Entri Populer

Sabtu, 14 Maret 2009

Karl Marx

Karl Marx lahir di Trier, Jerman, di daerah Rhine pada tahun 1818. Ayahnya Heinrich dan ibunya Henrietta berasal dari keluarga rabbi yahudi.Tetapi Heinrich Marx memperoleh pendidikan sekular, dan mencapai kehidupan borjuis yang cukup mewah sebagai seorang pengacara yang berhasil. Ketika suasana politik menjadi tidak menguntungkan lagi sukses-sukses selanjutnya sebagai seorang pengacara keturunan yahudi, dia dan kelurganya masuk protestan dan diterima di gereja Luteran.Dan kemudian dalam pandangan Marx menekankan bahwa agama tidak memerikan pengaruh penting dalam perilaku, tetapi sebaliknya kepercayaan agama itu mencerminkan faktor-faktor sosial ekonomi yang mendasar. Agama menurutnya lebih merupakan protes melawan penderitaan daripada alat untuk menentramkannya “agama”. Kata Marx. Merupakan keluh kesah makhluk yang tertindas, hati dunia yang tak berjiwa. Mereka menderita bukan Cuma menginginkan hiburan, tapi perubahan–akhir penderitaan mereka, jalan keluar. ”Penderitaan keagamaan”, katanya, ”salah satu dan pada saat yang sama merupakan ekspresi penderitaan riil dan protes melawan penderitaan riil tersebut.

Pada usia 18, sesudah mempelajari hukum selama satu tahun di Universitas Bonn, Marx pindah ke Universitas Berlin. Sebagai akibat dari hubungan dengan kelompok Hegelian muda, meskipun Hegel sudah mati, namun semangat dan filsafatnya masih menguasai pemikiran filosofis dan sosial disana. Penganut Hegelian muda mempunyai pendirian kritis dan tidak menghargai ide-ide Hegel serta para pengikutnya, khususnya yang berhubungan dengan masa depan dan nada konservatifnya yang semakin bertambah itu. Dalam pemikirannya Hegel yaitu analisa dialektik, dalam analisa dialektik berintikan pandangan mengenai pertentangan antara tesis dan antitesis serta titik temu keduanya akhirnya akan membentuk suatu sintesa baru, kemudian menjadi tesis baru dan antitesis baru dan keduanya menjadi sintesa baru yang lebih tinggi tingkatannya. Meskipun model ini agak abstrak, mungkin dapat digambarkan kedalam suatu hal yang terdapat dalam tradisi masyarakat kita sendiri dengan adanya pertentangan antara ide-ide yang digunakan untuk membenarkan pelbagai bentuk pelapisan sosial dan ide-ide mengenai persamaan. Marx menggunakan analisa dealektik (yang meliputi kepekaan terhadap kontradiksi-kontradiksi internal dan perjuangan antara ide-ide lama dan ide-ide baru serta bentuk-bentuk sosial) tetapi dia menolak idealisme filosofis dan menggantikan dengan pendekatan materialistik.

Sesudah menyelesaikan disertasi doktornya di Universitas Berlin, Marx berniat untuk memasuki karir akademis. Namun sponsornya, Bruno Bauer dipecat dari pos akademis karena pandangan-pandangannya yang ke kiri dan antiagama. Marx menerima tawaran untuk menulis surat kabar borjuis liberal yang baru, bernama Rheinishe Zeitung. Pendirian radikal-liberal surat kabar itu mencerminkan oposisi borjuis terhadap sisa-sisa sistem aristokrasi-feodal kuno dan Marx menjadi pemimpin surat kabar ini. Disana Marx menikah dengan Jenny von Westphalen dan pindah ke Paris. Selama di Paris (1843-1845) Marx terlibat dalam kegiatan radikal. Pada saat itu merupakan pusat liberalisme dan radikalisme sosial dan intelektual yang penting di Eropa dan Marx berkenalan dengan pemikir-pemikir sosialis St. Simon dan Proudhon dan dengan tokoh revolusioner, Blanqui. Marx juga mengenal tulisan-tulisan ahli ekonomi politik Adam Smith dan David Richardo.

Mungkin peristiwa yang paling menentukan selama Marx menetap di paris adalah pertemuannya dengan Friedrich Engels yang menjadi kawan kerja yang dekat sampai Marx meninggal. Karena ayahnya Engels adalah seorang pengusaha tekstil sehingga memberikan kepadanya informasi langsung mengenai gaya hidup borjuis dan juga kondisi-kondisi proletariat. Engels pernah menjadi seorang manajer dari salah satu perusahaan ayahnya, tetapi hubungan dengan Marx menjadi lebih penting daripada kesadaran kelas borjuisnya. Engels terkesan akan keberhasilan Marx dalam analisa ekonominya, ditambah lagi dengan bacaan Marx sendiri mengenai tulisan ekonomi politik Inggris, mendorong dia ke usaha mengintegrasikan analisa ekonomi dan filsafat. Usaha ini tercermin dalam tulisan Marx berjudul Economic and Philosophical Manuscripts.

