Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label perubahan sosial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perubahan sosial. Tampilkan semua postingan

Selasa, 31 Maret 2020

Belajar Sosiologi dari Virus Corona

Kajian Sosiologi: Sulitnya Melawan Covid-19

oleh: N.H. Eddart

Materi Pokok:
Kelas X: interaksi sosial, folkways, interaksionisme simbolik, metodologi penelitian
Kelas XI: Culture shock, konflik sosial, masalah sosial
Kelas XII: Perubahan sosial dan globalisasi
Disclaimer: Artikel ini sebagai bahan belajar sosiologi selama wabah pandemi virus corona.


Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan Physical and Social Distancing kepada warga negaranya agar mengurangi persebaran pasien Covid-19. Selain itu, tagar #dirumahaja banyak ditemukan di media sosial, seperti twitter, instagram, facebook, dll. Hal ini tentunya usaha pemerintah mengingatkan warganya akan pesan melawan virus corona dengan di rumah saja.

Pemerintah daerah juga melalui gubenurnya menyerukan untuk melarang para perantau yang berada di luar daerah untuk kembali ke daerah asalnya, alasan utama agar menjaga virus corona tidak terbawa dari kota ke desa. Salah satunya adalah seruan dari Gubernur Jawa Tengah yang mengungkapkan "Jika panjenengan sayang sama keluarga di kampung, jika penjenengan semua pingin keluarga tetep sehat lan slamet, urungkan niat untuk pulang kampung. Tidak usah pulang kampung," tuturnya. Selanjutnya Gubernur Ganjar melakukan kesepakatan dengan Gubernur se-Jawa, seperti yang diungkapkan dalam akun instagramnya, "Kemarin saya sudah berkoordinasi dengan Pemda DKI dan Gubernur Jawa Barat. Selanjutnya saya akan koordinasi dengan Gubernur Jawa Timur. Kita buat kesepakatan bersama untuk melarang warga pulang ke daerah asal," kata Ganjar lewat akun Instagram resmi @ganjar_pranowo, Jumat (27/3) malam.

Upaya yang dilakukan baik tingkat pusat atau daerah untuk Physical and Social Distancing nampaknya mengalami kesulitan. Tulisan ini berupaya menjawab kenapa warga masih melakukan kontak primer dengan warga yang lain? Alasan masih melakukan kontak primer dengan warga lain? Seberapa paham tentang Physical and Social Distancing atau #dirumahaja bagi warga?. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi di beberapa jalan dan Stasiun Kota Bekasi dan wawancara sambil lalu dengan lokasi di salah satu perumahan di Kota Bekasi dengan lingkup satu RT dan juga dilakukan di salah satu desa di Indramayu sebagai pendukung pertanyaan ini.

Pembahasan ini tidak terpaku pada satu teori sebagai teori dasarnya, melainkan menjelaskan dari sudut pandang sosiologis. Perlu diketahuai bahwa kontak primer adalah hubungan individu dengan individu lain secara face to face, terlihat fisiknya secara langsung tanpa perantara, dan melihat mimik komunikasi secara verbal atau non-verbal. Sedangkan Physical and Social Distancing adalah pembatasan jarak fisik dan sosial satu sampai dua meter dikerumunan, antrian, atau komunikasi. Bisa juga diartikan sebagai jaga jarak aman antarorang saat berkumpul. Kemudian arti #dirumahaja adalah berdiam diri di rumah dengan tidak ke sekolah, ke tempat kerja, ke tempat ibadah, dan pusat-pusat keramaian.

Penjelasan di atas nampaknya sudah cukup jelas, tapi kenapa warga masih melakukan kontak primer? Jawaban-jawaban tersebut terangkum di bawah ini berdasarkan observasi dan wawancara sambil lalu.
1   
    1. Folkways (Kebiasaan)
Kebiasaan dalam arti suatu nilai dan norma sosial yang berasal dari rutinitas yang mengarah ke tradisi adat istiadat. Hal ini banyak ditemukan di masyarakat kita, penulis kategorikan ini ke dalam folkways yang tersusun ke beberapa sub-sub folkways yang sering dijumpai oleh masyarakat kita. Sub-sub folkways tersebut adalah:

Midang sebagai aktivitas nongkrong depan rumah baik di teras rumah, bangku depan rumah, atau warung yang rumahan. Selama melakukan pengamatan seporadis di wilayah Bekasi pada tanggal 23 Februari-29 Maret 2020 banyak orang-orang yang masih nongkrong. Mereka umumnnya adalah bapak/ibu serta anak-anaknya masih balita. Ini aktivitas yang menjadi kebiasaan masyarakat, duduk depan rumah baik di teras atau bangku, bahkan di warung rumah sambil ngobrolin tetangganya, harga belanjaan, kerjaan bahkan virus corona itu sendiri, mereka tetap saja nongkrong. Sulit hal ini dihilangkan karena telah menjadi folkways selama bertahun-tahun di kita. Sebenarnya mereka mengetahui informasi beredarnya virus corona akan tetapi aktivitas midang depan teras justru sebagai wahana interaksi sosial untuk membahas virus itu tersebut. Midang juga ditemui pada masyarakat Bulak, Jatibarang, Indramayu yang masih suka berkumpul depan rumah sambil menggelar tikat dan menonton TV. Padahal juga yang ditonton itu adalah berita terkait virus corona.

Namaste Handshake pengganti saliman, muncul selebaran juga akan mengganti gaya jabat tangan dengan cara salam Buddha, kedua telapak tangan kita disatukan tegak ke atas. Ini menggantikan gaya salaman yang selama ini dilakukan oleh orang kita. Salim kepada orang lebih tua, mencium tangan memang sudah menjadi kebiasaan. Jika hal ini kemudian diganti, mungkin hanya orang tertentu yang menyepakati cara Namaste handshake ini, tapi bagi orang yang tidak mendapatkan sosialisasi tentang Namaste handshake mereka akan tetap mencium tangan saat shalat dan ketemu. Kebanyakan orang lebih menerima saliman ketimbang Physical and Social Distancing.

Jalan-jalan selayaknya Ngabuburit, istilah ngabuburit memang sering muncul saat bulan puasa, tapi aktivitas ini sebenarnya tidak hanya dilakukan saat bulan puasa. Hari-hari biasa mereka suka jalan-jalan di sore hari hingga malam hari. Penulis melakukan pengamatan selama wabah virus corona ini, waktu yang diamati saat weekend, di area keramaian seperti Marakash, Pasar Kranji, Pasar Tradisional blok A, F, dan sepanjang jalan saat pulang kerja. Untuk membedakan mereka jalan-jalan dengan orang yang pulang bekerja nampak terlihat jelas dari pakaiannya, mereka yang jalan-jalan sore tidak mengenakan helm, baju santai, dan biasanya membawa anak kecil. Jajanan pinggir jalan masih jualan seperti martabak, kopi, gorengan, aneka es kekiniaan, bahkan odong-odong. Ketika mereka jalan-jalan kemudian berhenti di tempat jajanan yang bergerombol dengan jarak kurang dari satu meter serta mainan odong-odong anak kecil yang bermain sedangkan orang tuanya menunggu dekat dengan mainan dan terjadi kontak primer. Aktivitas ini bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah adalah folkways, sulit untuk mereka hindari, apalagi di kota Bekasi yang banyak perantauan ngontrak atau tidak memiliki rumah tetap. Mereka yang jenuh dengan tempat tinggalnya akan menghiburkan diri dengan jalan-jalan sore sambil mencari jajanan dan momong anak.

