Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label Konflik Sosial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Konflik Sosial. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Juni 2020

Cara Sosiologis Akhiri Wabah Corona


Selama tiga bulan ini, bahkan dari Wuhan, China sedang ramai diberitakan wabah Covid19 ini, saya sudah banyak membaca berita, kemudian terpikir akan skenario untuk menghentikan Pandemi Covid19 ini secara sosiologis. Sebelumnya saya pernah menulis dengan judul Kajian Sosiologi: Sulitnya Melawan Virus Corona setelah saya melakukan pengamatan komunitas, mempelajari secara sosio histori dan ilmu ilmu sosial. Bahwa, covid19 merebak karena sosiologis yaitu globalisasi media, konflik sosial antara AS dan China, dan norma sosial warga kita.

Pandemi masuk ke Indonesia saya mulai dari 2 Maret 2020 ketika pasien o1 diumumkan hingga sekarang masuk tanggal 2 Juni 2020 berarti sudah tiga bulan berjalan. Tidak ada tanda-tanda bahwa ini akan selesai atau bersih dari Indonesia. Walaupun pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk menghentikan ini, dari social distancing, PSBB, dan New Normal nantinya, virus flu ini tidak akan bersih. Apakah pemerintah sia-sia? pemerintah sudah melakukan tugasnya sebagai pelindung warga negara, itu yang membuat warga merasa eksistensi pemerintah dalam pandemi ini.

Kita throwback, Desember sampai perayaan Imlek Januari 2020 berita tentang novelcorona virus (nCov) di Wuhan, China mulai ramai, tapi di Jakarta sedang marak berita banjir di malah tahun baru, berita yang tersebar seputar banjir itulah. Kemudian saat perayaan imlek media nasional dan internasional memberitakan akan maraknya penyebaran virus corona di seluruh Wuhan, China. Isunya berasal dari pasar hewan, seperti kelelawar. Tapi itu isu, karena tidak pernah ada bukti bahwa itu memang berasal dari kelelawar. Di Jakarta dan beberapa daerah di Indonesia sedang asyik merayakan imlek, mall juga merayakan dengan budaya Barongsai, dan perayaan-perayaan lain. Saat ini warga masih tenang, walapun berita tentang nCov makin ramai.


Kajian globalisasi, penyebaran berita informasi tentang wabah nCov di Wuhan, China mempercepat penularan psikologis dan sosiologis buat negara lain, pasalnya orang jadi parno akan nCov ini. Ditambah lagi arus transportasi yang masih di buka di berbagai negara, globalisasi adalah tidak adanya batas negara yang menutup informasi dan transportasi sehingga warga secara fisik dan nonfisik terhubung. Secara informasi nCov menyebar ke berbagai negara hingga ke Indonesia. Sedangkan secara transportasi menginfeksi secara fisik penyebaran virus ini ke berbagai negara, seperti Italia, Jepang, Korea Selatan, dll. Kemudian WHO turun tangan untuk membuat porsedur penanganan ini akhirnya dikategorikan Pandemi dan namanya menjadi Covid-19.

Kajian konflik sosial, pelaku konflik disini adalah Amerika Serikat dengan China, apa hubungan konflik dua negara tersebut? saya tidak mengatakan bahwa Covid19 sebagai alat perang, karena saya bukan intelejen, tapi saya mengatakan dengan jelas bahwa propaganda Covid19 ini disengaja dibuat-buat. Contohnya begini, ketika ada dua tetangga berantem, kemudian salah satunya sakit-sakitan, contoh sakit yang ditakuti dan menular adalah TBC, kemudian sama tetangganya berita tadi dibesarkan dan dibuat-buat, agar seluruh warga merasa takut untuk berinteraksi dengan orang TBC tadi. 
Media sosial adalah alat perang di era globalisasi. Berita tentang Wuhan, China berhasil dibuat besar, seolah-olah penyakitnya parah dan tidak bisa disembuhkan sama sekali, kemudian berita menginformasikan jumlah orang meninggal. Di sinilah mulai ketakutan warga, ditambah lagi dengan berita tidak adanya vaksin. Kemudian diviralkan di media sosial facebook cs, instagram, WA, dll kalau pasien covid19 terlantar di Wuhan, Wuhan di lockdown, Wuhan menjadi kota mati, berita itulah terus terusan sebagai efek penularan psikologis dan sosiologis. Apa manfaat dari konflik sosial ini, tentu ekonomi China lumpuh, siapa yang diuntungkan Amerika Serikat memanfaatkan momen Covid19 ini sebagai alat perang dagang mereka. 

Masuklah ke Indonesia, awal Maret 2020, waktu itu warga Indonesia masih nyaman, mereka tahu tentang Covid19, saya juga penasaran seluas negara ini kenapa belum ada yang positif, padahal pintu masuk Indonesia begitu banyak, sampai Bali dan NTB menjadi wisata alternatif selain ke China. WHO malah mau turun langsung ke Indonesia merasa aneh kenapa belum ada yang positif, WHO meragukan alat pendeteksi di pintu-pintu masuk Indonesia.

Pasien 01 dan 02 resmi diumumkan, kepanikan mulai, setelah Menkes melaporkan dua warga Indonesia positif, penyebabnya adalah globalisasi transportasi tadi, sudah terserang secara sosiologis ditambah terinfeksi fisik langsung, terjadinya panic buying, harga masker melonjak, sulitnya mencari vitamin C, harga jahe mahal, dll. Kemudian pemerintah daerah DKI Jakarta mulai ambil sikap, Pemda Jawa Barat mulai repson, hingga pemerintah pusat.

