disisi lain, muncul hal yang tidak direncakan yaitu urbanisasi, masyarakat dengan kehidupan konsumtif dan individualistik. Sehingga dampak perubahan mengarah pada sektor yang lebih luas sampai berdampak pada hal-hal besar atau mengarah pada hal yang lebih kecil. Pada gambar dibawah A1, merupakan perubahan sosial pada sektor digitalisasi. Silahkan lakukan analisa berdasarkan bentuk perubahan sosial yang tepat menurut Anda!














Artikel #2 untuk tugas A2


 Traktor merupakan kendaraan mesin pengganti kerbau dalam membajak sawah pertanian. Alat ini di klaim lebih bagus daripada kerbau untuk membajak sawah. Hasil dari traktor bisa lebih cepat daripada pembajak konsensional.

Namun, artikel di bawah ini menunjukan hal  berbeda pada masyarakat Agam. Dilihat dari segi maju-mundurnya perubahan sosial yaitu progress dengan hasil yang lebih baik dan sedangkan regress dengan hasil yang dinilai kurang baik, bagaimana Anda dapat mendeskripsikan alat pembajak ini dengan artikel di  bawah ini.





















Analisa #3 A3 lagu "Ujung Aspal Pondok Gede"

Saksikan dan dengarkan lagu Iwan Fals di bawah ini.
Sesuai dengan lirik lagu tersebut, terdapat unsur-unsur perubahan sosial. Jika melihat daripada definisi perubahan sosial menurut Emile Durkheim mengungkapkan perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. Jelaskan aspek sosial mana sajakah yang mengalami perubahan sosial pada lagu tersebut ditinjau berdasarkan definisi dari Emile Durkheim?

Senin, 19 Juni 2017

Hari Lahir Pancasila, Kok Libur? Gaungnya Mana

Oleh. N. H. Eddart



Di tahun 2017 tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila, padahal Indonesia merdeka sudah 72 tahun lalu dan sudah 109 tahun lahir identitas jati diri bangsa Indonesia. Kini tanggal 1 Juni resmi berwarna merah, artinya bahwa pemerintah menetapkan sebagai hari libur nasional. Justru esensi apa dari diliburkannya tanggal 1 Juni tersebut? Apakah bentuk celebration dari diliburkannya tanggal 1 Juni? Lalu bagaimana rakyat memaknai hari lahir Pancasila dengan hari libur nasional?

Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni tahun 1945 saat Ir. Soekarno mengusulkan ideologi bangsa Indonesia di sidang BPUPKI. Selain Ir. Soekarno yang mengusulkan terdapat dua tokoh sebelumnya telah mengusulkan ideologi bangsa, yaitu Muhammad Yamin dan Supomo. Gagasan yang disampaikan oleh Ir. Soekarno soal 5 prinsip dasar negara, yaitu 1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan; 3. Mufakat atau demokrasi; 4. Kesejahteraan sosial dan 5. Negara yang Berketuhanan. Awalnya gagasan Ir. Soekarno disebut Pancadharma.

Ir. Soekarno dikenal religius ingin ideologi bangsa dapat dipatuhi seperti Rukun Islam yang berjumlah lima, sehingga membentuk kewajiban (dharma) bagi pemeluknya. Nampaknya, kata kewajiban tidak tepat untuk prinsip dari suatu negara. Kemudian atas usul dari ahli bahasa dinamakan Pancasila, dimana Sila diartikan asas atau dasar karena dari lima itulah ideologi negara Indonesia dibentuk.

Dimasa reses BPUPKI membentuk panitia yang berjumlah sembilan orang, yaitu diketuai Ir. Soekarno, dan wakil ketua Drs. Mohammad Hatta, dengan beranggotakan Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Mohammad Yamin, KH. Wahid Hasjim, Abdoel Kahar Moezakir, Abikoesno Tjokrosoejoso, H. Agus Salim, Mr. Alexander Andries Maramis. Kemudian panitia tersebut dinamakan Panitia Sembilan.