Liburan ke kampung alias mudik, ketika DKI Jakarta mengumumkan untuk merumahkan sekolah dengan sistem belajar daring, wilayah satelit DKI Jakarta juga mengikuti hal yang sama di hari berikutnya, banyak perantauan yang pulang kampung. Sejauh pengamatan penulis selama aktivitas belajar daring, banyak tukang mie ayam, bakso, warung nasi, dan warung rumahan kecil depan kontrakan mereka tutup. Penulis punya langganan mie ayam asal Wonogiri. Dia tutup usaha mie ayam lebih memilih pulang kampung karena anaknya juga libur (belajar online). Walaupun tidak banyak warung yang meliburkan diri, tapi aktivitas yang terlihat langsung adalah di stasiun kereta api Bekasi. Penulis saat itu, tanggal 20 Maret 2020 bertanya kepada teman yang ingin naik kereta api tujuan Jatibarang. Selama pengamatan di stasiun Bekasi penerapan Physical and Social Distancing dilakukan dengan baik oleh manajemen stasiun. Seperti tempat duduk yang berjarak, garis antrian berjarak, dan pengecekan suhu tubuh. Jumlah orang yang menaiki kereta Argo Cheribon KA 30 hari jumat itu tidak berkurang, awal penulis menduga akan ada pengurangan penumpang kereta, faktanya tidak ada bangku kosong. Dilihat dari penumpang, sepertinya mereka anak-anak muda. Dugaan, mereka adalah mahasiswa perantauan. Tapi yang jelas aktivitas mudik terjadi lebih awal, menurut Gubernur Jawa Tengah per 26 Maret 2020 ada 66.871 orang pemudik dari berbagai provinsi yang pulang ke Jateng. Wonogiri menjadi wilayah dengan pemudik terbanyak, yakni 42.838 orang. Begitu juga yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di istana Negara Senin (30/3/2020) "Selama delapan hari terakhir ini ada 876 armada bus antarprovinsi yang membawa kurang lebih 14.000 penumpang dari Jabodetabek ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY," kata Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Apakah agenda mudik akan dilarang atau akan tetap mudik? Penulis melakukan wawancara sambil lalu di komplek perumahan, menurut Bang Gondrong pekerjaan servis AC akan tetap melakukan mudik. Kemudian Pak Bari pekerjaan sebagai OB sekolah sudah mudik dengan seluruh anggota keluarganya tanggal 29 Maret 2020 dengan dilengkapi surat keterangan sehat dari klinik. Kemudian pedagang kelontong asal Madura, dia mengatakan jika mudik dari Bekasi ke Madura bisa, justruk sebaliknya dari Madura tidak bisa keluar. Berdasarkan data berita yang ada, historis setiap tahun tentang mudik, dan folkways arus mudik ini akan tetap berlangsung meskipun transportasi umum seperti kereta api, bus, pesawat, dan kapal laut dibatasi. Diperketat juga dengan operasi polisi di perbatasan, walaupun ada patroli perbatasan, banyak jalanan yang akan ditembus oleh pemudik ini. Bahkan yang sulit diatur adalah pemudik roda dua yang sudah biasa mencari jalan tikus, ke depan yang terjadi malah kejar-kejaran antara polisi dan pemudik.

Sub-sub folkways di atas yang menjadi inti pikiran masyarakat tersebut adalah adanya vested interest masyarakat, tertanam kuatnya nilai-nilai leluhur dan pola pikir konservatif masyarakat yang sulit berubah. Jika pemerintah Indonesia bersikeras untuk kampanye melawan virus corona dengan cara Physical and Social Distancing dan #dirumahaja akan mengalami culture shock, sama halnya perubahan cepat yang menimbulkan konflik sosial, sama halnya dengan melawan tradisi itu sendiri yang sulit diubah.

2. Pekerjaan
Alasan lain program #dirumahaja sulit dilakukan adalah pekerjaan. Pekerjaan yang tidak bisa ditinggal dan tidak bisa dilakukan dirumah menjadi alasan orang-orang ini tetap melakukan kontak primer. Bagian ini dirangkum menjadi beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan selama melakukan pengumpulan data.