Pada tahun 1845 Marx diusir oleh pemerintahan Paris, karena tekanan dari pemerintah Prussia, yang pernah terganggu oleh tulisan-tulisan Marx yang berbau sosialis. Dari Paris Marx bertolak menuju Brussel dimana segera dia tenggelam dalam kegiatan-kegiatan sosialis internasional. Di Brussel dia mengadakan kontak dengan buruh-buruh dan kaum cendikiawan, beberapa adalah pelarian Jerman seperti dia sendiri. Banyak kenalan barunya ini sudah teribat dalam League of the Just yang sudah dibubarkan, yang merupakan suatu organisasi internasional yang revolusioner. Pada tahun 1846 Marx dan Engels bertolak menuju Inggris. Mereka diundang untuk mengikuti Communist League, suatu organisasi revolusioner yang bermarkas di London dan dimaksudkan sebagai pengganti League of the Just yang lebih besar lagi. Pada tahun 1848 Marx diundang kembali ke Paris oleh suatu pemerintahan yang baru. Ini merupakan masa-masa pergolakan, karena gerakan-gerakan revolusioner dengan cepat mendapat sambutan di seluruh Eropa. Sesudah tinggal sebentar di Paris, Marx kembali menerbitkan Neue Rheinische Zeitung dan dengan cara ini mempengaruhi arah revolusi itu. Marx melihat periode ini sebagai awal suatu titik balik sejarah yang penting yang akan segera menuju suatu kulminasi proses perubahan sosial yang mendasar yang sudah dimulai oleh Revolusi Perancis di tahun 1789. Baik serangan tahun 1789 maupun serangan tahun 1848 terhadap dominasi aristokratis tradisional, dipelopori munculnya kelas borjuis. Tetapi revolusi-revolusi tahun 1848 diikuti oleh orang-orang kelas buruh yang lebih terorganisasi, lebih sadar diri, dan secara potensial lebih berpengaruh daripada yang terjadi Revolusi Perancis sekitar 50 tahun sebelumnya. Dalam pandangannya mengenai keyakinan akan hasil akhirnya itu, Marx tidak seperti beberapa orang revolusioner mengenai kelas buruh, mendukung suatu gabungan antara kelompok borjuis dan proletar, sampai dominasi aristokrasi dilenyapkan, fase revolusi ini pada gilirannya akan mempersiapkan kondisi-kondisi materil dan sosial untuk kemenangan akhir kelas proletar atas kelas borjuis. Tetapi harapan-harapan Marx ini terbukti mendahului waktunya. Sementara kelompok borjuis berdebat tentang bagaimana terus maju dan beberapa kelompok proletariat menuntut suatu revolusi proletar dengan segera walaupun kondisi-kondisi materil dan sosial belum mencukupi, kekuatan-kekuatan konservatif berinisiatif untuk kembali bersama kelompok borjuis dalam posisi yang lebih berkuasa lagi. Dengan kembalinya masa-masa yang lebih jaya diawal tahun 1850-an, api-api revolusi sudah padam. Surat kabar Neue Rheinische Zeitung tidak terbit lagi tahun 1849 dan Marx diusir lagi dari Jeman. Dia kembali ke Paris tetapi tidak diijinkan tinggal disana, lalu dia bertolak ke pembuangannya di London dimana dia tinggal mengakhiri sisa-sisa hidupnya.

Sementara itu kondisi materil Marx yang sangat menyedihkan dan tidak menentu itu membuat dia tidak mampu untuk membiayai keluarga secara mencukupi. Situasi ini diringankan sedikit dengan bantuan keuangan dari Engels, yang kembali bekerja di salah satu perusahan kapas ayahnya. Marx juga dapat mencari uang sedikit dengan membuat artikel-artikel mengenai peristiwa-peristiwa di Eropa yang dimuat dalam New York Daily Tribune. Pada pertengahan tahun 1850-an Marx menerima warisan kecil dari keluarga istrinya yang sudah meninggal, warisan itu memberikan daya tahan sementara. Pada tahun 1883 (dua tahun setelah kematian istrinya) Marx meninggal.