Panitia Sembilan saling berkompromi diantaranya terdapat 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:

1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Piagam Jakarta inilah yang menjadi cikal bakal Pembukaan UUD 1945. Kelima sila yang disusun merupakan teks Pancasila. Namun, di tanggal 18 Agustus 1945  terjadi perubahan pada sila pertama yang berdasarkan pada berbagai pertimbangan mengenai sebuah negara kesatuan.

Ir. Soekarno sebagai presiden yang baru disahkan tanggal 18 Agustus 1945, kemudian melihat kondisi sosial geografi Indonesia yang kaya akan agama dan budaya berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan. Presiden Soekarno paham jika kemerdekaan Indonesia yang diperjuangkan selama ini bukan dari satu golongan. Kemerdekaan Indonesia diraih justru lahir atas perjuangan rakyat dari Sumatera sampai Papua dengan berbagai keanekaragaman budaya didalamnya.

Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Presiden Sukarno segera menghubungi Hatta dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, di antaranya Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” demi keutuhan Indonesia.

Hal ini dilakukan secara legowo oleh para pemuka Islam Indonesia pada saat itu atas pertimbangan dari kata-kata penenangan oleh Pak Hatta, yaitu demi tercapainya kesatuan dan integrasi Bangsa Indonesia yang baru saja berdiri mulai dari tanah Sumatera hingga Papua. Penghapusan kata kata tersebut diterima secara baik dan tanpa adanya rasa dendam yang mendalam. Hal inilah yang menunjukkan toleransi yang tinggi oleh rakyat Indonesia sedari dulu.

Penulis ingin mengajak pembaca memahami sejarah lahirnya Pancasila. Pancasila lahir lebih dulu dari kemerdekaan Indonesia. Pancasila lahir tanggal 1 Juni sedangkan kemerdekaan 17 Agustus di tahun yang sama. Akan tetapi, jati diri bangsa Indonesia lahir lebih dulu dari pada dua momen di atas lahirnya Pancasila dan kemerdekaan Indonesia. Jati diri bangsa Indonesia tercatat lahir di tahun 1908 karena secara resmi kaum terpelajar menggunakan nama Indonesia ketimbang Hindia Belanda. Kemudian dikukuhkan sesuai tanah, bangsa, dan bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda di tahun 1928.

Kembali pada pertanyaan diatas, justru esensi apa tanggal 1 Juni diliburkan? "Pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dan masyarakat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni," bunyi Peraturan Presiden (Perpres) No 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila. Bagi pelajar akan sangat senang jika diliburkan, bagi pegawai akan bahagia diliburkan, bagi pengusaha akan mikir keberatan diliburkan, dan bagi pemerintah untuk apa diliburkan kalau tidak ada agenda nasional peringatan hari lahir nasional. Jelas-jelas bahwa Pancasila lahir sebagai modal sosial bagi rakyat Indonesia. Rakyat selama ini bersatu karena modal sosial yang sukses ditanam oleh founding fathers.

Sosiolog Pierre Bourdieu (1992)  mendefinisikan modal sosial adalah sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari jaringan sosial yang terlembaga serta berlangsung secara terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif. Penulis jelaskan dengan sederhana bahwa modal sosial merupakan ikatan individu-kelompok  yang telah mendarahdaging sebagai bentuk pengakuan bersama satu sama lain dalam pencapaian dukungan bersama. Modal sosial harus disatukan dalam ideologi bangsa, jika tidak akan berpotensi disorganisasi sosial.