Saya membaca kehati-hatian Presiden Jokowi dalam menangani pandemi ini, awalnya presiden tidak mengijinkan untuk lockdown, lebih memilih social distancing, tetapi satu saja daerah berani menerapkan lebih berani tentang pandemi ini, maka akan diikuti oleh daerah lain, contohnya DKI Jakarta merumahkan sekolah dengan metode daring, saya ingat hari sabtu tanggal 20 Maret 2020 Gubernus Anies Baswedan membuat kebijakan tentang sekolah online, fasilitas wisata ditutup dll, kemudian hari minggunya, Pemda Kota Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor Kota, mengikuti kebijakan DKI Jakarta. Saya menilai Gubernur dan Presiden tidak sejalan dalam menangani pandemi ini. Melihat di awal, adanya kebijakan antara Gubernur dan Presiden yang tarik menarik.
Kajian norma sosial, penerapan social distancing dan PSBB tidak semua dipatuhi karena beberapa warga atau daerah tidak tepat. Sebenarnya pemerintah tidak salah langkah, tapi proses sosiologisnya tidak tepat, warga Indonesia sebagian masih tindakan sosialnya irasional dan tradisional. Hal-hal yang diluar kebiasaan mereka anggap tidak boleh dihindari, sedangkan standar WHO cocok untuk warga Indonesia yang tindakan sosialnya rasional. 

Lalu, Pandemi Covid19 ini akan selesai jika, Pertama, pemerintah mengelola informasi kasus positif Covid19, misalnya pasien yang benar-benar parah saja yang dilaporkan, atau dengan kasus yang berat, orang tanpa gejala dan memiliki harapan hidup tidak dilaporkan, ini mengurangi kasus baru, berharap informasi ini memberikan efek baik untuk warga Indonesia. Kedua, beritakan info-info positif, Jangan beritakan hal-hal yang menakutkan kalau realitasnya bisa sembuh dengan sendirinya, kadang ada berita yang menakuti seperti judul "anak yatim piatu karena corona", "corona tidak bisa disembuhkan", bahkan iklan di TV bagi saya menakutkan seperti iklan sabun, vitamin, dll, seolah-olah virus itu menakutkan dan dengan mengkonsumsi produk mereka akan lebih baik. Ketiga, New Normal Mandiri,  awalnya pemerintah berani sedikit demi sedikit membuka PSBB dan pemulihan ekonomi, dengan ini warga akan kembali dengan aktivitas semula tanpa memikirkan Covid19 serta informasikan tren positif tentang perkembangan Covid19, biarkan new normal mandiri dulu, sama ketika isolasi mandiri yang dilakukan pemerintah, setelah new normal mandiri dari tingkat RT hingga desa/keluarahan baru lakukan tingkat massal. Keempat, internalisasikan budaya baru seperti cuci tangan dan penggunaan masker bagi yang sakit, sebagian warga Indonesia dalam hal ini budaya cuci tangan dan ber-masker adalah budaya baru. Cuci tangan dan menggunakan masket harus dibudayakan dan di sosialisasikan ke media sosial secara terus menerus.  Setiap instituti dan unit unit kecil masyarakat harus menerapkan budaya ini. Dengan begini warga akan "new norma" dengan kebiasaan baru selama wabah corona dan menjadi kebiasaan sehari hari nantinya.

Opsi ini adalah secara sosiologis, saya tidak mengesampingkan dari sudut ilmu kesehatan. Cuma, kita lihat realitasnya di lapangan, jika benar-benar lockdown total pun, selama satu bulan apakah vaksin ini sudah ditemukan? tentu hal ini tidak pasti. Pasien positif covid19 juga diminta untuk memilih isolasi mandiri atau isolasi rumah sakit dengan biaya atau asuransi kesehatannya, jika yang tidak memiliki biaya, mau tidak mau isolasi mandiri. Sambil menunggu vaksin ditemukan, kita pulihkan kondisi sosiologisnya dulu, dengan suplemen vitamin dan olahraga yang baik. Pada akhirnya virus corona juga akan hidup bersama dengan manusia seperti virus-virus terdahulu.
 



Senin, 06 April 2020

Pemetaan Konflik SIPABIO untuk Masalah Pandemi Virus Corona

Disclaimer: Belajar sosiologi untuk kelas XI IPS materi konflik sosial.

Sulitnya melawan virus corona pernah dibahas pada postingan sebelumnya Kajian Sosiologi: Sulitnya Melawan Virus Corona, kini kita akan membahas masalah baru yaitu penolakan warga terhadap jenazah positif virus corona di beberapa daerah. Berita ini sudah banyak dimana-mana.

Perlu respon kita sebagai pelajar ber-sosiologi menyikapi ini dengan berpikir logis dan kritis. Teknik pemetaan konflik SIPABIO (Source, Issues, Parties, Attitude/feeling, Behavior, Intervention, Outcome) (Susan, 2019). Memetakan suatu konflik sosial dari sumber sampai bagaimana upaya penyelesaian tingkat akhir. 

Saksikan tayangan video di bawah ini.


Video tersebut memperlihatkan bagaimana warga menolak ambulans yang membawa jenazah positif virus corona. Baik hidup atau mati, penderitaan mereka sebagai pasien positif tidak pernah selesai. Kita perlu meyikapi itu dengan rasional.

Silahkan simak tutorial pengerjaan di bawah ini.


setelah memahami video tersebut buatlah pemetaan konflik SIPABIO pada worksheet yang telah disediakan.

Selasa, 31 Maret 2020

Belajar Sosiologi dari Virus Corona

Kajian Sosiologi: Sulitnya Melawan Covid-19

oleh: N.H. Eddart

Materi Pokok:
Kelas X: interaksi sosial, folkways, interaksionisme simbolik, metodologi penelitian
Kelas XI: Culture shock, konflik sosial, masalah sosial
Kelas XII: Perubahan sosial dan globalisasi
Disclaimer: Artikel ini sebagai bahan belajar sosiologi selama wabah pandemi virus corona.


Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan Physical and Social Distancing kepada warga negaranya agar mengurangi persebaran pasien Covid-19. Selain itu, tagar #dirumahaja banyak ditemukan di media sosial, seperti twitter, instagram, facebook, dll. Hal ini tentunya usaha pemerintah mengingatkan warganya akan pesan melawan virus corona dengan di rumah saja.

Pemerintah daerah juga melalui gubenurnya menyerukan untuk melarang para perantau yang berada di luar daerah untuk kembali ke daerah asalnya, alasan utama agar menjaga virus corona tidak terbawa dari kota ke desa. Salah satunya adalah seruan dari Gubernur Jawa Tengah yang mengungkapkan "Jika panjenengan sayang sama keluarga di kampung, jika penjenengan semua pingin keluarga tetep sehat lan slamet, urungkan niat untuk pulang kampung. Tidak usah pulang kampung," tuturnya. Selanjutnya Gubernur Ganjar melakukan kesepakatan dengan Gubernur se-Jawa, seperti yang diungkapkan dalam akun instagramnya, "Kemarin saya sudah berkoordinasi dengan Pemda DKI dan Gubernur Jawa Barat. Selanjutnya saya akan koordinasi dengan Gubernur Jawa Timur. Kita buat kesepakatan bersama untuk melarang warga pulang ke daerah asal," kata Ganjar lewat akun Instagram resmi @ganjar_pranowo, Jumat (27/3) malam.

Upaya yang dilakukan baik tingkat pusat atau daerah untuk Physical and Social Distancing nampaknya mengalami kesulitan. Tulisan ini berupaya menjawab kenapa warga masih melakukan kontak primer dengan warga yang lain? Alasan masih melakukan kontak primer dengan warga lain? Seberapa paham tentang Physical and Social Distancing atau #dirumahaja bagi warga?. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi di beberapa jalan dan Stasiun Kota Bekasi dan wawancara sambil lalu dengan lokasi di salah satu perumahan di Kota Bekasi dengan lingkup satu RT dan juga dilakukan di salah satu desa di Indramayu sebagai pendukung pertanyaan ini.

Pembahasan ini tidak terpaku pada satu teori sebagai teori dasarnya, melainkan menjelaskan dari sudut pandang sosiologis. Perlu diketahuai bahwa kontak primer adalah hubungan individu dengan individu lain secara face to face, terlihat fisiknya secara langsung tanpa perantara, dan melihat mimik komunikasi secara verbal atau non-verbal. Sedangkan Physical and Social Distancing adalah pembatasan jarak fisik dan sosial satu sampai dua meter dikerumunan, antrian, atau komunikasi. Bisa juga diartikan sebagai jaga jarak aman antarorang saat berkumpul. Kemudian arti #dirumahaja adalah berdiam diri di rumah dengan tidak ke sekolah, ke tempat kerja, ke tempat ibadah, dan pusat-pusat keramaian.

Penjelasan di atas nampaknya sudah cukup jelas, tapi kenapa warga masih melakukan kontak primer? Jawaban-jawaban tersebut terangkum di bawah ini berdasarkan observasi dan wawancara sambil lalu.
1   
    1. Folkways (Kebiasaan)
Kebiasaan dalam arti suatu nilai dan norma sosial yang berasal dari rutinitas yang mengarah ke tradisi adat istiadat. Hal ini banyak ditemukan di masyarakat kita, penulis kategorikan ini ke dalam folkways yang tersusun ke beberapa sub-sub folkways yang sering dijumpai oleh masyarakat kita. Sub-sub folkways tersebut adalah:

Midang sebagai aktivitas nongkrong depan rumah baik di teras rumah, bangku depan rumah, atau warung yang rumahan. Selama melakukan pengamatan seporadis di wilayah Bekasi pada tanggal 23 Februari-29 Maret 2020 banyak orang-orang yang masih nongkrong. Mereka umumnnya adalah bapak/ibu serta anak-anaknya masih balita. Ini aktivitas yang menjadi kebiasaan masyarakat, duduk depan rumah baik di teras atau bangku, bahkan di warung rumah sambil ngobrolin tetangganya, harga belanjaan, kerjaan bahkan virus corona itu sendiri, mereka tetap saja nongkrong. Sulit hal ini dihilangkan karena telah menjadi folkways selama bertahun-tahun di kita. Sebenarnya mereka mengetahui informasi beredarnya virus corona akan tetapi aktivitas midang depan teras justru sebagai wahana interaksi sosial untuk membahas virus itu tersebut. Midang juga ditemui pada masyarakat Bulak, Jatibarang, Indramayu yang masih suka berkumpul depan rumah sambil menggelar tikat dan menonton TV. Padahal juga yang ditonton itu adalah berita terkait virus corona.

Namaste Handshake pengganti saliman, muncul selebaran juga akan mengganti gaya jabat tangan dengan cara salam Buddha, kedua telapak tangan kita disatukan tegak ke atas. Ini menggantikan gaya salaman yang selama ini dilakukan oleh orang kita. Salim kepada orang lebih tua, mencium tangan memang sudah menjadi kebiasaan. Jika hal ini kemudian diganti, mungkin hanya orang tertentu yang menyepakati cara Namaste handshake ini, tapi bagi orang yang tidak mendapatkan sosialisasi tentang Namaste handshake mereka akan tetap mencium tangan saat shalat dan ketemu. Kebanyakan orang lebih menerima saliman ketimbang Physical and Social Distancing.