Operator Bensin SPBU, penulis mewawancara orang yang bekerja di pom bensin, dia bilang jika pekerjaan #dirumahaja maka dia akan melayani siapa?, tentunya bos pom bensin tidak akan bisa menerapkan ini #dirumahaja tetapi akan tetap bekerja di pom bensin.
Bengkel motor, pekerjaan ini juga sulit dilakukan di rumah sehingga setiap harinya harus membuka bengkel, apalagi bengkel tersebut merupakan milik sendiri, jika tidak buka sama halnya tidak bisa makan.
Tukang Ojek Becak, Mang Kus ialah tukang becak yang sehari-hari melayani rute ke pasar tradisional, penghasilan utamanya adalah tukang becak dan kuli panggul di pasar. Selagi pasar masih buka, maka dia akan tetap berangkat bekerja di pasar.
Servis AC, Bang Gondrong berprofesi sebagai tukang servis AC, selama wabah corona dia hanya menunggu panggilan untuk service AC. Ketika terjadi panggilan maka harus menuju lokasi untuk bekerja.
ASN/PNS/Pegawai Swasta, Kebetulan yang diteliti di wilayah Jawa Barat. Ketika peneliti bertanya tentang #dirumahaja jenis profesi ini dapat Work From Home #WFH, tetapi ia mengeluhkan jika gajinya harus terpotong. Begitu juga guru swasta, harus menerima transportasi tidak disertakan dalam gaji.
Tukang ketoprak, setiap pagi sering membeli ketoprak yang keliling depan rumah, pedagangnya berasal dari Brebes usia sekitar 45 tahun. Sambil melayani pembuatan ketoprak peneliti melakukan wawancara sambil lalu. Dia menyampaikan bahwa pemasukan berkurang, semisal adanya kompleks yang melarang pedagang masuk, tidak dapat pulang kampung juga karena segmentasi pasarnya ada di Bekasi bukan dikampung.
Tukang Galon, sejauh ini sektor penjualan air galon masih seliweran di komplek rumah. Tidak banyak yang ditanyakan karena mereka berhenti ketika ada pembeli. Tukang galon masih dibutuhkan oleh konsumen sehingga pekerjaan ini harus tetap jemput bola. Walapun depot air sebenarnya ada di rumah.
Maintenance Apartemen, ia tetangga rumah. Ketika wawancara sambil lalu ia masih harus bekerja tapi memiliki jadwal shift harian, misalnya tiga hari bekerja, tiga hari libur. Bahkan, manajemen sudah menyiapkan jika pegawainya mau menginap telah disediakan menu-menu kebutuhan pokok di pantry agar betah bekerja. Sektor ini sebenarnya harus standby tidak selalu bekerja, tapi butuh perwakilan pegawainya tetap bekerja untuk memastikan pelayanan apartemen tetap berjalan.

Jenis-jenis pekerjaan di atas adalah bagian kecil dari seluruh pekerjaan yang ada. Ada profesi yang dapat #dirumahaja ada pula profesi yang harus bekerja sesuai lokasi dan sektornya. Pandangan secara kesehatan memang #dirumahaja adalah solusi untuk menekan penyebaran virus corona. Berbeda dengan pandangan secara sosiologi karena masyarakat memiliki elemen-elemen yang harus berfungsi sebagaimana mestinya untuk dapat menopang elemen yang lain agar terciptanya keteraturan sosial. Kondisi seperti ini jika semakin parah, terjadi masalah sosial yang disebabkan struktur fungsional yang tidak berjalan. Mereka diminta untuk #dirumahaja tanpa pemasukan bagi mereka yang tergerus ekonominya, sedangkan jargon-jargon pemerintah, media, dan saudara-saudaranya ikut mengkampanyekan #dirumahaja. Ini sama halnya pertarungan mati karena virus corona dan mati karena kanker (kantong kering).

3. Kepedulian Kesehatan
Bagian ini dibahas secara sosiologis, bukan secara teori kesehatan masyarakat. Historis virus corona berasal dari Wuhan, Hubei, China yang muncul akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 telah ditemukan namanya SARS Cov-2. Berita menyebarnya virus corona sangat cepat ke seluruh dunia. Kenapa ini terjadi sangat cepat? Jawaban sosiologisnya adalah globalisasi. Globalisasi adalah suatu hubungan tanpa batas Negara sehingga arus informasi dan transportasi dapat mempercepat ruang dan waktu. Produk globalisasi selain teknologi, investasi, dan gaya hidup, ternyata juga bisa mengirim virus dengan cepat.

Informasi yang didapat di Indonesia tentang keadaan Wuhan menjadi berita harian yang laris, muncul di media sosial instagram, facebook, dan mungkin juga tiktok. Selebaran-selebaran kampanye kesehatan terjaga dari virus corona tersebar juga melalui media. WHO kemudian ikut-ikutan sibuk meneliti virus corona, baik dengan nama nCov dan Covid-19 hingga ketemu nama aslinya SARS Cov-2. Di Indonesia, sempat direcoki oleh WHO yang mempertanyakan kenapa tidak ada pasien positif corona? Apakah sistem peringatan dini dan sensor panas di setiap gerbang masuk Republik Indonesia ini tidak standar WHO?. Banyak yang mempertanyakan Indonesia yang belum terdapat pasien positif. Padahal di saat itu, wilayah Bekasi dan sekitarnya sedang musim hujan dan kadang panas terik. Penyakit musiman muncul seperti batuk, pilek, dll.