Bagaimana bentuk perayaan “celebration” yang diagendakan, pemerintan ternyata telah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Sekretaris Negara tentang Upacara Bendera Merah Putih sebagai peringatan Hari Lahir Pancasila. Namun, surat edaran B-437/M.Sesneg/Set/TU.00.04/05/2017 tersebut tidak sosialisasi dengan baik bahkan tidak diperingati sebagai sebuah peristiwa yang layak sebagai hari lahir ideologi. Walaupun tertulis pekan pancasila tapi gaung Hari Lahir Pancasila masih dirasa kurang.

Penulis menyimak dalam di beberapa berita baik melalui televisi maupun internet bentuk perayaan berupa upacara di istana negara dan kantor pemerintahan, kirab budaya di Blitar, ikrar pancasila di depan DPRD Yogyakarta, dan melakukan orasi oleh mahasiswa Yogyakarta untuk menangkal radikalisme yang masuk ke ranah pendidikan. Tentunya selain itu ada beberapa bentuk perayaan di daerah lain yang penulis tidak sebutkan.

Tantangan negara kita saat ini rawan akan konflik horizontal, untuk lebih menggema lagi perayaan Pancasila harusnya diagendakan setingkat nasional. Pekan Pancasila dirasa kurang efektif masih kalah dengan isu SARA yang lebih dulu menggema. Buatkan agenda pawai budaya serentak ditiap daerah, diwaktu yang serentak sesuai kondisi masing-masing. Bila perlu sewa stadion Gelora Bung Karno untuk celebration Hari Lahir Pancasila atau sewa jalan protokol Sudirman - Thamrin hingga monas untuk festival Hari Lahir Pancasila. Gerakan Pancasila harus lebih greget daripada bentuk-bentuk aksi yang hanya satu golongan saja. Karena Pancasila bukan milik satu golongan.

Hari Lahir Pancasila diperingati bukan untuk berlibur. Justru agendakan kegiatan-kegiatan yang mengandung Pancasila sehingga esensi diliburkannya tanggal 1 Juni dapat tepat sasaran. Rakyat Indonesia sekarang ini telah jauh dari pemahaman ideologi bangsa, sudah terpengaruh oleh situasional politik dan terbawa oleh pengaruh aliran radikal. Pancasila sebagai modal sosial dapat menjadi integrasi sosial bukan mengesampingkan Pancasila. Apalagi adanya golongan intoleran yang sengaja mengecilkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Perlu diingat, Pancasila adalah dasar asas pemersatu rakyat Indonesia, sedangkan pedoman berkehidupan sudah tercantum dalam sila pertama atau agama penganutnya masing-masing.

Penulis sangat mengapresiasi tanggal 1 Juni sebagai hari libur nasional atau lebih tepatnya libur untuk celebration hari lahir Pancasila. Semoga di tahun depan perayaan Hari Lahir Pancasila lebih greget dan lebih menggema ke seantaro nasional bahkan dunia. Berikan citra positif bahwa Indonesia adalah milik bersama dan berikan informasi kepada dunia bahwa Saya Indonesia Saya Pancasila.