Jalan-jalan selayaknya Ngabuburit, istilah ngabuburit memang sering muncul saat bulan puasa, tapi aktivitas ini sebenarnya tidak hanya dilakukan saat bulan puasa. Hari-hari biasa mereka suka jalan-jalan di sore hari hingga malam hari. Penulis melakukan pengamatan selama wabah virus corona ini, waktu yang diamati saat weekend, di area keramaian seperti Marakash, Pasar Kranji, Pasar Tradisional blok A, F, dan sepanjang jalan saat pulang kerja. Untuk membedakan mereka jalan-jalan dengan orang yang pulang bekerja nampak terlihat jelas dari pakaiannya, mereka yang jalan-jalan sore tidak mengenakan helm, baju santai, dan biasanya membawa anak kecil. Jajanan pinggir jalan masih jualan seperti martabak, kopi, gorengan, aneka es kekiniaan, bahkan odong-odong. Ketika mereka jalan-jalan kemudian berhenti di tempat jajanan yang bergerombol dengan jarak kurang dari satu meter serta mainan odong-odong anak kecil yang bermain sedangkan orang tuanya menunggu dekat dengan mainan dan terjadi kontak primer. Aktivitas ini bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah adalah folkways, sulit untuk mereka hindari, apalagi di kota Bekasi yang banyak perantauan ngontrak atau tidak memiliki rumah tetap. Mereka yang jenuh dengan tempat tinggalnya akan menghiburkan diri dengan jalan-jalan sore sambil mencari jajanan dan momong anak.

Liburan ke kampung alias mudik, ketika DKI Jakarta mengumumkan untuk merumahkan sekolah dengan sistem belajar daring, wilayah satelit DKI Jakarta juga mengikuti hal yang sama di hari berikutnya, banyak perantauan yang pulang kampung. Sejauh pengamatan penulis selama aktivitas belajar daring, banyak tukang mie ayam, bakso, warung nasi, dan warung rumahan kecil depan kontrakan mereka tutup. Penulis punya langganan mie ayam asal Wonogiri. Dia tutup usaha mie ayam lebih memilih pulang kampung karena anaknya juga libur (belajar online). Walaupun tidak banyak warung yang meliburkan diri, tapi aktivitas yang terlihat langsung adalah di stasiun kereta api Bekasi. Penulis saat itu, tanggal 20 Maret 2020 bertanya kepada teman yang ingin naik kereta api tujuan Jatibarang. Selama pengamatan di stasiun Bekasi penerapan Physical and Social Distancing dilakukan dengan baik oleh manajemen stasiun. Seperti tempat duduk yang berjarak, garis antrian berjarak, dan pengecekan suhu tubuh. Jumlah orang yang menaiki kereta Argo Cheribon KA 30 hari jumat itu tidak berkurang, awal penulis menduga akan ada pengurangan penumpang kereta, faktanya tidak ada bangku kosong. Dilihat dari penumpang, sepertinya mereka anak-anak muda. Dugaan, mereka adalah mahasiswa perantauan. Tapi yang jelas aktivitas mudik terjadi lebih awal, menurut Gubernur Jawa Tengah per 26 Maret 2020 ada 66.871 orang pemudik dari berbagai provinsi yang pulang ke Jateng. Wonogiri menjadi wilayah dengan pemudik terbanyak, yakni 42.838 orang. Begitu juga yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di istana Negara Senin (30/3/2020) "Selama delapan hari terakhir ini ada 876 armada bus antarprovinsi yang membawa kurang lebih 14.000 penumpang dari Jabodetabek ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY," kata Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Apakah agenda mudik akan dilarang atau akan tetap mudik? Penulis melakukan wawancara sambil lalu di komplek perumahan, menurut Bang Gondrong pekerjaan servis AC akan tetap melakukan mudik. Kemudian Pak Bari pekerjaan sebagai OB sekolah sudah mudik dengan seluruh anggota keluarganya tanggal 29 Maret 2020 dengan dilengkapi surat keterangan sehat dari klinik. Kemudian pedagang kelontong asal Madura, dia mengatakan jika mudik dari Bekasi ke Madura bisa, justruk sebaliknya dari Madura tidak bisa keluar. Berdasarkan data berita yang ada, historis setiap tahun tentang mudik, dan folkways arus mudik ini akan tetap berlangsung meskipun transportasi umum seperti kereta api, bus, pesawat, dan kapal laut dibatasi. Diperketat juga dengan operasi polisi di perbatasan, walaupun ada patroli perbatasan, banyak jalanan yang akan ditembus oleh pemudik ini. Bahkan yang sulit diatur adalah pemudik roda dua yang sudah biasa mencari jalan tikus, ke depan yang terjadi malah kejar-kejaran antara polisi dan pemudik.

Sub-sub folkways di atas yang menjadi inti pikiran masyarakat tersebut adalah adanya vested interest masyarakat, tertanam kuatnya nilai-nilai leluhur dan pola pikir konservatif masyarakat yang sulit berubah. Jika pemerintah Indonesia bersikeras untuk kampanye melawan virus corona dengan cara Physical and Social Distancing dan #dirumahaja akan mengalami culture shock, sama halnya perubahan cepat yang menimbulkan konflik sosial, sama halnya dengan melawan tradisi itu sendiri yang sulit diubah.

2. Pekerjaan
Alasan lain program #dirumahaja sulit dilakukan adalah pekerjaan. Pekerjaan yang tidak bisa ditinggal dan tidak bisa dilakukan dirumah menjadi alasan orang-orang ini tetap melakukan kontak primer. Bagian ini dirangkum menjadi beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan selama melakukan pengumpulan data.