Karya yang paling penting dihasilkan Marx selama tahun-tahun hidupnya di London adalah Das Kapital sebagai karya besarnya (magnum opus). Secara keseluruhan pusat peerhatian Das Kapital adalah kontradiksi internal dalam sistem kapitalis. Kontradiksi-kontradiksi ini mendorong dinamisme sistem itu secara meluas, tetapi sekaligus merupakan benih-benih perubahan radikal terakhir. Yng lebih penting lagi, karyanya ini dimaksudkan sebagai satu kritik terhadap teori-teori ortodoks mengenai ekonomi politik, seperti teori Smith dan Richardo dengan asumsi-asumsi individualistiknya, implikasi-implikasi politik laissez-faire-nya serta optimismenya yang bersifat naif mengenai konsekuensi-konsekuensi jangka panjang yang menguntungkan dalam suatu pasar bebas yakni ekonomi kapitalis. Karir Marx tidak dapat dipisahkan dari perkembangan gerakan sosialis di pertengahan abad ke-19. Seperti Comte dia seorang marjinal tetapi dengan alasan yang berlainan. Status marjinal Comte berasal dari pelbagai sifat keanehan pribadinya. Sifat marjinal Marx berhubungan dengan keterlibatannya dalam hal-hal radikal. Mungkin antara lain karena sifat marjinalnya ini, Marx merupakan seorang katalisator untuk tiga orientasi intelektual yang berbeda. Sumbangan teoritisnya banyak diambil dari:

  1. Metode dialektik Hegel dan historisme Jerman
  2. Teori ekonomi politik Inggris
  3. Pemikiran sosialis Perancis

Tetapi ketiga orientasi ini sangat berubah dalam karya Marx dan ide-ide sentral Marx , meskipun berulang kali dinyatakan selama perjalanan hidupnya, memperlihatkan suatu sumbangan kreatif yang penting tehadap perkembangan sosiologi modern.

________________________

Berlin, Isaiah, Karl Marx: His Life and Environment. New York: Oxford University Press, 1948.

Johnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi: klasik dan modern I. Terjemahkan Robert M.Z Lawang. Jakarta: Gramedia, 1994.

Suseno, Franz Magnis, “editor: Prof. Dr. John Raines” Marx Tentang Agama. Jakarta: Teraju, 2003.

Auguste Comte

Auguste Comte lahir di Montpellier, Perancis, tahun 1798. Keluarganya beragama katolik dan berdarah bangsawan, tetapi Comte tidak melihatkan loyalitasnya. Dia mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris dan lama hidup disana, dimana dia mengalami suatu pergolakan sosial, intelektual dan politik. Comte seorang mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak, yang meninggalkan Ecole sesudah seorang mahasiswa yang memberontak dalam mendukung Napoleon dipecat.

Comte memulai karir profesionalnya dengan memberi les dalam bidang metematika. Meskipun ia sudah memperoleh pendidikan dalam matematika. perhatian yang sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial. Minat ini mulai berkembang dibawah pengaruh Saint Simon, yang memperkerjakan Comte sebagai sekretarisnya dan dengannya Comte menjalin kerjasama erat dalam mengembangkan karya awalnya sendiri. Kepribadian kedua orang ini saling melengkapi: Saint Simon orang yang tekun, aktif, bersemangat dan tidak disiplin. Comte seorang metodis, disiplin dan refleksif. Tetapi sesudah tujuh tahun, pasangan ini pecah karena perdebatan mengenai kepengarangn karya bersama, dan Comte lalu menolak pembimbingnya ini.

Sesudah hubungan dengan Saint Simon retak, dia tetap sebagai orang di luar akademik. Sebagian hal ini mungkin disebabkan sifat-sifat kepribadiannya yang menderita gejala paranoid yang berat. Kadang-kadang kegilaanya itu diarahkan ke teman-teman dan lawan-lawannya secara kasar. Pada suatu waktu segera seusai awal serangkaian kuliah-kuliahnya dalam suatu kursus privat, dia menderita gangguan mental yang serius dan dimasukkan ke rumah sakit karena penyakit "keranjingan" (mania). Tak lama dipulangkan dari rumah sakit (tanpa sembuh) dia gagal merenggut nyawanya sendiri, dengan membuang diri ke sungai Seine dan sesudahnya terus berada dalam suatu keadaan hati yang remuk-redam.

Pergaulan Comte dengan gadis-gadis juga mendatangkan malapetaka, tetapi relevan untuk memahami revolusi dalam pemikiran Comte, khususnya perubahan dalam tekanan tahap-tahap akhir kehidupannya dari positivisme ke cinta. Dia nikah dengan bekas pelacur bernama Caroline Massin, seorang wanita yang lama menderita, yang menanggung beban emosional dan ekonomi dengan Comte. Sesudah Comte keluar dari rumah sakit, dengan sabar istrinya berusaha memenuhi kebutuhan Comte, dan merawatnya sampai sembuh meskipun tanpa penghargaan Comte serta kadang-kadang disertai perlakuan kasar. Setelah pisah untuk sesaat lamanya, istrinya pergi dan membiarkan dia sengsara dan gila.