Kami Sebut Civitas Akademika


Oleh: N. H. Eddart

Lembaga pendidikan sejak dahulu dijadikan sebagai wadah masyarakat dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan. Proses transformasi berupa hasil pemikiran-pemikiran dari maha guru lalu disampaikan kepada murid-muridnya, seperti ketika Aristoteles belajar dari Plato dan ketika Plato belajar dari Socrates. Meski Socrates dimasanya tidak menerbitkan sebuah karya, namun dia tetap dikenang dalam tulisan murid-muridnya.
Proses internalisasi ilmu pengetahuan antara guru dan murid adalah bentuk beradaan diri. Rene Descartes, sang filsuf Perancis mengungkapkan “Cogito Ergo Sum” yang artinya “Aku berpikir maka aku ada” ditafsirkan bahwa seseorang harus berfikir akan kehendak yang diinginkan, sehingga keinginan tersebut dapat diwujudkan sesuai dengan kehendaknya. Hal ini tentu sama dengan konsep nilai sosial akan sebuah perasaan-perasaan yang diinginkan dan mempengaruhi perilaku tersebut. Adapun hasil pemikiran seseorang sangat mempengaruhi tindakan-tindakan yang dilakukan, jika berfikir akan nilai yang sederhana maka perilaku kita hanya sebatas tindakan yang sederhana pula.
Keinginan seseorang dengan konsep yang besar dengan mencakup banyak individu sosial, maka akan mewujudkan sebuah hasil karya yang besar. Jika dalam satu wadah lembaga pendidikan memiliki pemikiran besar tentu akan melahirkan sebuah kota pendidikan, bukan hanya sekedar transformasi ilmu, bukan semata-mata mencetak lulusan-lulusan baru, tapi sebuah peradaban besar akan muncul di wadah lembaga pendidikan ini.
Peradaban dalam bahasa Latin, yaitu civitas yang artinya kota. Kota sendiri dideskripsikan sebagai wilayah yang memiliki karakteristik tata ruang yang baik dan rapih, sistem sosial dengan norma sosial yang dipatuhi oleh warganya, masyarakat yang memiliki ragam pekerjaan serta telah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju ketimbang wilayah lainya.
Civitas dalam lembaga pendidikan merupakan wadah aktivitas pendidikan dengan proses melahirkan, mengembangkan, dan mewariskan sistem pengetahuan agar bertahan dari krisis degeneratif pendidikan. Karena kita tahu, maju-mundurnya sebuah peradaban disebabkan pewarisan nilai-nilai pendidikan oleh guru kepada muridnya. Aktivitas yang berkelanjutan dan sinergi dengan nilai-nilai kebangsaan harus dipatuhi oleh seluruh elemen sekolah, baik itu guru, murid, pegawai, dan orang tua. Maka keseluruhan elemen yang bersatu padu untuk mewujudkan peradaban pendidikan, kami sebut Civitas Akademika.
Sekolah atau kampus sebagai salah satu unit lembaga pendidikan, bertanggungjawab atas keberlangsungan nasionalisme bangsa Indonesia. Untuk menjaga rasa persatuan dan kesatuan bangsa harus diwujudkan dalam aktivitas pendidikan di unit sekolah dalam bentuk aktivitas-aktivitas bernafaskan kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan yang telah tertanam kuat akan rapuh seperti bangunan rumah kayu diserang rayap. Maka penguatan kebangsaan harus semaksimal mungkin dirawat agar tetap kokoh.
Secara konteks historis, kesadaran kebangsaan ditandai dengan dibentuknya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang pada saat itu digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo kemudian didirikan oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa STOVIA. Budi Utomo menjadi pelopor organisasi awal pergerakan nasional, kemudian diikuti oleh organisasi-organisasi seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dll. Kehadiran organisasi ini secara massif melawan kolonial Belanda dengan cara berbeda sebelum tahun 1908, yaitu dengan peranan pers dan pendidikan.
STOVIA yang merupakan sekolah kedokteran era Belanda, menjelma menjadi civitas akademika yang menyadarkan akan pentingnya kebangsaan. Konstribusinya jelas untuk mewariskan kepada generasi selanjutnya untuk bersatu secara ideologis  dan menyuarakan melalui tulisan-tulisan bahwa masyarakat nusantara harus bangun bersatu. Padahal sekolah ini merupakan sekolah kedokteran, menyadari tugas kedokteran begitu berat tapi tidak menurunkan semangat nasionalisme organisasi ini.
Belajar dari kisah sejarah, mari refleksikan hari kebangkitan nasional dalam unit sekolah. Apakah selama ini sudah membangun Civitas Akademika? Bagaimana bentuk Civitas Akademika yang menyumbang kesadaran kebangsaan di unit sekolah? Dan apakah hasil yang telah dilakukan bisa dirasakan oleh seluruh elemen Civitas Akademika?
Untuk menutup tulisan ini, jangan jadikan sekolah hanya sebagai proses belajar mengajar, karena proses belajar mengajar hanya mengejar nilai semata. Tapi jadikan sekolah sebagai pusat peradaban dalam meregenerasi muridnya untuk memegang estafet Budi Utomo. Hari Kebangkitan Nasional adalah titik awal Indonesia merdeka.