Operator Bensin SPBU, penulis mewawancara orang yang bekerja di pom bensin, dia bilang jika pekerjaan #dirumahaja maka dia akan melayani siapa?, tentunya bos pom bensin tidak akan bisa menerapkan ini #dirumahaja tetapi akan tetap bekerja di pom bensin.
Bengkel motor, pekerjaan ini juga sulit dilakukan di rumah sehingga setiap harinya harus membuka bengkel, apalagi bengkel tersebut merupakan milik sendiri, jika tidak buka sama halnya tidak bisa makan.
Tukang Ojek Becak, Mang Kus ialah tukang becak yang sehari-hari melayani rute ke pasar tradisional, penghasilan utamanya adalah tukang becak dan kuli panggul di pasar. Selagi pasar masih buka, maka dia akan tetap berangkat bekerja di pasar.
Servis AC, Bang Gondrong berprofesi sebagai tukang servis AC, selama wabah corona dia hanya menunggu panggilan untuk service AC. Ketika terjadi panggilan maka harus menuju lokasi untuk bekerja.
ASN/PNS/Pegawai Swasta, Kebetulan yang diteliti di wilayah Jawa Barat. Ketika peneliti bertanya tentang #dirumahaja jenis profesi ini dapat Work From Home #WFH, tetapi ia mengeluhkan jika gajinya harus terpotong. Begitu juga guru swasta, harus menerima transportasi tidak disertakan dalam gaji.
Tukang ketoprak, setiap pagi sering membeli ketoprak yang keliling depan rumah, pedagangnya berasal dari Brebes usia sekitar 45 tahun. Sambil melayani pembuatan ketoprak peneliti melakukan wawancara sambil lalu. Dia menyampaikan bahwa pemasukan berkurang, semisal adanya kompleks yang melarang pedagang masuk, tidak dapat pulang kampung juga karena segmentasi pasarnya ada di Bekasi bukan dikampung.
Tukang Galon, sejauh ini sektor penjualan air galon masih seliweran di komplek rumah. Tidak banyak yang ditanyakan karena mereka berhenti ketika ada pembeli. Tukang galon masih dibutuhkan oleh konsumen sehingga pekerjaan ini harus tetap jemput bola. Walapun depot air sebenarnya ada di rumah.
Maintenance Apartemen, ia tetangga rumah. Ketika wawancara sambil lalu ia masih harus bekerja tapi memiliki jadwal shift harian, misalnya tiga hari bekerja, tiga hari libur. Bahkan, manajemen sudah menyiapkan jika pegawainya mau menginap telah disediakan menu-menu kebutuhan pokok di pantry agar betah bekerja. Sektor ini sebenarnya harus standby tidak selalu bekerja, tapi butuh perwakilan pegawainya tetap bekerja untuk memastikan pelayanan apartemen tetap berjalan.

Jenis-jenis pekerjaan di atas adalah bagian kecil dari seluruh pekerjaan yang ada. Ada profesi yang dapat #dirumahaja ada pula profesi yang harus bekerja sesuai lokasi dan sektornya. Pandangan secara kesehatan memang #dirumahaja adalah solusi untuk menekan penyebaran virus corona. Berbeda dengan pandangan secara sosiologi karena masyarakat memiliki elemen-elemen yang harus berfungsi sebagaimana mestinya untuk dapat menopang elemen yang lain agar terciptanya keteraturan sosial. Kondisi seperti ini jika semakin parah, terjadi masalah sosial yang disebabkan struktur fungsional yang tidak berjalan. Mereka diminta untuk #dirumahaja tanpa pemasukan bagi mereka yang tergerus ekonominya, sedangkan jargon-jargon pemerintah, media, dan saudara-saudaranya ikut mengkampanyekan #dirumahaja. Ini sama halnya pertarungan mati karena virus corona dan mati karena kanker (kantong kering).

3. Kepedulian Kesehatan
Bagian ini dibahas secara sosiologis, bukan secara teori kesehatan masyarakat. Historis virus corona berasal dari Wuhan, Hubei, China yang muncul akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 telah ditemukan namanya SARS Cov-2. Berita menyebarnya virus corona sangat cepat ke seluruh dunia. Kenapa ini terjadi sangat cepat? Jawaban sosiologisnya adalah globalisasi. Globalisasi adalah suatu hubungan tanpa batas Negara sehingga arus informasi dan transportasi dapat mempercepat ruang dan waktu. Produk globalisasi selain teknologi, investasi, dan gaya hidup, ternyata juga bisa mengirim virus dengan cepat.

Informasi yang didapat di Indonesia tentang keadaan Wuhan menjadi berita harian yang laris, muncul di media sosial instagram, facebook, dan mungkin juga tiktok. Selebaran-selebaran kampanye kesehatan terjaga dari virus corona tersebar juga melalui media. WHO kemudian ikut-ikutan sibuk meneliti virus corona, baik dengan nama nCov dan Covid-19 hingga ketemu nama aslinya SARS Cov-2. Di Indonesia, sempat direcoki oleh WHO yang mempertanyakan kenapa tidak ada pasien positif corona? Apakah sistem peringatan dini dan sensor panas di setiap gerbang masuk Republik Indonesia ini tidak standar WHO?. Banyak yang mempertanyakan Indonesia yang belum terdapat pasien positif. Padahal di saat itu, wilayah Bekasi dan sekitarnya sedang musim hujan dan kadang panas terik. Penyakit musiman muncul seperti batuk, pilek, dll.

Gejala pengidap virus corona mirip dengan penyakit pancaroba yang menjadi penyakit langganan warga kita. Masyarakat kita di musim pancaroba yang terkena batuk dan pilek tidak pernah terhindar dari penyakit ini. Bagi mereka tanda-tanda ini sudah biasa sebagai pergantian musim. Sehingga setiap tahun mereka cuek dan minum obat-obatan warung baginya sudah cukup. Ketika batuk dan pilek, hanya orang yang memiliki pengetahuan kesehatan tinggi atau level tinggi yang sadar dengan cara bersin dan batuk. Menutup mulutnya, pakai tisu, dan menggunakan masker. Tapi lihat mayoritas kita, apakah mereka seperti itu? Kenyataanya cuek dengan batuk dan pilek.