Gejala pengidap virus corona mirip dengan penyakit pancaroba yang menjadi penyakit langganan warga kita. Masyarakat kita di musim pancaroba yang terkena batuk dan pilek tidak pernah terhindar dari penyakit ini. Bagi mereka tanda-tanda ini sudah biasa sebagai pergantian musim. Sehingga setiap tahun mereka cuek dan minum obat-obatan warung baginya sudah cukup. Ketika batuk dan pilek, hanya orang yang memiliki pengetahuan kesehatan tinggi atau level tinggi yang sadar dengan cara bersin dan batuk. Menutup mulutnya, pakai tisu, dan menggunakan masker. Tapi lihat mayoritas kita, apakah mereka seperti itu? Kenyataanya cuek dengan batuk dan pilek.

Akhirnya, Pasien 01 dan 02 yang merupakan ibu dan anak terkonfirmasi positif corona. Muncul masalah sosial baru, mendadak orang-orang berbelanja masker, hand sanitizer, dan jahe. Jahe muncul sebagai produk yang sulit dicari dan harganya mahal. Jahe dibuat minuman berkhasiat untuk mengobati batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan stamina pria dewasa. Secara sosiologis, jahe adalah interaksionisme simbolik dari angkringan yang terdapat pada menu susu jahe, menu pelengkap interaksi sosial. Tentunya social distancing di angkringan tetap berjalan, tapi penjual jahe siap saji tergolong banyak yang memudahkan konsumen untuk membelinya dan terjadi kontak primer. Termasuk dapat dibeli di tukang jamu keliling atau offshore dengan menu empon-empon. Di pasar jahe dijual mudah sekali, bisa di dapat pada saat berbelanja bumbu dapur. Artinya harga jahe mahal karena peminat naik, itu juga artinya bahwa kepedulian masyarakat akan kesehatan cukup baik dengan pendekatan kultural.

Kesimpulannya, melawan virus corona sama halnya melawan folkways orang kita, membatasi orang bekerja untuk kerja di rumah tidak semudah merumahkan pekerjaan sekolah, dan mengingatkan akan arti pentingnya jaga kesehatan harus dilihat terlebih dahulu sistem pengetahuan dan latar belakang pendidikan masyarakat kita. Virus corona akan segera berlalu memperbaiki keadaan sosial, ekonomi, dan kesehatan kita semua. Tapi apakah virus corona akan menjadi bagian dari hidup kita seperti virus-virus terdahulunya (semisal, HIV, H5N1, Malaria, Cacar, dll) atau bersih total tidak ada virus corona di dunia ini lagi.

Demikian tulisan ini dibuat untuk belajar secara sosiologi kepada siswa siswi, memandang virus corona dari mikroskop sosiologi, dan mempelajari kepekaan kita terhadap masyarakat yang dinamis. Penulis yakin masih terdapat kekurangan dalam tulisan ini dan penulis mengucapkan terima kasih telah membaca sampai titik terakhir tulisan ini.

Selasa, 22 Agustus 2017

Menganalisa Perubahan Sosial

Artikel #1 untuk tugas A1

Perubahan sosial dari segi waktu berjalan lambat (evolusi) dan juga dapat berjalan dengan cepat (revolusi). Dilihat dari proses adakalanya suatu perubahan bisa direncakanan dan tidak direncakan yang muncul tanpa dikehendaki, seperti maraknya industrialisasi sebagai rencana pemerintah menekan pengangguran tapi disisi lain, muncul hal yang tidak direncakan yaitu urbanisasi, masyarakat dengan kehidupan konsumtif dan individualistik. Sehingga dampak perubahan mengarah pada sektor yang lebih luas sampai berdampak pada hal-hal besar atau mengarah pada hal yang lebih kecil. Pada gambar dibawah A1, merupakan perubahan sosial pada sektor digitalisasi. Silahkan lakukan analisa berdasarkan bentuk perubahan sosial yang tepat menurut Anda!