*lulusan sosiologi UNJ 2012, pernah aktif di Pusdima Fis UNJ, sekarang mengabdi di SMA Global Prestasi Kalimalang Bekasi.

Minggu, 09 April 2017

Inilah Dua Fakta Perang Dunia III Semakin Dekat

Oleh: N.H. Eddart

Semenjak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat ke- 45 telah  memunculkan sebagai negara adidaya kembali. Sebelumnya dibawah pemerintahan Barack Obama, Amerika Serikat bisa dikata negara yang bersahabat dan tidak menunjukkan sebagai negara agresor. Tapi kesan bersahabat tersebut sudah hilang dan AS kembali menunjukkan wajah aslinya. Tulisan ini mengungkap fakta-faktanya yang dapat dilihat dari aksi militernya di Suriah dan Semenanjung Korea.

Pada hari Jumat (7/4) lalu AS meluncurkan 59 rudal tomahawk dari dua kapal perangnya yang siaga di laut Mediterania yaitu USS Porter dan USS Ross. Target serangan dua kapal perangnya ke pangkalan udara Shayrat yang diduga sebagai home base pesawat Suriah yang menjatuhkan bom kimia pada selasa (4/4) di Kota Khan Sheikhoun, Idlid, Suriah yang dilaporkan lebih 80 orang tewas, termasuk juga anak-anak. Alasan kuat dari serangan AS adalah karena pelanggaran HAM yang dilakukan presiden Bashar Al-assad untuk menghabisi ISIS dengan bom kimia. Padahal AS sebelumnya juga memerangi ISIS, namun setelah kalah tenar sama sekutu Suriah, yaitu Rusia yang lebih dipercaya sama Bashar Assad maka AS seperti dipermalukan.

Serangan AS ke Suriah menunjukkan bahwa keberadaan negara adidaya tersebut masih eksis di kancah internasional. Sangat jelas kebijakan Trump sebagai presiden AS mengizinkan serangan tersebut dengan dalih HAM. Adapun pidato Presiden Trump tentang serangan rudal ke Suriah “Malam ini, saya memerintahkan serangan militer terarah ke sebuah landasan udara di Suriah, tempat serangan kimia itu dilancarkan. Ini merupakan kepentingan keamanan nasional AS yang vital untuk mencegah dan menangkal penyebaran dan penggunaan senjata kimia mematikan” ujar Trump, selasa (4/4). "Tidak ada yang perlu diperdebatkan bahwa Suriah menggunakan senjata kimia yang dilarang, melanggar kewajibannya sesuai Konvensi Senjata Kimia, dan mengabaikan seruan Dewan Keamanan PBB," tandas Trump. Dalih pelanggaran HAM dijadikan sebagai alasan mengapa Presdien Trump mengizinkan untuk menyerang Suriah, padahal keterlibatan AS di Suriah pada mulanya untuk memerangi terorisme. Tentunya menjadi sebuah tanya tanya besar atas sikap AS di Suriah.

Fakta lainnya yang tidak jauh dari wilayah kita, bentuk kebijakan Trump di semenanjung Korea atas sikap Korea Utara yang melakukan uji coba rudal nuklirnya ke laut perbatasan Jepang. Bentuk kebijakannya dengan mengirim kapal induk Carl Vinson yang bertolak dari pangkalan AS di Singapura dengan membawa 36 jet tempur ke Semenajung Korea. Sebelumnya juga AS telah mengirim pasukannya Seal Team 6 dan disusul Delta Force dalam misi latihan gabungan ke Korea Selatan seperti dikutip dari nypost.com (13/3) “A bigger number of and more diverse US special operation forces will take part in this year’s Foal Eagle and Key Resolve exercises to practice missions to infiltrate into the North, remove the North’s war command and demolition of its key military facilities,” a military official told Yonhap, asking not to be named. Jelas diungkapkan bahwa keberadaan pasukan elit AS untuk menyusup ke wilayah utara dan latihan gabungan ini dilaksanakan sampai akhir April.