Akhirnya, Pasien 01 dan 02 yang merupakan ibu dan anak terkonfirmasi positif corona. Muncul masalah sosial baru, mendadak orang-orang berbelanja masker, hand sanitizer, dan jahe. Jahe muncul sebagai produk yang sulit dicari dan harganya mahal. Jahe dibuat minuman berkhasiat untuk mengobati batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan stamina pria dewasa. Secara sosiologis, jahe adalah interaksionisme simbolik dari angkringan yang terdapat pada menu susu jahe, menu pelengkap interaksi sosial. Tentunya social distancing di angkringan tetap berjalan, tapi penjual jahe siap saji tergolong banyak yang memudahkan konsumen untuk membelinya dan terjadi kontak primer. Termasuk dapat dibeli di tukang jamu keliling atau offshore dengan menu empon-empon. Di pasar jahe dijual mudah sekali, bisa di dapat pada saat berbelanja bumbu dapur. Artinya harga jahe mahal karena peminat naik, itu juga artinya bahwa kepedulian masyarakat akan kesehatan cukup baik dengan pendekatan kultural.

Kesimpulannya, melawan virus corona sama halnya melawan folkways orang kita, membatasi orang bekerja untuk kerja di rumah tidak semudah merumahkan pekerjaan sekolah, dan mengingatkan akan arti pentingnya jaga kesehatan harus dilihat terlebih dahulu sistem pengetahuan dan latar belakang pendidikan masyarakat kita. Virus corona akan segera berlalu memperbaiki keadaan sosial, ekonomi, dan kesehatan kita semua. Tapi apakah virus corona akan menjadi bagian dari hidup kita seperti virus-virus terdahulunya (semisal, HIV, H5N1, Malaria, Cacar, dll) atau bersih total tidak ada virus corona di dunia ini lagi.

Demikian tulisan ini dibuat untuk belajar secara sosiologi kepada siswa siswi, memandang virus corona dari mikroskop sosiologi, dan mempelajari kepekaan kita terhadap masyarakat yang dinamis. Penulis yakin masih terdapat kekurangan dalam tulisan ini dan penulis mengucapkan terima kasih telah membaca sampai titik terakhir tulisan ini.

Minggu, 09 April 2017

Inilah Dua Fakta Perang Dunia III Semakin Dekat

Oleh: N.H. Eddart

Semenjak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat ke- 45 telah  memunculkan sebagai negara adidaya kembali. Sebelumnya dibawah pemerintahan Barack Obama, Amerika Serikat bisa dikata negara yang bersahabat dan tidak menunjukkan sebagai negara agresor. Tapi kesan bersahabat tersebut sudah hilang dan AS kembali menunjukkan wajah aslinya. Tulisan ini mengungkap fakta-faktanya yang dapat dilihat dari aksi militernya di Suriah dan Semenanjung Korea.

Pada hari Jumat (7/4) lalu AS meluncurkan 59 rudal tomahawk dari dua kapal perangnya yang siaga di laut Mediterania yaitu USS Porter dan USS Ross. Target serangan dua kapal perangnya ke pangkalan udara Shayrat yang diduga sebagai home base pesawat Suriah yang menjatuhkan bom kimia pada selasa (4/4) di Kota Khan Sheikhoun, Idlid, Suriah yang dilaporkan lebih 80 orang tewas, termasuk juga anak-anak. Alasan kuat dari serangan AS adalah karena pelanggaran HAM yang dilakukan presiden Bashar Al-assad untuk menghabisi ISIS dengan bom kimia. Padahal AS sebelumnya juga memerangi ISIS, namun setelah kalah tenar sama sekutu Suriah, yaitu Rusia yang lebih dipercaya sama Bashar Assad maka AS seperti dipermalukan.

Serangan AS ke Suriah menunjukkan bahwa keberadaan negara adidaya tersebut masih eksis di kancah internasional. Sangat jelas kebijakan Trump sebagai presiden AS mengizinkan serangan tersebut dengan dalih HAM. Adapun pidato Presiden Trump tentang serangan rudal ke Suriah “Malam ini, saya memerintahkan serangan militer terarah ke sebuah landasan udara di Suriah, tempat serangan kimia itu dilancarkan. Ini merupakan kepentingan keamanan nasional AS yang vital untuk mencegah dan menangkal penyebaran dan penggunaan senjata kimia mematikan” ujar Trump, selasa (4/4). "Tidak ada yang perlu diperdebatkan bahwa Suriah menggunakan senjata kimia yang dilarang, melanggar kewajibannya sesuai Konvensi Senjata Kimia, dan mengabaikan seruan Dewan Keamanan PBB," tandas Trump. Dalih pelanggaran HAM dijadikan sebagai alasan mengapa Presdien Trump mengizinkan untuk menyerang Suriah, padahal keterlibatan AS di Suriah pada mulanya untuk memerangi terorisme. Tentunya menjadi sebuah tanya tanya besar atas sikap AS di Suriah.

Fakta lainnya yang tidak jauh dari wilayah kita, bentuk kebijakan Trump di semenanjung Korea atas sikap Korea Utara yang melakukan uji coba rudal nuklirnya ke laut perbatasan Jepang. Bentuk kebijakannya dengan mengirim kapal induk Carl Vinson yang bertolak dari pangkalan AS di Singapura dengan membawa 36 jet tempur ke Semenajung Korea. Sebelumnya juga AS telah mengirim pasukannya Seal Team 6 dan disusul Delta Force dalam misi latihan gabungan ke Korea Selatan seperti dikutip dari nypost.com (13/3) “A bigger number of and more diverse US special operation forces will take part in this year’s Foal Eagle and Key Resolve exercises to practice missions to infiltrate into the North, remove the North’s war command and demolition of its key military facilities,” a military official told Yonhap, asking not to be named. Jelas diungkapkan bahwa keberadaan pasukan elit AS untuk menyusup ke wilayah utara dan latihan gabungan ini dilaksanakan sampai akhir April.