Artikel #2 untuk tugas A2


 Traktor merupakan kendaraan mesin pengganti kerbau dalam membajak sawah pertanian. Alat ini di klaim lebih bagus daripada kerbau untuk membajak sawah. Hasil dari traktor bisa lebih cepat daripada pembajak konsensional.

Namun, artikel di bawah ini menunjukan hal  berbeda pada masyarakat Agam. Dilihat dari segi maju-mundurnya perubahan sosial yaitu progress dengan hasil yang lebih baik dan sedangkan regress dengan hasil yang dinilai kurang baik, bagaimana Anda dapat mendeskripsikan alat pembajak ini dengan artikel di  bawah ini.





















Analisa #3 A3 lagu "Ujung Aspal Pondok Gede"

Saksikan dan dengarkan lagu Iwan Fals di bawah ini.
Sesuai dengan lirik lagu tersebut, terdapat unsur-unsur perubahan sosial. Jika melihat daripada definisi perubahan sosial menurut Emile Durkheim mengungkapkan perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. Jelaskan aspek sosial mana sajakah yang mengalami perubahan sosial pada lagu tersebut ditinjau berdasarkan definisi dari Emile Durkheim?

Sabtu, 05 Oktober 2013

The Aquanisasi of Society: Proses Modernisasi Air Mineral Dalam Kemasan

Gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia semakin  deras dengan tujuan instan dan praktis. Pola konsumerisme tidak hanya pada makanan instan, melainkan terhadap pembelian minuman kemasan, seperti Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK). AMDK baru dikenal oleh masyarakat Indonesia pada tahun 1973 yang dipelopori oleh PT. Golden Mississippi yang dicetuslan oleh Tirto (1930-1994) warga Wonosobo yang mulai berbisnis air minum dalam kemasan. Air tersebut diambil dari mata air pegunungan.

Seiring berjalannya waktu konsumerisme minuman dalam kemasan telah terpola, masyarakat dahulu meminum dari air mentah kemudian dimasak sampai mendidik terus diminum, tapi kini mengalami perubahan sosial pada pola konsumsi air minum. Masyarakat lebih sering membeli air dalam kemasan ketimbang memasak, bahkan sekarang di tahun 2013 masyarakat telah berlanggan pada minuman galon.Tidak hanya untuk minum, untuk memasak sudah jarang menggunakan air mentah/air kran.

Industrialisasi air mineral sudah tidak dielakkan lagi, semakin menjamur industrialisasi air minum dalam kemasan di tanah air ini. Proses menuju kearah perubahan yang lebih maju dan baik tampaknya luput dari masalah yang tidak dikehendaki, yaitu krisis air bersih. Kejadian krisis air bersih terjadi di masyarakat Kampung Pojok, Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Mereka mengalami krisis air bersih padahal mereka tinggal bersampingan dengan industri air mineral dalam kemasan PT.Aqua Golden Mississippi. Mirisnya pemerintah daerah mendapatkan keuntungan pendapatan dari perusahaan air meneral tersebut, tapi warganya tidak terpenuhi kebutuhan air bersihnya.


Hasil riset 2012, kata Irfan Zamzami, peneliti dari Amrta Institute for Water Literacy, eksploitasi air di Kabupaten Sukabumi telah membuat warga menderita. Sebagian besar miskin dan sulit memperoleh air bersih. "Sebanyak 48 persen atau hampir separuh pengambilan air tanah di Kabupaten Sukabumi dilakukan oleh tiga perusahaan penghasil produk terkemuka di dunia, yaitu Aqua, Pocari Sweat, dan Indomilk," Dia menemukan 24 persen warga tinggal di sekitar perusahaan air kemasan tergolong miskin. Selain itu, temuannya di Kecamatan Cidahu, mayoritas penduduknya berada di sekitar perusahaan air kemasan, seperti Aqua, Pocari Sweat, Indomilk, Kratingdaeng, dan Alto kesulitan air bersih. "Di Kecamatan Cidahu banyak yang kesulitan terhadap akses air bersih," (dikutip dari http://www.merdeka.com/khas/air-mata-dari-mata-air-aqua-eksploitasi-air-aqua-1.html)

Berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi kini berubah nama menjadi Dinas Pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sukabumi, tiga tahun lalu Kecamatan Cidahu memiliki enam mata air. Enam mata air itu adalah mata air Cikubang di Kampung Cikubang Jaya, mata air Ciburial (Desa Babakan Pari), mata air Cibuntu (Kampung Kerenceng), mata air Cigombong (Desa Pasir Doton), mata air Desa Jaya Bakti, dan mata air di Desa Pondok Kaso. "Semuanya sudah dibeli perusahaan," kata Wawan sambil menunjukkan mata air sedalam 2,5 meter dengan luas sekitar 4x7 meter telah dibeli oleh PT Alam Raya. Namun sampai sekarang mata air ini belum digunakan. Dalam data Dinas Pertambangan, Aqua lewat bendera PT Aqua Golden Mississippi beralamat di Jalan Pulo Lembut nomor 3 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, menguasai empat sumber air dari mata air Cikubang di Kampung Kubang Jaya, Babakan Pari, Kabupaten Sukabumi. Mata air pertama menghasilkan 500 liter air per detik, Yang kedua dan ketiga sama-sama memproduksi 864 meter kubik air tiap hari. Dari mata air keempat diperoleh 70 liter air saban detik. (dikutip dari http://www.merdeka.com/khas/raup-untung-di-tengah-dahaga-eksploitasi-air-aqua-3.html). Jika air untuk kehidupan ternyata dikuasai oleh industri maka nasib bagi kaum proletar yang tidak memiliki mode of production sangat menderita, padahal mereka asli pribumi Sukabumi.

Penguasaan sumber air merupakan bentuk perampasan bagi penduduk setempat, mungkin bagi masyarakat diluar tidak merasakan susahnya masyarakat kampung Pojok Sukabumi, orang kota hanya tahu membeli air kemasan lantas diminum. Air dalam kemasan merupakan bentuk modernisasi segi minuman. The Aquanisasi of Society, saya mengunakan hal itu mirip dengan The McDonaldization Of Society yang dikemukakan oleh George Ritzer. Aquanisasi yaitu rekonseptualisasi modern air minum cepat saji langsung minum untuk masyarakat, definisi gampangnya seperti itu. Perubahan cara berfikir ilmiah dan rasional. Perubahan tersebut mengarah pada perubahan masyarakat tradisional ke masyarakat modern, sehingga masyarakat konsumtif dalam membeli air mineral. Adapun yang diungkpkan Ritzer kemudian saya adopsi dan dikonseptualisasikan seperti berikut ini.

  1. Efisiensi, lebih praktis tanpa dimasak terlebih dahulu. Walaupun mengeluarkan duit lebih banyak ketimbang memasak air. Lebih mudah didapat tapi susah mendapat air bersih untuk masyarakat pegunungan dan sekitarnya.
  2. Calculability, lebih mengutamakan kemasan agar terlihat menarik namun melupakan sisi lain dari bahaya mengkonsumsi air minum dalam kemasan seperti bibir keriput, obesitas, lebih buruk dari air kran,dll baca di http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/09/07/bahaya-lain-air-minum-dalam-kemasan/ sehingga lebih mementingkan kuantitas ketimbang kualitas.
  3. Prediktabilitas-Standart, dimanapun kita pergi pasti akan menemui air minum dalam kemasan dipinggir jalan, warung dll. Memudahkan konsumen ketika kehausan tanpa harus membawa kompor untuk memasak. Namun kemudahan tersebut jangan dikapitalisasikan oleh kalangan bourjuasi sehingga adanya eksploitasi masyarakat yang tidak dapat air bersih.
  4. Kontrol dan penggantian tenaga nonmanusia, kontrol tersebut hanya berlaku saat packing saja, setelah itu air minum dalam kemasan didistribusikan melalui tangan ke tangan dengan kendaraan atau alat tanpa pengawasan tindak lanjut. Setidaknya air mineral berlogo dipertanggungjawabkan sampai konsumen. Apakah air tersebut benar-benar terjaga kualitasnya dari mulai pengemasan (produksi) hingga pengiriman dan penerimaan ke masyarakat. Kontrol tersebut hanya berlaku sampai distribusi tapi tidak terjaga sampai konsumen. Buktinya banyak kemasan yang berbau plastik dan keruh, bahkan bisa jadi air oplosan.