Pasca pertemuan dua pemimpin presiden AS Donald Trump dan presiden China XI Jinpin kamis (6/4) dan jumat (7/4) kemaren di Mar-a-Lago, Florida, justru membuat situasi semakin memanas. Pasalnya selama ini China merupakan sekutu Korut justru melakukan pertemuan dengan AS. Bahkan AS yang sempat memanas dengan China atas sengketa dan kebebasan navigasi di Laut China Selatan, kini AS dan China berupaya menekan Korut untuk menghentikan rudal nuklirnya. Beberapa pembahasan dari kedua pemimpin negara tersebut diantarnya "Trump mengatakan bahwa ia bersama dengan Xi telah melakukan pembahasan secara mendalam dan sangat serius mengenai masalah nuklir Korut dan merespon hal itu, termasuk posisi AS dalam penyebaran THAAD," ujar pernyataan dari pemimpin bertindak Korsel, Hwang Kyo-ahn, dilansir Asian Correspondent, Sabtu (8/4).

Walapun terjadi pertemuan kedua negara AS-China, Presiden Xi Jinpin meresa keberatan dengan penyebaran radar X-Band THAAD yang telah tiba di pangkalan Angkatan Udara AS di Osan, Korea Selatan pada hari Kamis (16/3/2017). Radar X band dapat berfungsi untuk melacak rudal, dan mampu mendeteksi gerakan rudal dari musuh dari jarak maksimal 800 kilometer dengan sudut 120 derajat. Sikap keberatan China karena radar tersebut dapat menjangkau wilayah negara tirai bambu dan mengganggu stabilitas keamanan negara China.

Dua fakta aksi militer AS di Suriah dan semenanjung Korea menjadi banyak perhatian internasional dan tentu Indonesia harus berjaga-jaga. Kalau di Suriah tidak berdampak langsung terhadap Indonesia karena secara geografis jauh, namun tidak untuk di semenajung Korea. Jika sedikitpun terjadi senggolan antara Korut dan AS, maka sangat mungkin stabilitas di Laut China Selatan menjadi terganggu. Laut China Selatan dan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) akan menjadi jalur sibuk yang dilalui oleh kapal perang dan tentu perdagangan Indonesia terganggu karena selama ini Indonesia banyak menjalin kerjasama ekonomi dengan Korea Selatan, Jepang, dan China.

Mungkin tidak mungkin, Presiden Trump yang dikenal kontroversional akan melancarkan serangan jika menemukan alasan yang kuat untuk menyerang Korea Utara. Formasi yang terlibat dari kubu Korea Selatan yaitu Jepang, Amerika Serikat dan China. China dalam hal ini walapun sama negara komunis dengan Korea Utara tapi sejak kepemimpinan Presiden Kim Jong Un hubungan kedua negara tidaklah baik. Disisi lain, bagi AS, China tetaplah pesaingnya dalam bidang ekonomi dan keberatan China atas penyebaran radar THAAD merupakan tanda bahwa China tidak sependapat dengan AS untuk menginvasi Korea Utara dan China lebih memilih negosiasi AS dengan Korut ketimbang melakukan invasi. Sikap Rusia tentunya akan menjadi penentu dalam etalase konflik antar negara ini.

Statistik Pengunjung

Socio Education

Merupakan Weblog tentang seputar materi ilmu sosial sebagai penunjang dan pelengkap edukasi.

  © Design Blog 'Ultimatum' by Socio Education 2020

Back to TOP