Pasca pertemuan dua pemimpin presiden AS Donald Trump dan presiden China XI Jinpin kamis (6/4) dan jumat (7/4) kemaren di Mar-a-Lago, Florida, justru membuat situasi semakin memanas. Pasalnya selama ini China merupakan sekutu Korut justru melakukan pertemuan dengan AS. Bahkan AS yang sempat memanas dengan China atas sengketa dan kebebasan navigasi di Laut China Selatan, kini AS dan China berupaya menekan Korut untuk menghentikan rudal nuklirnya. Beberapa pembahasan dari kedua pemimpin negara tersebut diantarnya "Trump mengatakan bahwa ia bersama dengan Xi telah melakukan pembahasan secara mendalam dan sangat serius mengenai masalah nuklir Korut dan merespon hal itu, termasuk posisi AS dalam penyebaran THAAD," ujar pernyataan dari pemimpin bertindak Korsel, Hwang Kyo-ahn, dilansir Asian Correspondent, Sabtu (8/4).

Walapun terjadi pertemuan kedua negara AS-China, Presiden Xi Jinpin meresa keberatan dengan penyebaran radar X-Band THAAD yang telah tiba di pangkalan Angkatan Udara AS di Osan, Korea Selatan pada hari Kamis (16/3/2017). Radar X band dapat berfungsi untuk melacak rudal, dan mampu mendeteksi gerakan rudal dari musuh dari jarak maksimal 800 kilometer dengan sudut 120 derajat. Sikap keberatan China karena radar tersebut dapat menjangkau wilayah negara tirai bambu dan mengganggu stabilitas keamanan negara China.

Dua fakta aksi militer AS di Suriah dan semenanjung Korea menjadi banyak perhatian internasional dan tentu Indonesia harus berjaga-jaga. Kalau di Suriah tidak berdampak langsung terhadap Indonesia karena secara geografis jauh, namun tidak untuk di semenajung Korea. Jika sedikitpun terjadi senggolan antara Korut dan AS, maka sangat mungkin stabilitas di Laut China Selatan menjadi terganggu. Laut China Selatan dan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) akan menjadi jalur sibuk yang dilalui oleh kapal perang dan tentu perdagangan Indonesia terganggu karena selama ini Indonesia banyak menjalin kerjasama ekonomi dengan Korea Selatan, Jepang, dan China.

Mungkin tidak mungkin, Presiden Trump yang dikenal kontroversional akan melancarkan serangan jika menemukan alasan yang kuat untuk menyerang Korea Utara. Formasi yang terlibat dari kubu Korea Selatan yaitu Jepang, Amerika Serikat dan China. China dalam hal ini walapun sama negara komunis dengan Korea Utara tapi sejak kepemimpinan Presiden Kim Jong Un hubungan kedua negara tidaklah baik. Disisi lain, bagi AS, China tetaplah pesaingnya dalam bidang ekonomi dan keberatan China atas penyebaran radar THAAD merupakan tanda bahwa China tidak sependapat dengan AS untuk menginvasi Korea Utara dan China lebih memilih negosiasi AS dengan Korut ketimbang melakukan invasi. Sikap Rusia tentunya akan menjadi penentu dalam etalase konflik antar negara ini.

Kamis, 22 Desember 2016

Dengan “Telolet” Berhasil Mendinginkan Suasana dan Bahagia Itu Tercipta




Oleh: N. H. Eddart

Menjelang akhir tahun 2016, tensi Indonesia sedang memanas dengan isu-isu horizontal yang rentan terhadap integrasi bangsa, upaya pemersatu ikatan dengan simbol “ke-bhinekatunggalika-an” serta doktrin-doktrin “NKRI” sempat disebar untuk menguatkan kembali pasca isu-isu horizontal tersebut. Kini “Om Telolet Om” menjadi viral dan trending topik sebagai simbol pemersatu dengan kosakata yang sangat sederhana “telolet” berhasil mendinginkan suasana, kata telolet awalnya diperkenalkan oleh komunitas pecinta bus, kemudian bulan November muncul di media sosial video-video pemburu telolet di daerah Jepara yang dilakukan anak-anak kecil setelah pulang sekolah di sore hari dengan membawa spanduk atau berteriak “om telolet om” sebagai bentuk tawar kepada supir untuk membunyikan klakson busnya. Suara klakson bus hasil tawar dari pemburunya dianggap sebagai sebuah tantangan yang ditunggu-tunggu, analogi sederhananya seperti ini, ketika kita meminta sesuatu kepada siapapun kemudian permintaan tersebut dikabulkan, maka kita akan merasa bahagia. 

Tantangan berburu telolet tergolong baru sebagai jenis hiburan rakyat, padahal hal serupa pernah ada di Indonesia seperti mengejar kereta api untuk meminta uang dari penumpangnya, berteriak minta duit ketika helikopter terbang di atas rumahnya, menonton kendaraan saat mudik, dan berlari melihat ambulans ketika mendengar bunyi sirine. Hal ini pernah dialami anak-anak masa kecil sebagai hiburan rakyat, namun kenapa telolet lebih terkenal ketimbang hal lainnya. Perbedaanya karena sudah pasti, era kini masyarakat telah mengenal media berbagi kesenangan, telolet berhasil menarik perhatian masyarakat karena telah masuk ranah globalisasi dimana tidak ada batas apapun bagi suatu negara untuk berbagi informasi dan transportasi. Kemudian media sosial yang berperan menyebarkan informasi akan kesenangan dan hobi mereka menjadi lebih terkenal. 