Tahun 1844, dua tahun setelah dia menyelesaikan enam jilid karya besarnya yang berjudul Course of Positive Philosophy Comte bertemu dengan Clothilde de Vaux, seorang ibu yang mengubah kehidupan Comte, dia kadang ditinggalkan suaminya ketika bertemu dengan Comte untuk pertama kalinya. Comte langsung mengetahui bahwa perempuan itu bukan hanya sekedar perempuan lain saja. Malang, Clothilde de Vaux tidak terlalu meluap-luap seperti Comte, walau sering berkirim surat cinta berapa kali, Clothilde menganggap hubungan itu hanyalah persaudaraan saja. Akhirnya dalam suratnya, Clothilde menerima hubungan intim suami-istri. Hubungan intim rupanya tidak jadi terlaksana tetapi perasaan mesra sering diteruskan lewat surat menyurat. Clothilde mengidap penyakit TBC dan hanya beberapa bulan sesudah ketemu Comte dia meninggal. Kehidupan Comte lalu tergoncang, dia bersumpah untuk membaktikan hidupnya untuk mengenang "bidadari"-nya itu.

Dalam karya bagian kedua yakni System of Positive Politics menjadi suatu bentuk perayaan cinta, tetapi dengan keinginan besar yang sama, yakni membangun sistem menyeluruh, seperti yang tercermin dalam karyanya yang dahulu. Karena dimaksudkan untuk mengenang "bidadari"-nya itu, karya Comte dalam "politik positif" itu didasarkan pada gagasan bahwa kekuatan yang sebenarnya mendorong orang dalam kehidupannya adalah perasaan, bukan pertumbuhan inteligensi manusia yang mantap. Dia mengusulkan suatu reorganisasi masyarakat dengan sejumlah tata cara yang dirancang untuk membangkitkan cinta murni dan tidak egoistis, demi "kebesaran kemanusian". Tujuannya adalah untuk mengembangkan suatu agama yang baru yaitu "Agama Humanitas" yang merupakan sumber-sumber utama bagi perasaan-perasaan manusia serta mengubahnya dari cinta diri dan egoisme intelektual ajaran-ajaran agama tradisional yang bersifat supernaturalistik. Dengan kata lain, agama humanitas harus sesuai dengan standar-standar intelektual serta persyaratan positifisme.

Sementara agama humanitas merupakan objek utama pemujaan dalam agama baru itu, dalam konsepnya wanita atau kewanitaan akan disembah sebagai perwujudan kehidupan perasaan dan sebagai pernyataan yang paling lengkap dari cinta dan altruisme. Clothilde disini menggantikan bunda maria serta menjadi perwujudan "wanita ideal". Ia menyatakan dirinya sebagai "pendiri agama, imam agung humanitas" dengan menunjukan jalan-jalan yang sangat terperinci.

Sumbangan kreatif yang khas dari Comte terhadap perkembangan sosiologi dilihat Martindale sebagai suatu sintesa antara dua perspektif yang saling bertentangan mengenai keteraturan sosial: positivisme dan organisme. Orang positivis percaya bahwa hukum-hukum alam yang mengadakan perubahan sosial dan politik untuk menyelaraskan institusi-institusi masyarakat dengan hukum-hukum itu. Hasilnya akan berupa suatu takhayul, kekuatan, kebodohan, paksaan, dan konflik akan dilenyapkan. Titik pandangan ini sangat mendasar dalam gagasan-gagasan Comte mengenai kemajuan yang mantap positivisme.

Sumbangan pikiran penting lain yang diberikan Comte ialah pembagian sosiologi kedalam dua bagian besar: statika sosial (social statics) dan dinamika sosial (social dynamics). Statika mewakili stabilitas, sedangkan dinamaika mewakili perubahan. Dengan memakai analogi dari bologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara statika sosial dapat disamakan dengan hubungan antara anatomi dan fisiologi.

________________________

Johnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi: klasik dan modern I. Terjemahkan Robert M.Z Lawang. Jakarta: Gramedia, 1994.

Manuel, Frank E., The Propeths of Paris. Camridge, Mass: Harvard University Press, 1962.

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi. Jakarta: FE-UI, 1993.

Statistik Pengunjung

Socio Education

Merupakan Weblog tentang seputar materi ilmu sosial sebagai penunjang dan pelengkap edukasi.

  © Design Blog 'Ultimatum' by Socio Education 2020

Back to TOP