Kemudahan dalam mendapatkan air mineral tidak hanya dirasakan oleh yang berduit saja, alias untuk kepentingan komersialisasi, tetapi ditujukan untuk tanggungjawab sosial bagi kelangsungan hajat orang banyak baik mampu atau tidak. Walaupun Aqua  telah memberi bantuan kepada warga dengan menyalurkan air lewat pipa berukuran 3/4 dari mata air Cikubang. Namun aliran itu tak sejauh penjualan Aqua. Saluran air itu sekarang kering, sama sekali tidak sesuai slogan mereka: setetes air untuk kehidupan. (dikutip darihttp://www.merdeka.com/khas/tanpa-setetes-air-kehidupan-eksploitasi-air-aqua-4.html ) Tapi apalah arti sebuah pipa 3/4 dibanding produksi air mineral dalam kemasan yang sudah jauh dikirim ke beberapa kota. 

Oleh: N.H. Eddart
Bahan Bacaan.
Crab, Ian. 1992. Teori-teori Sosial Modern. Jakarta: Rajawali Pers
Ritzer, George. 2009. The McDonaldization Society. Loa Angeles: Pine Forge Pers
Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Pers.

Kamis, 05 September 2013

"Ujung Aspal Pondok Gede-Iwan Fals: Spotlite Perubahan Sosial dalam lagu"


di kamar ini aku dilahirkan

di bale bambu buah tangan bapakku
di rumah ini aku dibesarkan
dibelai mesra lentik jari ibuku
nama dusunku ujung aspal pondok gede
rimbun dan anggun
ramah senyum penghuni dusunku

kambing sembilan motor tiga

bapak punya
ladangnya luas habis sudah sebagai gantinya

sampai saat tanah moyangku

tersentuh sebuah rencana
demi serakahnya kota
terlihat murung wajah pribumi
terdengar langkah hewan bernyanyi

di depan masjid

samping rumah wakil pak lurah
tempat dulu kami bermain
mengisi cerahnya hari

namun sebentar lagi

angkuh tembok pabrik berdiri
satu persatu sahabat pergi
dan tak kan pernah kembali

Iwan Fals
Oleh: N.H Eddart

Perubahan Sosial nampak tertuang dalam sebuah lagu legendaris, sang musisi yang dikenal sebagai tokoh yang kritikus dan jenaka dalam membuat lagu ternyata lagu dengan judul "Ujung Aspal Pondok Gede" menggambarkan struktur kehidupan Masyarakat Pondok Gede.

Dilukiskan dalam sebuah lagu tersebut Iwan Fals lahir dalam rumah yang terbuat dari bambu yang keadaan sekitarnya begitu damai, rimbun, dan anggun. Pada tahun 1980an Pondok Gede masih terdapat sawah dan pepohonan yang rindang. Akhirnya Iwan Fals mengemas dalam Spotlite Globe: Pondok Gede Era Iwan Fals lahir dengan masa mudanya di tahun 1985.

Hingga direncanakan sebuah tata letak kota untuk membangun Pondok Gede menjadi agraris ke polis. Pribumi pada saat itu tidak menerima suatu perubahan namun lambat laut mereka menerima dan mereka pun menjadi tergeser karena rumah tinggal mereka menjadi tembok pabrik para bourjuis. Diceritakan sahabat Iwan Fals pergi dan tak kembali, padahal semasa kecil mereka bermain-main di depan masjid pada saat itu ruang terbuka hijau masih tersedia.

Sisi sosiologis yang harus kita perhatikan, bagaimana sebuah komunitas ramah menjadi komunitas tamak akan kerakusan tanah. Pribumi dipaksa pergi padahal mereka pun bisa dalam mewujudkan suatu perubahan sosial. Suatu upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan tentunya akan mengalami disintegrasi bagi masyarakat, hal itu fakta dan selalu terjadi manakala perubahan sosial terjadi.


Statistik Pengunjung

Socio Education

Merupakan Weblog tentang seputar materi ilmu sosial sebagai penunjang dan pelengkap edukasi.

  © Design Blog 'Ultimatum' by Socio Education 2020

Back to TOP