Bunyi klakson bus, bunyi kereta api, bunyi ambulans dan bunyi jenis kendaraan apapun memang tidak pernah terlepas dari bentuk permainan anak-anak. Jenis permainan anak-anak butuh visualisasi dan audiotori yang bersamaan tercipta agar terkesan realistis. Proses peniruan ini disebut imitasi yaitu peniruan gaya, bahasa, tingkah laku dari seseorang. Seorang anak kecil meniru supir atau pengendara dari kendaraan tertentu, kemudian di transformasikan bersamaan dengan bentuk permainannya. Lalu kenapa dengan telolet, bentuk mainan mobil-mobilan bus memang banyak dijual, tapi belum realistis audiotorinya. Para pecinta bus sering mengambil gambar bus saat melintas di wilayahnya terutama di Jawa Tengah atau Jawa Timur. Tidak heran jika kita yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya berkunjung ke daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur sering melihat orang mengambil gambar bus dan mengacungkan jempol disisi jalan raya. Pecinta bus juga membuat miniatur bus sangat mirip seperti aslinya , tapi sayang miniature bus tidak dilengkapi suara klakson telolet, karena klakson bus telolet tidak dijual dengan murah dan mudah. Sehingga permainan mobil-mobilan dilakukan dengan lisan mereka. 

Lalu kenapa alasan anak-anak turun ke jalan untuk berburu klakson telolet? karena mainan bus dan suara klakson bus yang harus sinergi itulah menjadi alasan anak-anak berburu klakson bus. Suara telolet yang bermacam-macam dan unik tersebut menjadi referensi bagi mereka saat bermain dengan temannya. Tapi pemburu klakson bus tidak semuanya anak-anak yang bermain dengan mobil-mobilan. Ada pergeseran interpretasi dari klakson bus yang berbunyi telolet tersebut, yaitu tantangan meminta telolet kepada supir bus itulah yang kini menjadi permainan baru, tidak hanya dilakukan oleh anak-anak melainkan orang dewasa juga, makanya sekarang ada yang menyebut telolet challenge. Dalam telolet challenge ini memunculkan permainan rakyat baru, dimana tantangannya adalah meminta suara klakson dengan terikan “om telolet om”, jika bus membunyikan maka sukseslah dia, tapi jika tidak membunyikan klakson maka gagal bagi dia, termasuk jika bunyi klaksonnya standar juga tidak memuaskan bagi tantangan ini.

Bus telolet dengan bus konvensional tidak mudah dibedakan karena hanya bisa dibedakan berdasarkan bunyi klaksonnya, klakson bus telolet memiliki harga yang mahal, beberapa supir[1] yang pernah ditanyakan harganya kisaran 950 ribu sampai 1,5 jutaan tergantung jenis bunyinya. Bagi Patra[2] pemburu telolet ini sudah ada dari 5-6 tahun yang lalu tandanya banyak yang merekam dan mengacungkan jempol disisi jalan maupun di terminal-terminal, yang diincar adalah bus pariwisata dan bus besar karena suaranya yang khas dan nyaring membuat perhatian warga, biasanya ditemui di Jawa Tengah. Bus telolet memiliki ciri antara lain trayek jarak jauh menuju Jawa Tengah atau Jawa Timur atau bus AKAP (antarkota antarprovinsi), bus jenis pariwisata, dan bus kelas bisnis. Sedangkan bus trayek Cirebon, Kuningan, dan Karawang memiliki klakson standar dan lebih panjang seperti terompet kapal. 

Berikut ini daftar bus telolet paling keren berdasarkan Bis Mania Community (BMC) dalam sebuah video yang diunggah melalui youtube 19 September 2016. Pertama. Bus Garuda Mas Mahesa, suara klakson bus yang meningkatkan rasa cinta untuk tanah air. Klakson telolet lagu Hari Merdeka 17 Agustus ini jadi yang terbaik dengan menempati peringkat pertama. Kedua. Bus Garuda Mas, klakson telolet paling keren kedua adalah suara lagu jablay yang pernah dipopulerkan Titi Kamal dalam filmnya "Mendadak Dangdut." Ketiga . Bus Laju Prima SHD, ada yang tahu lagu “Suwe Ora Jamu” minta supirnya menyalakan klakson dan lagu “Suwe Ora Jamu” akan bergema di jalanan. Keempat. Bus Rosalia Indah SHD Keempat, ada klakson telolet khas colekan, mirip-mirip reffrain di lagu “Cublak-cublak Suweng”. Kelima. Bus Subur Jaya, suara telolet ocehan bus Subur Jaya lebih panjang. Keenam. Bus PO.SAE, klakson telolet bus PO SAE sedikit lucu, dan masuk ke dalam tujuh suara telolet paling keren versi BMC. Ketujuh. Bus Pandawa 87, terakhir ada klakson telolet bunyi parade dari Bus Pandawa.

Om Telolet Om telah menjadi pendingin suasana bangsa ini setelah memanasnya isu horizontal yang belakangan terjadi, dengan kebahagian yang sederhana, bentuk identitas Indonesia yang menjadi viral mendunia, sampai selebriti internasional ikut-ikutan dalam permainan ini. Masyarakat ternyata membutuhkan hiburan tidak melulu diselimuti isu-isu sensitif seputar konflik horizontal dan politik kepentingan. Media hiburan yang selama ini menjadi tontonan, telah beralih fungsi sebagai media konspirasi. Berita yang disajikan hal-hal yang membuat masyarakat tegang akan ancaman konflik dan terorisme. Padahal sejatinya masyarakat akan terus bergerak menciptakan hal-hal baru kemudian menjadi tradisi masyarakat itu sendiri sampai tradisi itu menjadi simbol suatu budaya.


[1] Sunaryo, supir bus PO Haryanto, Terminal Blok M, Sabtu (14/5/2016).
[2] Seorang sopir bus pariwisata, saat ditemui di Taman Parkir Abu Bakar Ali Yogyakarta, Kamis (12/5/2016).

Statistik Pengunjung

Socio Education

Merupakan Weblog tentang seputar materi ilmu sosial sebagai penunjang dan pelengkap edukasi.

  © Design Blog 'Ultimatum' by Socio Education 2020

Back to TOP